Keesokan harinya, Ken sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Semalam, dia benar-benar mendapatkan hukuman dari Gitta. Apa hukumannya? Tidur jauh-jauh dari Gitta.
Semalam, Gitta membawa Zee tidur di tempat tidur yang sama dengannya. Zee tidur di tengah-tengah kedua orang tuanya. Sementara Ken, tidak boleh dekat-dekat Gitta, apalagi pegang-pegang.
Saat sarapan, Gitta juga lebih banyak berbicara dengan Zee daripada mengajak Ken mengobrol. Merasa diacuhkan oleh sang istri, Ken langsung menggeser kursi yang didudukinya mendekat ke arah Gitta.
"Sayang, kok aku dicuekin dari pagi, sih. Masa iya Zee terus dari tadi yang di suapin?" kata Ken dengan memasang wajah memelasnya.
"Kamu mau juga di suapin, Mas?"
Seketika Ken menganggukkan kepala dengan mantap. Senyum cerah langsung terbit dari bibirnya.
"Jual motor itu dulu, baru nanti aku suapin."
Seketika Ken langsung mencebikkan bibirnya. Ken masih tidak menyangka jika sang istri masih saja mengingat permintaannya yang itu.
"Iya, iya. Nanti aku suruh Dino ambil motor itu. Biar di jual sekalian," jawab Ken dengan ekspresi pasrahnya.
Gitta yang menyadari ekspresi Ken langsung menatap tajam ke arahnya.
"Kamu nggak ikhlas jual motor kamu, Mas? Kamu nggak mau jual?"
Ken buru-buru menggelengkan kepalanya. "Eh, ikhlas kok, Yang. Aku ikhlas. Aku pasti akan menjualnya," jawab Ken.
Dan nanti aku bisa beli lagi, tambah Ken dalam hati.
Seketika Ken mengambil ponselnya dan mencari nomor Dino, sang asisten.
"Hallo, Din. Nanti datang ke rumah ambil motorku. Kamu jual motor itu," kata Ken setelah panggilan teleponnya tersambung pada sang asisten.
"Eh, dijual Tuan?"
"Iya."
"Ehm, kok sama ya," jawab Dino dengan suara menggantung.
Ken yang mendengar hal itu langsung mengernyitkan keningnya.
"Maksud kamu sama apanya?" tanya Ken bingung.
"Ehm, tadi daddy Anda juga menghubungi saya untuk mengambil motornya dan juga meminta saya untuk menjualnya sekalian."
"Hhaah? Daddy juga akan menjual motornya?!"
"Iya, Tuan. Memangnya ada masalah apa dengan kedua motor tersebut? Bukannya itu motor baru semua, ya."
Tentu saja ada masalah. Masalah kehidupan Vj dan Kj yang akan terancam jika kedua motor tersebut masih ada di rumah, batin Ken.
"Tidak ada apa-apa. Kamu lakukan saja apa yang aku katakan."
"Baik, Tuan."
Setelah itu, Ken kembali melanjutkan sarapan sebelum berangkat ke kantor.
Hari itu, Ken pergi ke kantor milik daddynya (Kantor daddy Vanno yang sekarang sudah berpindah kepemimpinan kepada Ken). Dia langsung berjalan menuju ruang kerjanya. Sudah ada Emira, sang sekretaris yang menunggunya.
"Selamat pagi, Pak Ken." Sapa Emi saat Ken berjalan melewatinya.
"Pagi."
Emi langsung berjalan mengekori Ken hingga masuk ke dalam ruangannya. Dia sudah siap dengan jadwal harian Ken di tangannya.
"Apa jadwalku hari ini?" tanya Ken saat sudah mendudukkan diri di kursinya.
"Hari ini ada pertemuan dengan Pak Bastian saat makan siang. Setelah itu, ada rapat dengan para manajer, Pak."
"Alihkan jadwal rapat jadi jam sepuluh."
"Eh, dimajukan, Pak?"
"Iya. Aku ingin segera menyelesaikan perencanaan ini dengan cepat."
Emi hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia tidak akan mungkin membantah permintaan Ken. Emi hanya bisa menyampaikan perubahan jadwal rapat tersebut kepada para manajer tersebut.
Setelah Emi keluar dari ruangan Ken, terdengar suara ponsel milik Ken berbunyi. Ken segera mengangkat panggilan telepon tersebut setelah mengetahui siapa penelepon pagi itu.
"Hallo, Dad?"
"Kamu jual motor kamu, Ken?" tanya daddy Vanno langsung tanpa basa-basi terlebih dahulu.
Ken menghembuskan napas beratnya sebelum menjawab pertanyaan sang daddy.
"Hhhhh, memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan jika Gitta sudah memintaku untuk menjual motor, Dad?"
"Sama. Daddy juga sudah tidak bisa berkutik lagi saat mommy kamu meminta Daddy menjual motor."
Terdengar suara helaan napas dari Ken dan daddy Vanno.
"Apa yang harus kita lakukan, Dad? Sayang sekali jika kita harus menjual motor limited edition itu," kata Ken sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
"Ehm, kita bawa ke tempat Axcell saja. Jangan dijual dulu. Jika ditanya, bilang saja sudah dijual."
"Eh, memangnya tidak apa-apa? Aku nggak mau kena masalah jika sampai Gitta dan mommy mengetahuinya."
"Gampang. Daddy tahu apa yang harus dilakukan," jawab daddy Vanno dengan yakin. Ken yang mendengar hal itu, hanya bisa mengikuti perkataan sang daddy.
Menjelang sore, Ken sudah sampai di rumah. Dia melihat sang putra tengah berjalan mengikuti Gitta sambil membawa mobil-mobilannya. Ken berjalan mendekat ke arah puteanya tersebut.
"Wuuaahh, mobil-mobilan baru ini. Siapa yang belikan, Zee?" tanya Ken sambil berjalan mendekati sang putra.
Seketika Zee menoleh ke arah Ken. Dia langsung tersenyum bahagia saat mendapati sang daddy sudah pulang.
"Teddiiii!" tetiak Zee sambil berlari-lari kecil ke arah Ken. Namun, gerakannya terhenti saat Gitta tiba-tiba menggendong Zee dari arah samping.
Sontak saja Zee langsung meronta-ronta minta turun.
"Au ndong Tedi, Mi. Tuyyun tuyyun," rengek Zee.
"Sayang, Daddy masih banyak kuman. Biarkan Daddy mandi dulu, ya. Setelah itu, bisa main lagi bareng Zee," kata Gitta sambil berusaha menenangkan sang putra.
Meskipun Zee cemberut, namun dia cukup mengerti perkataan sang mommy. Zee hanya diam dalam gendongan Gitta.
Gitta segera menoleh dan menatap tajam ke arah Ken. Melihat hal itu, Ken langsung menggaruk tengkuknya sambil beranjak menuju kamarnya.
"Iya, iya, Yang. Aku bersih-bersih dulu," kata Ken sambil melangkahkan kakinya menuju kamar.
Sementara di rumah daddy Vanno, dia terlihat baru saja keluar dari kamar mandi. Daddy Vanno baru selesai membersihkan diri. Dia masih memakai handuk yang melilit pinggangnya dan berjalan menuju walk in closet.
Pada saat bersamaan, mommy Retta juga tengah berada di walk in closet untuk menata baju-baju yang baru saja dibersihkan. Daddy Vanno yang melihat keberadaan mommy Retta langsung tersenyum bahagia.
Secepat kilat dia berjalan mendekat ke arah mommy Retta. Mommy Retta yang menyadari ada gerakan di belakangnya langsung menoleh. Dia menatap tubuh suami yang hampir polos tersebut sambil menghembuskan napas beratnya.
"Kamu mau ngapain sih, Mas?" tanya mommy Retta sambil mengalihkan pandangan.
Dengan semangat empat limanya, daddy Vanno mendekat ke arah mommy Retta dan memeluknya dari samping.
"Mau ganti baju, Yang. Ini mau ambil baju."
"Kalau mau ganti baju, sana cepat ambil."
"Ambilin, dong."
"Ambil sendiri sana. Kamu kan bisa pilih baju sendiri dan bisa ngapa-ngapain sendiri. Bisa buat keputusan sendiri, tanpa memikirkan orang lain, kan." Jawab mommy Retta.
Deg. Seketika daddy Vanno merasakan perkataan dingin mommy Retta. Dia melepaskan pelukannya dan memutar tubuh sang istri.
"Kenapa ngomongnya begitu, Yang?" tanya daddy Vanno.
Mommy Retta tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan daddy Vanno.
"Kamu lebih memilih mempertahankan motor kamu daripada perasaan istri kamu ya, Mas? Aku meminta kamu menjual motor itu, karena aku sayang sama kamu, Mas. Aku khawatir jika kamu pergi jauh dengan motor. Sedetik kamu hilang konsentrasi, kamu bisa celaka, Mas. Tapi ternyata, kamu lebih memilih untuk menyembunyikan motor kamu ke tempat Axcell daripada menjualnya," jawab mommy Retta sambil tersenyum getir.
Seketika daddy Vanno membeku. Dia bisa merasakan kesedihan dan kekhawatiran sang istri. Secepat kilat daddy memeluk mommy Retta dan menciumi pucuk kepalanya bertubi-tubi.
"Maafkan aku, Yang. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu, sungguh."
Mommy Retta masih diam tak membalas perkataan daddy Vanno. Hal itu justru membuat daddy semakin panik.
"Yang? Aku janji akan menjualnya. Jangan marah lagi, ya."
Kali ini mommy Retta menggelengkan kepalanya dalam dekapan daddy. Seketika daddy melepaskan pelukannya.
"Maafkan aku jika terlalu memaksa kamu, Mas," kata mommy Retta dengan mata berkaca-kaca.
Daddy Vanno langsung mengusap bulir air mata yang mulai jatuh tersebut. Dia memberikan kecupan bertubi-tubi pada wajah mommy Retta.
"Maafkan aku, Yang. Maafkan aku tidak memahami perasaanmu. Aku tidak tahu jika kamu setakut itu saat aku dan Ken pergi dengan motor. Aku janji, aku akan menjual motor tersebut."
Lagi-lagi mommy Retta menggelengkan kepalanya. "Tidak usah di jual, Mas."
"Kanapa?"
***
Sabar ya, othor e gantian ngetiknya 🤭
Jangan lupa tinggalkan jejak buat othor ya.
Masih slow up, othor bagi-bagi waktu buat up cerita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Dwi setya Iriana
kok mommy retta berubah pikiran,kenapa ya????
2021-12-26
0
Wati Simangunsong
ko retta tau soal motor mau d umpetin sih
2021-12-21
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦a͒r͒r͒o͒w͒ 🏹
Elahh mending naik motor daripada cari kesenangan lain.. Toh kalo ada acara fashion show mommy dan gita juga pada lupa akan suami mereka..
Namanya kecelakaan itu gak ada yg mau, naik mobil pun kalo mau celaka tetap celaka juga. Mobil dan motor gak ada bedanya.
Lagian motor alternatif paling cepat ketika diburu waktu..
2021-12-19
1