Hari itu daddy Vanno membawa Zee ke kantor setelah membeli mainan. Seperti biasa, Zee sudah langsung larut dengan mainan-mainan barunya saat sudah berada di kantor sang kakek.
Dinda, sekretaris daddy Vanno langsung memberikan beberapa laporan yang harus diperiksa oleh daddy Vanno.
"Tolong bacakan jadwalku hari ini," kata daddy Vanno sambil membuka laporan tersebut.
"Baik, Pak. Hari ini tidak ada jadwal meeting. Tapi, nanti siang Mr. Chen akan datang untuk membicarakan proyek yang ada di Lombok, Pak."
Kening daddy Vanno berkerut setelah mendengar perkataan Dinda. Daddy Vanno langsung menoleh menatap sang sekretaris dengan tatapan tajamnya.
"Kamu sudah menyampaikan ke TS jika aku tidak mau bekerja sama dengan mereka, kan?"
"Su-sudah, Pak. Saya juga sudah mengirimkan email langsung kepada sekretaris Mr. Chen, Pak."
"Lalu, kenapa dia masih mau menemuiku? Aku nggak akan mau bekerja sama dengan perusahaan yang sudah bermasalah dengan pemerintah!"
"I-iya, Pak. Saya tidak tahu kenapa Mr. Chen ingin menemui Anda. Beliau memaksa ingin bertemu dengan Anda siang ini," kata Dinda sambil menundukkan wajahnya. Dia benar-benar takut dengan kemarahan atasannya itu.
"Aku tidak peduli! Aku tidak mau menemuinya."
"Baik, Pak. Akan saya sampaikan kepada sekretaris beliau," kata Dinda sambil menundukkan kepalanya. Setelah itu, dia segera pamit untuk kembali ke mejanya.
"Hhhffftt, bisa-bisa aku akan kena serangan jantung jika terus-terusan begini. Tapi, sayang sekali jika aku harus keluar dari perusahaan ini," gumam Dinda sambil kembali melanjutkan pekerjaannya.
Zee yang melihat sekretaris papanya keluar ruangan, langsung berjalan menuju meja sang kakek.
"Pa, Ji antuk. Au bobo," kata Zee sambil menabrakkan tubuhnya pada pangkuan sang kakek.
"Eh, Zee sudah ngantuk? Mau pulang sekarang?"
"Indak au. Au bobo cini."
"Ya sudah, ayo bobo sama Papa," kata daddy Vanno sambil mengangkat Zee ke dalam gendongannya.
Zee langsung mengalungkan kedua tangannya pada leher daddy Vanno. Kepalanya disandarkan pada bahu kiri sang kakek. Dia terlihat sudah sangat mengantuk.
Daddy Vanno langsung mengangkat telepon dan menghubungi Dinda.
"Aku sibuk, jangan diganggu. Aku tidak mau siapapun menggangguku siang ini," kata daddy Vanno. Dia langsung menutup panggilan telepon tersebut tanpa menunggu jawaban dari Dinda.
Setelah itu, daddy langsung membawa Zee ke dalam kamar pribadi yang ada di dalam ruang kerja daddy Vanno. Tak lupa juga, daddy Vanno membuatkan susu untuk sang cucu.
"Keyyon cini Pa," kata Zee sambil menepuk-nepuk tempat tidur di samping kanannya. Zee meminta daddy Vanno untuk menemaninya tidur siang.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, daddy Vanno langsung menggulung lengan kemejanya dan beranjak ke atas tempat tidur. Siang itu, dua laki-laki yang berbeda generasi tersebut tidur siang dengan nyenyaknya.
Selepas makan siang, mommy Retta tiba di kantor daddy Vanno. Dia berjalan menuju ruangan sang suami dengan membawa makan siang. Terlihat Dinda juga baru saja kembali dari makan siangnya.
"Bapak ada, Din?" tanya mommy Retta.
Dinda sedikit bingung bagaimana menjawabnya. Namun, dia segera mengangguk mengiyakan sambil mengulas senyumannya.
"Ad, Bu. Bapak di dalam sejak tadi."
"Belum makan siang?"
"Eh, sepertinya belum, Bu. Tadi, Bapak tidak meminta untuk dipesankan makan siang. Dan juga, Bapak belum terlihat keluar ruangan sejak tadi, Bu."
Mommy Retta langsung menghembuskan napasnya. Dia sudah hafal dengan kelakuan sang suami. Bisa dipastikan, kedua laki-laki tersebut sedang tidur siang.
Mommy Retta langsung beranjak menuju ruangan daddy Vanno. Setelah itu, mommy langsung berjalan menuju kamar yang ada di ujung sebelah kanan ruangan tersebut. Di sana merupakan kamar pribadi daddy Vanno.
Ceklek.
Mommy Retta membuka pintu kamar tersebut. Terlihat dua orang laki-laki beda generasi tengah tidur dengan nyenyaknya. Kaki kiri Zee bahkan sudah nangkring pada leher daddy Vanno. Entah bagaimana caranya mereka selalu bisa tidur nyenyak dimanapun berada.
Mommy Retta langsung berjalan untuk menghampiri daddy Vanno. Dia menggoyangkan lengan sang suami untuk membangunkannya.
"Mas, bangun dulu gih."
"Hhhmmm,"
"Mas, jangan ham hem terus. Bangun dulu, kamu dan Zee belum makan siang."
Seketika daddy Vanno membuka kedua bola matanya dan menyipit menatap wajah mommy Retta.
"Makan kamu dulu boleh, Yang?"
Ini daddy Vanno mengigau atau bagaimana sih? 🤔
Jangan lupa klik ♥️, like dan komen ya. Bantu promote juga cerita ini, terima kasih 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Mogu
bolehhh cusd sibak
2022-03-01
1
Nur Denis
daddy vano mesumnya mkin jadi y😀
2022-02-17
0
Dinniey Meyla
makin tu mkin jadi 🤣🤣
2021-12-27
0