Sejak masih SMA, Damar sudah terjun di bidang bisinis. Awalnya Damar mencoba peruntungan di bidang pertanian, khususnya sayuran organik yang pemasarannya sedikit lebih sulit dibandingkan sayuran yang menggunakan pukul kimia.
Sekitar enam tahunan, Damar menjalankan bisnis sayuran organiknya, sampai akhirnya mencoba masuk di bidang arsitektur, setelah lulus kuliah, sementara bisnis pertanian nya di urus ayah dan ibunya.
Dan Damar selalu membagi keuntungan bisnisnya, lima puluh persen untuk mengembangkan bisnisnya, dua puluh lima persen untuk menghidupi keluarga nya, dan dua puluh lima persen lagi untuk dana sosial.
"Mas, kok masih baringan, memang hari ini gak ke kantor," ujar Gesit.
Memang sebulan sekali Damar selalu mengunjungi rumah singgah dan juga rumah makan gratis serta satu tempat ibadah yang Damar dirikan atas nama ayahnya, Abdullah.
"Hari ini mas, mau nganterin kamu cek kandungan, setelah itu mas ada keperluan sedikit, ada tempat yang mesti mas kunjungi,"
"Aku boleh ikut gak mas, sekalian jalan jalan, boleh ya, sayang,"
"Boleh, tapi kamu harus nurut sama mas, gak boleh kepo nanti kalo di sana," lanjut Damar
"Kok gitu sayang, aku kan orangnya suka penasaran kalo ada hal hal yang tersembunyi," ucap Gesit.
Rasa ingin tahu Gesit yang tinggi, kadang membuat Damar kewalahan, ada saja yang di tanyakan.
"Dasar tukang kepo, janji dulu sama mas, apa yang kamu liat kamu dengar cukup simpan dalam hati, jangan sampai keluar dari mulut, Oke,"
"Sampai segitunya, sebenarnya siapa yang akan mas Damar kunjungi, aku jadi penasaran," batin Gesit.
Jam sembilan jadwal Gesit cek kandungan, setelah menunggu antrian akhirnya Damar dan Gesit masuk ke ruang pemeriksaan.
Setelah selesai diperiksa, Damar menebus obat penguat kandungan dan juga vitamin tablet yang di diresepkan dokter.
"Alhamdulillah, calon baby twins papa sehat sehat, perkembangannya juga bagus, bulan depan di cek lagi ya sayangnya papa, biar papa tau kalian cowok atau cewek," Damar mengajak ngobrol baby twins nya sambil mengelus perut istrinya.
Gesit pun hanya tersenyum melihat kelakuan wanita suaminya.
"Apapun yang Allah kasih, baik cowok , cewek atau mungkin cowok cewek yang penting sehat, lahir sempurna," sela Gesit.
Dari rumah sakit Danar melajukan mobilnya menuju tempat yang di tuju. Setelah dekat dengan tempat tujuan, Damar memakai masker, topi, dan kaca mata hitam.
Gesit pun demikian, memakai topi, masker dan kaca mata hitam.
Sebenarnya Gesit bingung, tapi dia sudah janji untuk diam, dan tidak kepo.
"Assalamu'alaikum, semuanya," Damar masuk ke salah satu tempat, yang tertulis Rumah makan gratis hamba Allah.
"Wa'alaikum Salam, merekapun menjawab. Apa kabar bang,"tanya salah satu juru masak di tempat itu.
"Baik, Alhamdulillah. Bagaimana persediaan bahan makanan, apa ada yang kurang, kalo ada yang kurang telfon ke nomor biasanya, dan upah untuk karyawan bagaimana?" tanya Damar.
"Aman bang," jawab penanggung jawab rumah makan gratis yang Damar dirikan.
penjaga rumah singgah yang Damar dirikan juga datang menemui Damar untuk memberitahukan kondisi rumah singgahnya, dan semua keperluan untuk biaya perawatan rumah singgahnya di tanggung oleh Damar.
"Rumah singgah bagaimana , apa ada kendala atau keluhan," tanya Damar.
"Semua masih aman bang, hanya untuk MCK mungkin masih kurang, karena pengunjung rumah singgah tambah banyak bang," ucap penjaga rumah singgah.
"Ya, nanti akan saya suruh tukang untuk membuat satu kamar MCK lagi," ujar Damar.
"Masya Allah, terima kasih ya Alloh Engkau mempertemukan aku dengan mas Damar, suamiku," batin Gesit.
"Begitu mulia hatimu, suamiku,"gumam Gesit.
Setelah semua urusan beres, Damar mendekati istrinya.
"Ayo pulang, urusanku sudah selesai sayang,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments