Kaina duduk di ranjang queen size-nya. Gadis itu memandang plafon putih kamarnya. Kamar bercat dinding gradasi hijau dan biru, warna kesukaannya.
Berkali-kali ia meneteskan air mata ketika mengingat masa lalu yang membuat semua orang membencinya.
Kaina Agatha. Gadis berwajah oval. Hidung mancung dengan alis melengkung tebal dan rapi. Bulu mata lentik dengan iris hitam pekat. Bibir kecil bervolume.
Tinggi gadis itu hanya 160cm dengan berat badan 50kg. Tubuh berisi, dada dan bokong yang sesuai. Sangat sensual jika ia mengenakan baju seksi.
Belum lagi dengan otaknya yang di atas rata-rata. Gadis yang dari lahir makan dari sendok emas. Ia mewarisi kekayaan bernilai biliyunan rupiah. Gadis yang dari lahir langsung dicap sombong oleh orang-orang.
Umar yang sibuk dan Arin yang juga memiliki kegiatan amal. Ia tahu kedua orang tuanya bertemu di acara bakti sosial itu. Sang ayah langsung jatuh cinta dengan seorang wanita single parent.
Kaina mengingat pertama kali ia berulah. Waktu itu dia pulang dalam kondisi lelah, begitu sampai rumah ia tak mendapati para pekerja. Meja makan kosong, rumah sedikit kotor. Begitu ia melihat ke halaman belakang. Di sana para pekerja rumahnya tengah bersantai memakan rujak mangga yang mereka petik dari pohon belakang rumah.
"Hei ... enak-enakan banget ya kalian!" bentak Kai.
Semuanya terkejut. Mereka buru-buru merapikan semua sampah bekas mereka makan itu pun sekenanya.
"Mentang-mentang Ayah dan Ibu tidak ada, kalian santai-santai di rumah!" bentaknya lagi.
"Rumah berdebu, meja makan kosong. Ngapain aja kalian, Hah!' Kalian pikir hidup sendiri apa di rumah ini!" Kai terus memarahi para pekerja.
"Bereskan semua, rapikan! Jangan ada debu yang menempel sedikit pun!" titahnya angkuh.
"I-iya, Nona," jawab mereka sambil saling sikut.
"Cepat!" bentak Kai lagi.
Tiba-tiba Trisya datang. Ia pun menghampiri adiknya itu.
"Kenapa kamu marah-marah kayak gitu. Biar aja mereka santai," belanya.
"Loh, aku nggak ngelarang mereka santai kok. Sudah berapa lama mereka santai? Ini sudah jam berapa? Kalau ayah dan ibu pulang lihat rumah berantakan?" protes Kai membela diri.
"Ya, nggak usah pake bentak-bentak gitu. Mereka tahu kok tugas mereka. Kalau Ayah datang rumah masih kotor, mereka juga bakal ditegur Ayah kok," Trisya masih membela para pekerja.
"Trus mereka ngapain kalau masih ditegur. Katanya tau tugasnya. Ini sudah waktunya majikan mereka pulang loh. Bukannya langsung berbenah!" lagi-lagi Kai mematahkan pembelaan Trisya.
"Lagi pula, aku nggak sekali ini aja memergoki mereka duduk santai. Sudah empat kalinya ini. Kemarin aku nggak semarah ini kok negur mereka," lanjutnya.
Trisya pun tak bisa membela para pekerja. Gadis itu sebenarnya ingin membuat Kia merasa malu, karena berbuat kasar dengan para pekerja. Tetapi, Kia memiliki alasan kuat melakukannya.
Semenjak itu. Para pekerja mulai memusuhinya. Terutama Pak Udin. Gadis itu berkali-kali melarangnya merokok dalam mobil jika tengah menunggunya. Pak Udin langsung mengadu pada Trisya.
"Masa saya dilarang ngerokok, Non," begitu adunya.
Aduan sepenggal itu sampai di telinga Umar. Pria itu pun menegur putrinya. Tentu Kai membela diri.
"Iya, Kai melarang Pak Udin merokok. Karena pak Udin ngerokok di dalam mobil!" teriaknya berapi-api. "Kalau dia ngerokok di bawah pohon atau di warung nasi, aku marah. Baru itu jahat!"
Umar diam, perkataan putrinya tidak salah. Namun, Umar tidak menegur Udin sama sekali. Karena kesibukannya, ia pun lupa.
Kai menghela napas panjang. Selama ini ia kasar dengan para pekerja, karena ada alasannya. Ia tidak suka ketika pulang, rumah dalam keadaan kotor.
Dia adalah seorang nona. Apa salah jika menegur kasar setelah beberapa kali teguran tak diindahkan pekerjanya?
Dengan ayah dan ibunya. Kai hanya ingin mereka juga perhatian. Bukan hanya pada Trisya kakaknya saja. Umar lebih banyak memperhatikan Trisya dibanding putri kandungnya sendiri.
"Apa salahku, Yah?" tanya Kai. "Aku juga putrimu."
"Aku juga ingin perhatianmu saat itu. Aku mulai banyak berulah karena kau hanya melihat Kakak di matamu ... hiks .. hiks!" racau Kia.
"Bu, aku juga anakmu. Tetapi, nyaris semua perhatianmu kau alihkan ke Trisya. Kenapa?"
"Aku juga ingin dicium setiap pulang sekolah.Aku juga mau dibelikan es krim, mau dibelikan bando," ujarnya lagi dengan suara parau.
"Aku juga putrimu kan. Aku lahir dari benih pria yang mengangkat derajatmu dari seorang single parent. Maaf, bukan untuk menghinamu, Bu. Mestinya aku yang paling kau sayang dari pada putrimu yang lain dan selalu cari muka itu."
Kia menghapus jejak air matanya. Kini, ia mulai menghilangkan semua sikap egonya.
"Jika ini untuk kebaikan semuanya, biar aku mengalah. Aku akan pergi setelah kelulusan ini. Tinggal dua bulan lagi masa magang setelah itu sidang skripsi," lanjutnya bermonolog.
"Bang Sam. Selamat tinggal cinta pertamaku."
"Ayah ... aku pasti pulang dengan membanggakan mu. Maaf, aku akan menolak perjodohan ini," ujarnya lagi.
Kia sudah menyusun semua rencananya. Ia juga sudah mendaftar di salah satu universitas Kanada yang menawarkan beasiswa full.
Malam telah larut. Besok hari sabtu. Ia tak perlu pusing dengan pekerjaan karena besok libur. Universitas juga melarang para mahasiswa pekerja magang untuk mengambil lembur. Begitu juga larangan pada perusahaan. Karena Pemagang bukan pekerja tetap dan tidak terdaftar di serikat kerja.
Pagi menjelang. Kai berencana berolahraga di sekitar komplek perumahan. Ia sudah memakai training hitam panjang dibawah lutut. Kaos kaki dan sepatu sport. Membawa handuk kecil dalam saku.
Kai keluar kamar bersamaan dengan datangnya Trisya. Kai sedikit mengernyit dengan tanda merah di leher kakaknya itu.
"Kak, leher Kakak kenapa?" tanya Kai polos.
"Eh ... kenapa leher gue?"
Bau alkohol menguar. Kia langsung menjauhi wajahnya. Ia sangat terkejut kenapa kakaknya pulang dengan bau alkohol begitu kuat.
"Ah, sana Lo. Gue cape, tadi malam habis nemenin manager ambasador Gucci perwakilan Indonesia. Jadi maklum.lah gue rada teler!" jelasnya dengan mata sayu.
Gadis itu melewati Kai begitu saja dengan langkah sempoyongan. Umar keluar kamar bersaman dengan Arin. Mereka terkejut melihat kondisi Trisya yang kacau.
"Hai, Ayah ... hai juga Ibu ... aku masuk dulu ya," ujarnya lalu masuk kamar dan mengunci pintu.
Umar shock ketika tercium olehnya bau alkohol. Ia sangat marah, pria itu hendak mengetuk lagi pintu kamar Trisya, tetapi Arin langsung melarangnya.
"Udah, Yah. Biar aja dulu. Tunggu dia tenang. Baru kita tanya baik-baik. Jika langsung dimarahi. Ibu takut, dia buat ulah yang lebih gila lagi," ujarnya menenangkan sang suami.
Kai memilih untuk tidak ikut campur. Ini bukan ranahnya. Ia membiarkan ayah dan ibunya mengambil sikap atas kelakuan kakaknya itu.
Kaina melakukan pemanasan. Ia pun keluar gerbang rumahnya dengan berlari kecil. Hari masih pagi, baru saja pukul 08.15. sinar matahari sangat baik ketika di jam segini. Makanya ia sangat heran melihat orang berlari ketika subuh.
Kai berlari hingga taman. Di sana sudah banyak orang lalu lalang. Ada yang berolah raga, ada juga yang mencari peruntungan dengan menggelar dagangannya.
"Kai!" gadis itu menoleh.
"Eh,.Raihan!" sapa gadis itu pada manager restorannya.
"Tumben olah raga?" sindir pria tampan itu.
Raihan berkulit sawo matang. Dengan lesung pipit, postur tubuh tegap, hidung mancung. Raihan cukup tampan. Walau tinggi tubuhnya sama dengan Kai.
"Maksud Lo?" Kai memutar mata malas.
Raihan terkekeh. Ia pun mensejajarkan larinya dengan gadis itu. Hingga tiga putaran. Kai sudah merasa lelah. Ia pun langsung melakukan pendinginan, kemudian duduk.
Hela demi hela napas terdengar. Kai mengatur degup jantung karena habis berlari. Tiba-tiba sebuah botol air mineral tersuguh di depan matanya. Raihan memberikannya.
"Thanks. Nggak Lo kasih racun atau obat bius kan?" tuduhnya bercanda.
"Jiah, tega amat Lo. Emang gue seberani itu??" sangkal Raihan tak terima.
Kai hanya terkekeh pelan. Ia pun mulai mengingat apa yang mestinya terjadi hari ini. Seharusnya ia mengganggu seharian Sam. Menelepon atau mengirim spam pesan singkat. Baik melalui aplikasi wa atau SMS.
Namun sudah satu bulan lebih, ia tak lagi mengganggu pria cinta pertama, cinta sebenarnya cinta. Ia yang dulu begitu memuja Sam dan tidak pernah mendapat balasan yang sama. Malah kesakitan dan pengkhianatan di depan mata.
"Hei!" panggil Raihan membuyarkan lamunan Kai. "Ngelamun Lo ... kesambet setan bunderan ntar!"
"Iya, Lo setannya!" balas Kai meledek.
"Gue balik. Thanks ya!" ujar Kai sambil menggoyangkan botol minum yang dibelikan pria itu.
"Anytime!" sahut Raihan.
Sepergian gadis itu. Raihan menekan dadanya yang dari tadi tak berhenti berdebar. Ia yakin debaran itu bukan debaran biasa. Menatap kecantikan pemilik restoran tempatnya bekerja.
"Lo cantik banget. Sumpah!" puji Raihan bermonolog.
"Tapi, Gue sadar diri. Siapa Gue," lanjutnya.
Sedang di sebuah mobil. Sepasang mata menatap marah dari keakraban dua insan tadi. Ia sangat tahu pandangan pria terhadap gadis yang baru saja pergi itu.
"Kai itu milikku. Tidak akan ada yang bisa mengambilnya dariku!" ujarnya geram.
bersambung.
helow ... siapakah dirimu?
next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
kalo gini mah aku juga ngamok lah, bisa nya orang kerja malah santai2, makanan buat orang rumah ga ada 😒 lu kan di gaji emang buat masak beberes dll, ya majikannya marahlah masa santai2 di jam kerja, kecuali kalo kerjaan beres mau santai gapapa ga ada yg ngelarang
2025-02-19
0
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
lah kocak, di dalem mobil emang ga boleh ngerokok bapak, kalo ada yg membenarkan hal itu brati agak bodo sih, selain ga baik buat kesehatan tp juga keselamatan 🙈
2025-02-19
0
Panji Setiawan Suryadi
mau pergi hauh2 kl ujungnya sm sam sii percuma...sam itu sampah menjijikan
2025-02-02
1