Beberapa hari berlalu, Zee terlihat baru saja pulang dengan diantar oleh sang nenek, mama kandung Gitta. Dia terlihat sudah wangi dan juga sudah berganti baju. Sepertinya, Zee sudah mandi di tempat neneknya.
"Teddiiii!" teriak Zee sambil berlari dan merentangkan kedua tangannya ke arah Ken.
Ken yang saat itu baru saja selesai mencuci motornya, langsung berbalik dan menatap sang putra tengah berlari ke arahnya. Ya, Ken dan daddy Vanno tidak jadi menjual motor mereka. Mommy Retta dan Gitta sepakat untuk memperbolehkan mereka tetap memiliki motor tersebut, dengan catatan tidak akan menggunakannya saat ke luar kota.
Seketika Ken menegakkan tubuhnya dan mengangkat tangannya untuk menghentikan langkah kaki Zee yang sedang berlari ke arahnya.
"Eittsss, berhenti dulu. Jangan dekat-dekat Daddy. Lihat nih, Daddy belum mandi. Bajunya masih kotor," kata Ken sambil menunjukkan kaosnya yang basah.
Seketika Zee menghentikan langkah kakinya. Dia menatap baju sang daddy sambil menggigiti jarinya.
"Whewhek," kata Zee.
"Iya. Baju Daddy masih whewhek, masih kotor. Zee main sama Mbak Nur saja dulu ya."
Seketika Zee mengangguk dan berjalan menuju Mbak Nur, sang baby sitter yang sudah menunggunya di teras rumah. Setelah memastikan sang putra masuk rumah, Ken langsung menoleh ke arah sang mertua.
"Terima kasih, Ma. Maaf merepotkan Mama hari ini," kata Ken. Pasalnya, dia merasa tidak enak saat menitipkan putranya ke rumah sang mertua. Dia dan Gitta harus ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan hari itu.
"Kamu ini ngomong apa sih, Ken. Mana mungkin Mama keberatan. Biar bagaimanapun juga, Zee adalah cucu Mama juga. Sudah seharusnya Mama membantu kalian menjaganya."
"Hehehehe, iya Ma."
"Gitta belum pulang?"
"Belum, Ma. Acaranya baru dimulai jam dua siang. Biasanya, sampai pukul lima baru selesai."
Mama Risma mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah cukup lama ngobrol, mama segera pamit pulang. Ken segera membersihkan diri setelah mama pulang ke rumahnya.
Ken melihat Zee tengah menonton serial kartun favoritnya sambil mengenyot susu botolnya. Dia terlihat tidak peduli saat Ken melintas di sampingnya. Melihat sang putra tak memperdulikannya, Ken hanya bisa menggelengkan kepala. Dia melanjutkan langkah kakinya menuju kamar untuk membersihkan diri.
Beberapa saat kemudian, Ken terlihat sudah selesai membersihkan diri. Dia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya. Langkah kakinya terhenti saat melihat Gitta sudah berada di dalam kamar dan sedang melepaskan blazernya.
"Lho, kapan datang, Yang?" tanya Ken sambil berjalan mendekat ke arah Gitta.
"Baru san ini, Mas. Kamu kok pulang cepat hari ini?"
"Iya. Tadi setelah makan siang, ada janji bertemu dengan Om Haris. Setelah itu, aku langsung pulang."
Gitta mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah itu, giliran dia segera membersihkan diri. Ken juga langsung mengganti bajunya dan turun untuk menemui sang putra.
Ken melihat Zee tengah berdiri dan melompat-lompat saat melihat serial kartun favoritnya. Sesekali dia akan menghampiri sang baby sitter untuk meminta suapan jeruknya.
Ken berjalan mendekati baby sitter Zee dan mengambil alih aktivitasnya memberi suapan kepada Zee.
"Biar aku saja yang suapin Zee, Mbak."
"Eh, baik Tuan."
Ken langsung duduk di dekat Zee yang masih fokus pada televisi yang ada di depannya. Begitu kunyahan jeruknya habis, Zee langsung berbalik dan kaget saat mendapati sang daddy sudah ada di sana.
"Tedi?"
"Iya. Ayo sini mamam jeruknya," pinta Ken agar Zee mendekat ke arahnya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Zee langsung menubruk tubuh Ken dan mendudukkan diri dipangkuan sang daddy. Zee terlihat sudah melupakan acara kartun di televisi tersebut.
Sambil menyuapi sang putra, Ken sesekali mengusap bibir sang putra yang terlihat belepotan.
"Zee tadi main apa di rumah Uti?" tanya Ken sambil tersenyum ke arah sang putra.
"Obin beyyi Papa (mobil yang dibelikan papa)"
"Zee sudah bilang terima kasih kepada papa?"
"Dah," jawab Zee sambil menganggukkan kepalanya dengan mantap. Ya, Ken dan Gitta benar-benar menerapkan kebiasaan untuk selalu mengucapkan terima kasih dan tolong saat ingin meminta bantuan.
"Pinter benget sih ini, anak siapa sih, hhmmm?" kata Ken gamas sambil mendekap tubuh putranya dan menghadiahi banyak kecupan di pipinya.
"Kyaaaa kyaaa, Tediii geyyii, geyyii, aaaaa," teriak Zee.
Gitta yang baru saja selesai membersihkan diri langsung bergabung dengan sang suami dan putranya.
"Siap-siap dulu, Mas. Sudah mau Maghrib."
"Iya," jawab Ken sambil melepaskan Zee.
Zee langsung beranjak duduk dan merangkak ke arah sang mommy. Bisa ditebak apa yang akan dilakukannya. Ya, dia langsung mencari sumber nutrisi yang seharian tadi belum ditemuinya.
Ken yang melihat hal itu langsung menghembuskan napas beratnya. Dia harus segera pergi dari sana sebelum ada yang berontak karena iri. Ken segera berjalan menuju kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke Masjid seperti biasa. Sebisa mungkin, Ken memang melaksanakan sholat di masjid komplek, jika berada di rumah. Namun, jika dia belum pulang atau terlambat, Ken akan melaksanakan ibadah di jalan atau di rumah.
Melihat Ken beranjak ke kamar, Gitta langsung memanggilnya.
"Nanti pulang dari Masjid mampir ke rumah Mommy ya, Mas."
Seketika Ken berbalik dan menatap wajah sang istri.
"Ada apa?"
"Tadi, kata Mommy ada yang mau dibicarakan."
"Mommy atau Daddy?"
"Ehm, sepertinya berdua deh, Mas."
Kening Ken langsung berkerut saat mendengar perkataan Gitta. Namun, dia segera mengangguk mengiyakan. Setelah itu, Ken segera bersiap untuk pergi ke Masjid.
Seperti permintaan Gitta, pulang dari masjid, Ken langsung pergi ke rumah orang tuanya. Hanya ada mommy di rumah. Ternyata, daddy Vanno belum pulang.
"Daddy belum pulang, Mom?" tanya Ken saat melihat mommy Retta tengah menyiapkan makan malam. Terlihat banyak sekali makan malam yang disiapkan mommy Retta malam itu.
"Belum. Kamu dari masjid?"
"Iya," jawab Ken sambil menarik kursi di meja makan tersebut. Dia juga langsung mencomot bakwan jagung kesukaan sang daddy.
Melihat hal itu, mommy Retta langsung menawarkan makanan untuk sang putra.
"Mau makan malam disini?"
"Enggak deh, Mom. Tadi Gitta sudah berpesan untuk makan malam di rumah. Ehm, tadi dia juga bilang jika ada yang mau dibicarakan. Ada apa, Mom?"
Mommy menghembuskan napasnya sebelum menjawab pertanyaan Ken. Dia juga menarik kursi yang ada di samping sang putra.
"Sayang, kamu kan sekarang sudah menikah. Apalagi kamu juga sudah mempunyai anak. Tanggung jawab kamu juga sudah bertambah. Kemarin, ada salah seorang teman Mommy datang ke butik. Dia juga mempunyai usaha butik seperti Mommy. Tapi, dia tidak tahu jika Gitta itu adalah menantu Mommy. Dan, apa kamu tahu apa yang dilakukan teman Mommy itu? Dia mengenalkan Gitta dengan putranya dan berniat untuk menjodohkannya dengan putranya itu,"
"Apaa?!" belum sempat mommy Retta menyelesaikan perkataannya, Ken sudah bereaksi berlebihan. "Kenapa Mommy diam saja?!"
Mommy Retta yang kesal langsung mencubit lengan putranya tersebut. Sontak saja Ken langsung protes dengan apa yang dilakukan oleh mommynya tersebut.
"Aduuhh, apa-apaan sih, Mom. Sakit ini nih. Heran deh, cubitan mommy sakit sekali. Itu paha daddy seperti apa bentuknya," gerutu Ken sambil mengusap-usap lengannya.
Mommy hanya bisa berdecak kesal setelah mendengar perkataan Ken.
"Dengarkan dulu Mommy ngomong baru berkomentar."
Ken hanya bisa mengerucutkan bibirnya sambil menganggukkan kepalanya.
Mohon dukungannya untuk cerita baru ini ya, jangan lupa tinggalkan jejak dengan klik like dan komen. Mumpung hari senin, bisa dong tinggalkan vote buat Zee 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Dwi setya Iriana
waaahhhhhh siapa ya yg mau gitta jadi mantunya????
2021-12-26
0
Sunarty Narty
nah Lo Ken baru tau istrimu d incer cowok lain😂🤣🤣🤣😂😂kelabakan..
2021-11-17
0
Cezza Mia
Aku ksh vote biar author tambah semangat ya! Karyamu bagus thor 🔥❤️
2021-10-27
0