"Aku udah bilang ngak butuh harta mu karena harta ku lebih banyak, sekarang kamu harus cepat urus perpisahan ini" tegas Putri.
"Baik lah kamu harus bisa meyakinkan papa untuk ini" jawab Bagus.
"Baik lah, kalau itu gampang" pergi meninggalkan ruangan Bagus.
"Sekretaris Kim" panggil Bagus.
"Siap kan saja apa yang sudah aku katakan tadi, dia terlalu sombong dan dia pasti membutuhkannya" perintah Bagus.
"Baik pak" jawab Kim langsung menyiapkan berkas-berkasnya.
Mereka pun pulang ke rumah dan menemui Harisza untuk urusan ini.
"Kalian sudah pulang, kenapa harus ke kantor dulu seharusnya kalian langsung pulang beristirahat" ucap Harisza.
"Pa ada yang ingin kami berdua katakan" ucap Bagus.
"Apa itu ayo katakan" tanya Harisza penasaran.
"Kami berdua sudah memutuskan untuk berpisah, kami sudah lama menikah dan tidak dikaruniakan anak sampai sekarang. kami sudah tidak bisa melanjutkan ini" ucap Putri dengan nada sedih.
Lilian yang menguping di dekat pintu tersenyum dalam hatinya "ternyata ini lebih cepat sesuai dengan keinginannya."
"Kalian kan bisa melakukan bayi tabung, kalian juga bisa berobat keluar negeri mencari alat teknologi canggih untuk mendapatkan anak" bantah Harisza.
"Pa ini sudah keputusan kami, kami tidak bisa bersama lagi. Kami hanya memohon papa mendukung keputusan kami ini" pinta Bagus.
Lilian pun langsung masuk untuk membantu mereka.
"Tapi" ucap Harisza.
"Pa kita sebagai orang tua mendukung dan mendoakan anak kita karena mereka sudah mengambil ke putusan sesuai dengan keinginan mereka, mereka berdua sudah dewasa" sambung Lilian.
Harisza tidak bisa berkata apa-apa lagi dan hanya mengangguk "baik lah, kalian selesaikan secara baik-baik" pergi meninggalkan mereka.
Putri pun masuk ke kamar menyiapkan barang-barangnya dan menelpon kekasihnya Steven untuk menjemputnya pergi dari sini.
"Ini"kata Bagus.
"Apa ini" tanya Putri.
"Ini kunci rumah dan besok sekretaris Kim yang akan membawa surat-surat untuk perpisahan kita" langsung pergi meninggalkan Putri.
Di rumah cahaya pun merapikan kamarnya, melihat itu Mira bingung dan masuk dan bertanya "sayang lagi ngapain, kok berantakan?"
"Ayah akan tinggal dengan kita jadi Cahaya mau rapiin sama kasih lihat ayah barang-barang koleksi Cahaya" ucapnya senang sambil membereskan.
"Cahaya bunda tau Cahaya seneng banget tapi ayah dan bunda tidak bisa tinggal bersama" ucap Mira sedih.
"Kenapa bunda, kan ayah adalah ayah Cahaya. Bukannya ayah, ibu dan anak harus satu rumah" tanya Cahaya.
"Ayah dan bunda belum menjadi suami istri yang sah jadi tidak bisa satu rumah" jawabnya.
"Okey kalau gitu bunda dan ayah tinggal menikah. Ya udah bunda sekarang keluar dari kamar Cahaya karena Cahaya ngak mau di ganggu bunda" sambil menarik Mira keluar dari kamar.
"Tapi sayang kamu" mira kaget Cahaya langsung menutup pintunya.
"Andai saja kamu tau kalau ayah mu sudah punya istri, kamu pasti tidak akan sesenang ini nak" dalam hati Mira.
"Kak kenapa" ucap Blue dari belakang membuat Mira kaget.
"Kakak bingung mengatakan hal ini pada Cahaya, apalagi dia sedang bahagia bertemu ayahnya" ucap Mira.
"Kakak sabar ya, Cahaya masih kecil dia belum mengerti. Besok kita jelasin pelan-pelan ke Cahaya" bujuk Blue menenangkan Mira.
"Iya kamu benar, sekarang kakak mau ke kamar dan kamu juga ke kamar ya" ucap Mira.
"Malam ini aku pulang ke panti kak, aku mau lihat mama dan yang lainnya" jawab Blue.
"Ya udah hati-hati ya" ucap Mira dengan mengantar Blue keluar rumah.
Putri pun membawa barang-barang dan kopernya keluar rumah dan di luar sudah ada Bagus, Harisza dan Lilian.
"Putri coba kamu pikirkan dulu" bujuk Harisza. "Papa ini sudah ke putusan mereka berdua, sekarang ayo kita masuk" ajak Lilian.
Mobil sedan pun menjemput Putri di depan rumah dan Putri langsung masuk tanpa menoleh ke arah Bagus.
"Akhirnya wanita ini pergi juga" batin Bagus senang.
Bagus pun kaget suara dari hp nya berbunyi ternyata dari Mira.
"hello ayah, kenapa belum menghubungi Cahaya. Cahaya sudah menunggu dari tadi" ketus Cahaya.
"Maaf sayang ayah lagi ada urusan tadi belum sempat menghubungi Cahaya" jawab Bagus.
"Ayah kata bunda ayah tidak bisa tinggal di sini karena ayah dan bunda belum menikah. Apa ayah mau menikah dengan bunda biar kita bisa sama-sama" tanya Cahaya.
"Baik sayang, apa pun yang Cahaya inginkan akan ayah turutin" jawab Bagus dengan senang.
"Horeee, ayah tidur yang nyenyak yah, Cahaya bahagia banget mendengar perkataan ayah. Cepat pulang ayah" langsung mematikan telponnya.
Harisza di kamar dengan wajah kecewa karena menantunya pergi dan dia pun hanya diam di kursinya.
"Pa boleh Bagus masuk" ucap Bagus.
Lilian yang kesal melihat wajah suaminya seperti itu membiarkan Bagus masuk "silahkan sayang, cerita kan semua pada papa mu" ucap Lilian.
"Pa, Bagus tau papa kecewa tapi ini ke putusan aku dan Putri pa, besok di wawancara kami akan mengatakan apa yang sudah kami jelas kan kepada papa tadi" ucap Bagus.
"Kamu membuat papa kecewa, Putri anak yang baik dia tidak pernah mengecewakan papa" ucap Harisza.
"Ini pa, papa bisa lihat sendiri menantu yang papa banggakan itu" dengan memberi sebuah kertas kepada Harisza. "Aku permisi pergi pa ke kantor untuk segera menyelesaikan tugas ku" pamit Bagus.
Harisza kaget melihat kertas itu yang berisi sebuah alamat.
"Sayang, kamu datang aja ke alamat itu nanti kamu tau jawabannya dan tolong kalau kamu sudah dapat jawaban langsung pulang jangan di tegur, karena aku takut kalau kamu marah-marah nanti darah tinggi mu naik. Ingat kamu tidak muda lagi seperti dulu" ucap Lilian.
Harisza pun berdiri menyuruh sopir menyiapkan mobilnya karena dia benar-benar penasaran.
"Sayang aku ikut ya" pinta Lilian.
Harisza pun mengangguk kepala.
Saat sampai di alamat Harisza kaget ternyata alamat yang di kasih oleh Bagus sebuah diskotik.
"Aku ngak ikut, kamu sendirian saja, ingat pesan ku tadi, dan ini" Lilian memasangkan topi ke kepala Harisza.
Harisza pun masuk ke diskotik itu dia ingat masa mudanya dulu saat menghambur-hamburkan uang. Saat itu dia kaget melihat menantu kesayangannya sedang minum-minuman sambil berpelukan dengan laki-laki pada hal dia dan Bagus belum resmi bercerai.
"Put tadi gue lihat di mobil loh banyak barang, lo mau kemana sih" tanya temannya.
"Oh itu tadi barang gue dari rumah suami gue, gue hari ini mulai bercerai dengan dia" jawab Putri.
"Jadi lo bakal jadi janda donk" tawa perempuan itu.
"Hey jangan sembarangan bicara kalian, dari dulu putri punya gue" ucap Steven.
"Sayang aku ke toilet dulu ya" Steven pun pergi meninggalkan Putri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments