Anaya memandang punggung papanya, Yang sedang berjalan masuk kedalam kamar. Punggung yang dulu tegak, kini seperti tidak dapat menanggung beban dipundaknya lagi. Sangat terlihat, badan Papanya yang kurus.
"Papa.." gumam Anaya dengan suara yang lirih, dari kedua sudut bola matanya sudah mengalir air mata yang bening.
"Aku tidak boleh menangis, Papa akan sedih. Jika melihat mataku yang sembab, habis menangis." gumam Anaya.
Anaya menghapus air mata dari pipinya dengan kasar, lalu.
Kemudian...
Anaya mengambil handphonenya dan berusaha untuk menghubungi Raditya kembali, tetapi. Handphone Raditya tidak dapat terhubung juga.
"kemana Mas Raditya? kenapa ponselnya tidak aktif.." gumam Anaya.
Anaya berusaha untuk terus menghubungi Raditya, sedangkan nomor yang dihubunginya hanya mengatakan di luar jangkauan.
"kenapa aku tidak minta nomor asistennya dulu ya...." sesal Anaya, karena tidak meminta nomor darurat jika ingin menghubungi Raditya.
Anaya berulang kali mencoba untuk menghubungi Raditya tapi nihil, tiba tiba Anaya mendengar suara jatuh dari dalam kamar papanya.
"Apa itu!?" seru Anaya dengan terkejut.
Anaya berlari masuk kedalam kamar papanya dengan cepat, ketika dia telah berada didalam kamar papanya. Dilihatnya papanya sudah tergeletak di depan kamar mandi, dalam keadaan tak sadarkan diri.
"Papa..!" pekik Anaya.
"Papa! bangun Paa..!" Anaya menggoyang-goyangkan lengan sang Papa, tetapi. tidak ada respon yang diberikan sang papa.
"Bibik...!" teriak Anaya memanggil Bik Sum.
Anaya berteriak memanggil Bik Sum, mendengar teriakan Anaya. Bik Sum berlari tergopoh-gopoh masuk kedalam kamar papanya. Dan dilihatnya Anaya menangis sembari memeluk papanya yang terbaring di lantai.
"kenapa nNn...?" tanya Bik Sum dengan wajah yang cemas.
"Papa pingsan Bik..! telepon dokter, dan panggil siapa saja yang bisa bantu angkat papa keatas tempat tidur," kata Anaya kepada Bik Sum.
Dengan cepat Bik Sum menghubungi dokter, setelah menghubungi dokter. Bik Sum minta tolong orang yang lewat untuk membantu mengangkat Papa Anaya keatas ranjang.
Setelah mengangkat papanya keatas ranjang, Anaya mengucapkan terimakasih kepada orang yang menolongnya tadi.
"Terimakasih Pak," kata Anaya yang masih menangis.
"Apa tidak kita bawa ke rumah sakit saja," kata orang yang membantu mengangkat papanya tadi, kepada Anaya.
"kita tunggu dokter dulu pak," ucap Anaya sembari menangis dan memeluk papanya.
"Papa...! sadar pa...!" tangis Anaya semakin keras, karena sang Papa yang tetap tidak sadarkan diri.
Tak lama kemudian, dokter Wahyu yang rumahnya dekat dengan rumah Anaya datang. Dokter Wahyu langsung memeriksa keadaaan Papa Anaya.
"Anaya kita harus bawa kerumah sakit," kata dokter Wahyu, setelah selesai memeriksa kondisi papanya Anaya.
"Bagaimana kondisi Papa, om..?" tanya Anaya pada dokter Wahyu.
"Papa kamu kena serangan jantung, kita harus secepatnya membawanya ke rumah sakit. Kita bawa pakai mobil Om saja. Kalau nunggu ambulance bisa lama," kata dokter Wahyu.
" Ayo Pak kita angkat sama-sama," kata Dokter Wahyu pada pria yang menolong pertama tadi.
Kemudian dokter Wahyu bersama bapak penolong mengangkat papa Anaya ke dalam mobil dokter Wahyu.
"Terima kasih Pak," ucap Anaya pada bapak penolong.
Sampai di rumah sakit, sudah menunggu suster membawa brankar, karena sebelum berangkat tadi. Dokter Wahyu telah menghubungi rumah sakit tempat dia kerja. Dokter Wahyu di bantu suster dan satpam mengeluarkan papa dari dalam mobil.
Dokter Wahyu dan papa sudah masuk ke UGD dan Anaya dengan perasaan cemas menunggu di luar UGD.
Ketika melihat Bik Sum datang dengan berlari tergesa-gesa, dan terlihat wajah yang penuh rasa khawatir tercetak di raut wajah asisten rumah tangga yang sudah lama mengabdi pada keluarga Anaya.
"Bibik naik apa...?" tanya Anaya.
"Naik ojol Non, nggak tenang Bibik nunggu di rumah," ucap Bik Sum, kenapa dia menyusul kerumah sakit.
"Anaya khawatir Bik, Mau takut. Papa akan meninggalkan Nay, seperti Mama meninggalkan Nay," ucap Anaya dengan suara yang lirih, air matanya sudah mengalir membasahi pipinya.
" Hus..! jangan ada pikiran seperti itu, kita doakan. Agar Papa Non Anaya, bisa melewati percobaan ini," kata Bik Sum sembari memegang tangan Anaya dengan erat.
"kenapa lama ya Bik..?" tanya Anaya, karena sudah lama papanya didalam. Dan belum ada dokter keluar memberikan kabar tentang keadaan papanya, pasca dibawa masuk kedalam UGD.
"Sabar Non..." Bik Sum berusaha menenangkan Anaya, walaupun dirinya juga cemas. Memikirkan sang majikan yang sedang berjuang didalam UGD.
kemudian pintu ruangan UGD terbuka, muncul dua orang dokter. Yang seorang Anaya mengenalnya, yaitu dokter Wahyu.
"Anaya, ini dokter Burhan. Dokter yang menangani papa," kata dokter Wahyu pada Anaya.
"Bagaimana keadaan papa saya dokter...?" tanya Anaya pada dokter Burhan.
"Sekarang, kondisi papa Nona dalam keadaan koma. Tadi, sudah dilakukan Ct Scan kepala. Dan, terjadi pecahnya pembuluh darah di otak. Biasanya, akibat dari pecah pembuluh darah akan mengakibatkan kelumpuhan.." dokter memberikan penjelasan, tentang keadaan sang papa pada Anaya.
"Papa saya akan lumpuh Dok...?" tanya Anaya dengan suara yang bergetar, kedua jemari tangannya saling meremas.
"Biasanya begitu Nona, tapi kita harapkan tidak.Tapi saya tidak bisa memberikan harapan yang muluk-muluk," kata dokter Burhan lagi.
Setelah selesai memberi keterangan, mengenai kondisi Papanya, pada Anaya. Dokter Burhan kembali masuk kedalam ruang UGD.
"Permisi Nona," ujar dokter Burhan yang kembali masuk ke UGD
" Om, apa Papa tidak perlu dilakukan tindakan operasi...?" tanya Anaya.
"Tidak bisa Anaya, tempat yang pecah tersebut sangat rawan untuk dilakukan tindakan operasi..." terang dokter Wahyu pada Anaya.
" kalau tidak bisa dilakukan operasi, apa yang harus dilakukan Om...?" tanya Anaya.
"kita gunakan obat saja, tenang saja Anaya. Papa kamu akan sembuh, Dokter Burhan pakarnya dalam bidang ini..." jelaskan dokter Wahyu pada Anaya, karena melihat wajah Anaya yang khawatir.
"Baik om..." jawab Anaya.
Dibelah benua lain, seorang pria sedang duduk di ruang kerjanya. Tangannya menggenggam segelas minuman berakhol, dengan sekali teguk. Minuman tersebut meluncur melalui mulutnya, tenggorokannya dan berakhir dilambungkannya.
Pintu terbuka, masuk seorang gadis dengan langkah yang anggun dan tertata. Seperti model yang sedang berjalan di atas catwalk.
"Masih pagi, kau sudah mabuk-mabukan..!" seru gadis tersebut, sembari meletakkan bokongnya di kursi yang berseberangan dengan tempat pria tersebut duduk.
"Diam! untuk apa kau datang..!" seru pria tersebut pada gadis tersebut.
"Nanti malam, temani aku ke pesta," ujar gadis tersebut.
"Aku tidak bisa." tolak pria tersebut.
"Kau harus mau, aku tidak menerima penolakan..!" seru gadis tersebut, dan kemudian berdiri dari tempat dia duduk.
"Jemput aku jam 8, dan pakai baju yang bagus. Aku tidak ingin orang nanti mengejek aku, karena membawa pasangan dalam pesta. Pria Kumal," ucap gadis tersebut.
Sampai didepan pintu keluar, gadis tersebut berhenti. Dan memutar badannya.
" I love you, Raditya..! Muahh..!" seru gadis tersebut, sembari memainkan bibirnya.
*
*
next
kita lanjut nanti ya friends happy reading dulu ya
stay at home***
,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Zhree
kayaknya si aditiya bukan org bae2..
2022-06-30
1
Hikmah Araffah
ga bnr nih Raditya ,kluar negri sm wanita lain
2022-06-12
0
Ema
Anaya nasibmu
2021-05-16
0