Firasat mommy Retta dan juga Gitta semakin buruk. Entah mengapa mereka langsung berpikir yang tidak-tidak.
Saat ini, mommy Retta dan juga Gitta sedang berada di rumah Mommy. Sejak sehabis makan malam, Gitta langsung ikut mommy pulang. Dia bahkan menitipkan Zee sebentar kepada sang nanny.
"Mom, kenapa perasaannku jadi tidak enak begini?" kata Gitta sambil masih mencoba menghubungi sang suami.
"Iya, sama. Mommy juga merasakan hal yang sama."
Kedua wanita beda generasi tersebut masih terlihat panik. Mommy dan Gitta mencoba menghubungi beberapa teman atau sahabat yang sekiranya mengetahui keberadaan kedua orang tersebut. Namun, tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan daddy Vanno dan juga Ken.
Hingga menjelang pukul delapan malam, terdengar suara guntur dan kilat menyambar-nyambar. Gitta langsung beranjak berdiri.
"Mom, sepertinya mau hujan. Aku pulang dulu, ya. Takut Zee menangis."
"Iya, Sayang. Kamu lekas pulang saja. Mommy akan mencoba menghubungi teman-teman daddy dan suami kamu."
Gitta segera mengangguk mengiyakan. Setelah itu, dia segera bergegas untuk pulang. Gitta tidak ingin putranya menangis ketakutan karena suara guntur dan hujan deras.
Selang lima menit setelah kepulangan Gitta, hujan turun dengan derasnya. Mommy Retta semakin panik saat suami dan putranya belum kembali. Namun, sekitar lima belas menit kemudian, terdengar suara motor daddy Vanno memasuki garasi. Mommy Retta yang mendengar hal itu langsung tergopoh-gopoh berjalan menuju garasi.
Dan benar saja, mommy Retta melihat daddy Vanno yang baru saja turun dari motor besarnya. Badannya yang masih terbalut jaket tersebut basah kuyup. Mommy melihat daddy Vanno yang sedang melepas helmnya tersebut langsung berkaca-kaca. Entah mengapa mommy merasakan rasa khawatir dan lega sekaligus.
Daddy yang awalnya tidak menyadari keberadaan mommy, langsung terkejut saat menoleh dan mendapati mommy Retta sudah berdiri di dekat pintu.
Deg.
Jantung daddy Vanno langsung nyeri saat melihat wajah mommy Retta sudah berurai air mata. Daddy selalu lemah dengan air mata, apalagi air mata orang yang sangat dicintainya tersebut.
"Sa-sayang? Ada ap…," belum sempat daddy Vanno menyelesaikan perkataannya, mommy Retta sudah berlari dan menabraknya. Mommy Retta langsung memeluk daddy Vanno dengan eratnya. Dia bahkan tidak peduli badannya basah semua.
"Hiks hiks hiks, Ka-kamu kemana saja? Hiks hiks hiks," isak mommy sambil memeluk erat tubuh sang suami.
Daddy Vanno benar-benar merasa sangat bersalah. Dia mendekap tubuh mommy sambil mengusap surai hitam mommy yang menjuntai hingga punggung tersebut.
"Maafkan aku, Yang. Tadi aku hanya jalan-jalan dengan Ken. Kami memang tidak berhenti, agar bisa segera pulang. Tapi, ternyata hujan turun deras sekali. Kami bahkan tidak berhenti agar bisa cepat sampai rumah," kata daddy Vanno sambil masih mengusap-usap punggung mommy. Tak lupa juga kecupan bertubi-tubi di daratkan daddy Vanno pada pucuk kepala sang istri.
"Hiks hiks, aku takut kamu kenapa-napa, Mas. Aku takut kamu dan Ken terluka. Hiks hiks."
"Sssttt, jangan ngomong aneh-aneh, Yang. Aku minta maaf karena tadi tidak memberi kabar. Tapi, kami baik-baik saja. Kami pulang dengan selamat tanpa kurang satu apapun, ini."
Seketika mommy Retta mendongakkan kepalanya. Mommy menatap wajah daddy Vanno dengan air mata yang masih menganak sungai. Melihat hal itu, daddy Vanno benar-benar merutuki perbuatannya. Dia benar-benar tidak menduga jika kejadiannya akan seperti ini.
Tadi siang, daddy dan Ken beranggapan jika mommy Retta dan juga Gitta akan sangat sibuk seperti biasanya hingga sore. Mereka yang sudah sering melakukan acara seperti itu, bisa dipastikan jika para suami akan dilupakan sementara waktu.
Namun, hari itu berbeda. Mommy Retta dan juga Gitta sengaja pulang lebih cepat agar bisa makan malam di rumah bersama dengan para suami. Namun, dugaan mereka salah. Saat tiba di rumah, mommy Retta dan juga Gitta tidak mendapati suami mereka. Gitta juga tidak mendapati keberadaan sang putra, hingga sang mama memberitahukan jika putranya ada di rumahnya.
"Kamu dan Ken mau membuatku dan Gita mendapat serangan jantung ya, Mas?"
"Eh, kenapa ngomong begitu? Tentu saja tidak. Mana mungkin kami melakukannya, Yang."
"Lalu, yang kalian lakukan tadi apa? Pergi ke luar kota tidak pamit, bahkan tidak memberi kabar. Kalian kira kami bisa tenang sebelum kalian pulang? Jika sampai terjadi apa-apa dengan kalian bagaimana?"
Daddy Vanno yang melihat rasa khawatir mommy langsung mendekap dan memberikan kecupan bertubi-tubi pada pucuk kepalanya. Tentu saja daddy Vanno merasa bersalah telah membuat istri dan menantunya khawatir.
"Maafkan kami, Yang. Kami janji tidak akan melakukan hal seperti ini lagi," kata daddy Vanno sambil masih mendekap erat tubuh mommy.
Seketika mommy mengendurkan pelukannya. Dia mendongakkan kepala dan menatap wajah daddy Vanno.
"Janji tidak akan mengulanginya lagi?"
"Iya, Yang. Aku janji."
"Janji tidak akan keluar kota tanpa pamit lagi?"
"Iya, aku janji."
"Janji tidak membuat khawatir lagi?"
"Iya, aku janji."
"Janji Vj puasa satu minggu?"
"Iya, aku janji." Namun, seketika kedua bola mata daddy Vanno membesar setelah menyadari apa yang diucapkan oleh mommy Retta. "Yang, aku nggak mau! Mana ada itu puasa satu minggu, Yang. Kisut, Yang nanti. Nggak mau aku, Yang." Rengek daddy Vanno.
Seketika mommy Retta melepaskan pelukan pada tubuh daddy Vanno. Dia menatap wajah sang suami dengan tatapan kesalnya.
"Bodo amat!"
**"
Sementara di rumah Ken. Hal yang hampir sama pun terjadi. Gitta yang baru saja menidurkan Zee langsung beranjak keluar dari kamar saat mendengar suara motor sang suami. Dia langsung beranjak menuju garasi dan melihat Ken yang baru saja turun dari motor dengan tubuh basah kuyup.
Ken yang menyadari keberadaan Gitta pun langsung menoleh. Glek, glek, glek. Dia menatap wajah Gitta yang sudah berurai air mata. Ken buru-buru melepaskan helmnya dan meletakkannya secara asal. Ken langsung berjalan cepat ke arah sang istri.
"Sayang, ada apa?" tanya Ken panik sambil berusaha mengusap air matanya yang masih berurai dengan derasnya.
"Hiks hiks. Kamu dari mana saja, Mas?"
Ken yang menyadari kesalahannya langsung membenamkan tubuh sang istri ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku, Yang. Tadi kami hanya jalan-jalan. Kami pikir, kamu dan mommy akan sibuk seperti biasanya tadi."
"Tapi kenapa kamu tidak memberi kabar, Mas. Kamu tahu aku dan mommy khawatir sekali. Bahkan, kami sudah mulai berpikir yang tidak-tidak tadi? Hiks"
"Sssttt, aku minta maaf, Yang. Maafkan aku karena tidak menghubungi tadi. Kami pikir, kamu dan mommy akan sangat sibuk. Kami tidak mau mengganggu aktivitas kalian."
"Meskipun kami sibuk, setidaknya kirim pesan kan bisa, Mas."
Ken menghembuskan napas beratnya. Ya, dia memang merasa bersalah.
"Iya, Yang. Aku minta maaf. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi."
Seketika Gitta melepaskan pelukan Ken dari tubuhnya. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap wajah sang suami.
"Kamu janji tidak akan melakukannya lagi?"
"Iya. Aku janji, Yang."
"Janji akan selalu kasih kabar?"
"Iya. Aku janji."
"Janji tidak akan pergi jauh-jauh lagi?"
"Iya. Aku janji."
"Janji mau jual motor kamu?"
"Iya, Yang. Aku janji."
Namun, seperti daddy Vanno, Ken langsung tersadar dengan apa yang dikatakan oleh sang istri. Dia langsung membulatkan mulut dan kedua matanya.
"Eh, mana mungkin aku menjual motor ifu, Yang. Aku sudah terlanjur sayang."
"Mau jual motor atau pilih si Kj puasa?"
"Jual motor!" Jawab Ken cepat.
Motor bisa beli lagi yang baru, tapi lapis lempit Gitta, mau beli dimana? batin Ken.
***
Hallo Dear, terima kasih sudah mampir kesini lagi. Mohon bantu klik favorit, like dan komen ya. Bantu promote juga agar cerita ini banyak dikenal orang.
Jangan lupa juga tebar-tebar hadiah dan vote buat othor. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
NENG IKA WULANDARI
duileh vano, dulu kamu itu cool sekarang kok begini sih vano, hahaha
2022-10-12
0
Eulis Siti Maryam
😂😂😂😂😂😂
2022-01-29
0
Yuliya
😀😀😀😀😀😀
2022-01-18
0