"Kenapa?" tanya daddy Vanno bingung.
"Aku tidak mau membatasi kesenanganmu, Mas."
Seketika daddy Vanno memeluk tubuh sang istri.
"Sayang, aku tahu aku salah. Aku minta maaf untuk itu. Aku tidak tahu jika kamu se khawatir itu saat aku dan Ken pergi jauh naik motor. Aku janji tidak akan melakukannya lagi."
Kali ini, mommy Retta membalas pelukan daddy Vanno. Dia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher daddy Vanno yang tengah polos tersebut.
"Maafkan aku, Mas. Aku benar-benar mengkhawatirkan kalian kemarin. Aku benar-benar takut jika terjadi apa-apa dengan kalian. Bukan aku meragukan kemampuan kalian naik motor, Mas. Tapi, kalian kan memang jarang menaikinya, apalagi jika pergi jauh. Aku hanya khawatir refleks kalian tidak sebagus saat mengendarai mobil."
"Iya, iya. Maafkan aku. Aku akan menjualnya nanti."
Lagi-lagi mommy Retta menggelengkan kepalanya. Daddy Vanno mengernyitkan keningnya bingung saat melihat reaksi sang istri.
"Jangan di jual, Mas."
"Eh, kenapa? Kali ini, aku akan menjualnya, Yang. Aku janji."
"Tidak usah. Aku tidak mau kamu menjualnya. Asalkan, kamu berjanji untuk tidak memakainya jauh-jauh. Jika kamu ingin pergi ke luar kota, pakai mobil saja. Lebih aman."
Kali ini, hati daddy Vanno langsung bersorak bahagia. Dia benar-benar merasa bahagia setelah mendengar perkataan mommy Retta.
"Kamu serius mengizinkan aku tetap memiliki motor tersebut, Yang?"
"Iya."
Daddy Vanno langsung tersenyum senang. Dia menghadiahi mommy Retta dengan kecupan bertubi-tubi pada pucuk kapalanya.
"Terima kasih, Yang. Terima kasih. Aku janji, tidak akan pergi jauh-jauh naik motor lagi. Aku janji tidak akan membuat kamu khawatir lagi."
Mommy Retta tersenyum sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh sang suami.
"Iya, Mas. Jangan mengulangi untuk melakukan hal-hal yang membuat orang-orang yang menyayangimu khawatir lagi, Mas."
"Iya, aku janji. Terima kasih kamu sudah mengungkapkan apa yang kamu rasakan, Yang. Terima kasih atas cinta dan perhatian yang kamu berikan selama ini. I love you more and more," kata daddy Vanno sambil melepaskan pelukannya dan menangkup pipi mommy Retta.
Tatapan kedua pasang mata mereka bertemu dan terasa saling mengunci. Daddy Vanno benar-benar merasa tidak sanggup menahan diri lagi. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah mommy Retta. Segera saja, dilu*matnya bibir sang istri yang selalu saja menggodanya tersebut.
Hhhmmmppphhh eemmpphhhh emmmppphhh.
Suara perpaduan dua benda kenyal tersebut tak dapat disembunyikan. Secepat kilat, tangan daddy Vanno sudah mulai bergerilya pada tubuh sang mommy. Entah apa yang dilakukan daddy Vanno hingga membuat mommy tidak menyadari jika gaun tidurnya kini sudah melorot ke atas lantai. Dengan sekali sentakan, handuk yang melilit tubuh daddy Vanno juga sudah melorot ke atas lantai.
Seketika mommy Retta tersadar saat Vj sudah mulai aktif di bawah sana. Mommy melepaskan tangan daddy Vanno dan menatap ke bawah.
"Astaga, Mas. Kenapa semakin hari tangan kamu semakin terampil saja, sih. Ini kenapa sudah sama-sama polosan begini?"
"Sudah, nanti saja protesnya, Yang. Sekarang, kamu tinggal diam dan mende*sah saja," kata daddy Vanno sambil menarik tubuh mommy Retta hingga menempel pada tubuhnya.
"Astaga, Mas! Pindah dulu ke kasur sana. Masa iya berdiri di sini. Pegel kakiku nan aaaahhhhhhh Maaasssss!" belum sempat mommy Retta menyelesaikan perkataannya, daddy Vanno sudah mulai beraksi.
Mau tidak mau, mommy Retta hanya bisa pasrah sambil terus menerus berteriak-teriak sambil merem melek.
Sementara di rumah Ken, dia baru saja menemani sang putra tidur. Malam ini, Gitta kembali lagi mengajak tidur Zee di tempat tidurnya. Ken yang masih merasa bersalah pun tidak berani menolaknya. Alhasil, dia hanya bisa pasrah sambil menatap sang putra yang tengah mengenyot pabrik nutrisinya.
Glek
Glek
Glek
Entah mengapa Ken selalu dibuat mupeng saat balon tiup sang istri tengah disabotase putranya. Gitta yang menyadari tingkah Ken hanya bisa menghembuskan napas beratnya.
"Kamu nggak ada kerjaan lain apa selain lihatin putra kamu mendapatkan nutrisi, Mas?"
"Enggak. Nggak ada yang lebih menarik dari ini, Yang." Kata Ken sambil tak mengalihkan pandangan matanya pada pabrik nutrisi Gitta.
Lagi-lagi Gitta hanya bisa menghembuskan napas beratnya setelah mendengar jawaban Ken. Setelah Zee benar-benar tertidur, Gitta segera memindahkan sang putra pada tempat tidurnya. Dia merasa kasihan kepada Ken karena belum mendapatkan apa yang diinginkannya sejak kemarin.
Melihat hal itu, sontak saja wajah Ken langsung sumringah. Dia masih menatap Gitta yang tengah menyelimuti putranya tersebut.
"Ya-yang, malam ini aku bisa main becek-becekan kan?" tanya Ken penuh semangat.
Gitta yang sudah paham maksud sang suami hanya bisa menghembuskan napas beratnya. Dia berjalan mendekat ke arah tempat tidur dan beringsut mendekati sang suami.
Ken yang melihat hal itu langsung bersemangat. Seketika dia memeluk tubuh Gitta dan menyambar bibir ranum sang istri. Dengan refleks, tangannya sudah mulai bergerilya di bagian bawah tubuh Gitta. Namun, gerakan tangannya terhenti saat merasakan sesuatu yang mengganjal di bagian bawah sana.
"Ya-yang? I-itu tadi?"
"Aku lagi dapet, Mas. Jangan main yang bawah, ya. Main yang atas saja."
Seketika bahu Ken langsung melemas. Hal yang sama juga dirasakan oleh tower alaminya yang juga ikut tak bersemangat.
****
Terima kasih, bagi yang sudah sabar menunggu. Mohon maaf, othor e gantian ngetiknya. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk cerita baru othor ini. Kasih dukungan buat othor dengan klik favorit, like, komen dan vote. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
mbak i
mau ngakak takut dosa🤣🤣🤣
2022-08-14
0
Dwi setya Iriana
mupeng mupenh mupeng dah itu si ken,klo daddy vano wes bancaak neng kasur wes ngusel2 mommy retta.
2021-12-26
0
Sutiah
😂😂😂 kasihan..kasihan ..kasihan..
2021-12-12
0