Keesokan harinya
Dinda terbangun dari tidurnya subuh itu untuk melaksanakan sholat. Pagi itu ia tepat waktu melaksanakan ibadahnya, karena ia pikir takut terlambat dan membuat Ariel menunggunya terlalu lama jika ia bangun kesiangan.
Setelah melaksanakan sholat, Dinda turun kebawah untuk sekedar mengecek menu sarapan apa yang hari ini dibuat oleh bibi. Ternyata bibi sedang menggoreng nasi, dan orangtuanya sepertinya belum keluar kamar sebab tidak terlihat keberadaan mereka.
Jam menunjukkan pukul 06:00 pagi, Dinda segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Selama 45 menit bersiap-siap akhirnya Dinda turun juga dan akan sarapan bersama orangtuanya di meja makan.
Saat sampai di meja makan, Dinda menyapa kedua orangtuanya.
"Pagi Ma, pagi Pa" sapa Dinda
"Pagi nak, kamu tumben mau sarapan bareng kita?" tanya Papa yang keheranan sebab anaknya terbiasa memakan selembar roti tawar lalu membawanya ke mobil untuk dimakan dijalan.
"Aku hari ini bangunnya lebih pagi pa, jadi masih punya banyak waktu buat sarapan" jawab Dinda sekenanya.
"Oh iya, nanti Mama kalo mau pergi arisan, pake aja mobil Dinda. Soalnya hari ini Dinda berangkat bareng Ariel ma" sambungnya.
"Lho, emang kalian udah seakrab apa kok tiba-tiba udah berangkat bareng aja" sahut Papa yang tidak tahu bahwa kemaren juga Dinda berangkat bareng Ariel saat berangkat ke kampus.
"Papa ga tau? Kemaren aja anak Papa ini berangkatnya sama Ariel" jawab Mama.
"Iya Pa, tapi kita ga ada hubungan apa-apa kok, bener-bener cuma temen aja. Mama tuh yang mikirnya kejauhan. Dikira ada hubungan spesial" sewot Dinda sambil menjelaskan pada Papanya.
"Sudah sudah, sarapan aja fokus. Ga usah bahas yang lain-lain dulu, bisa dingin ini nasi gorengnya" ucap Papa menghentikan kekesalan sang anak, dan mengajak dua perempuan spesialnya untuk segera sarapan dan menghabiskan nasi goreng di piring masing-masing.
Setelah selesai menghabiskan nasi gorengnya dan sejenak menurunkan makanan yang barusan ia cerna, Dinda segera naik ke kamarnya untuk mengambil tas dan segala keperluan seperti buku-buku yang akan ia bawa kekampus. Tak lupa ia juga mengambil handphonenya untuk mengabari Ariel.
Segera Dinda membuka aplikasi pesan instan yang berwarna hijau itu dan baru membaca chat terakhir dari Ariel yang semalam ia tinggal tidur. Dinda tersenyum.
Bisa-bisanya cowok ganteng ini gue anggurin.
Dinda kemudian mulai mengetik pesan saat ia lihat ternyata Ariel pun sedang mengetik.
💌:"Ngetik apa hayoo?"
👧:"Cuma mau nanya udah bangun belom ? Eh udah ternyata" kilah Dinda. Padahal niat awalnya ia ingin sekedar memastikan, hari ini jadi berangkat bareng atau tidak.
💌:"Alasan. Udah siap belom?" balas Ariel.
👧:"Udah, lu?"
💌:"Belom"
👧:"Haisss, buruan. Ntar gue telat nih"
Selang 5 menit, tak kunjung ada balasan chat dari Ariel, Dinda sudah sedari tadi duduk disofa depan tv melirik lirik jam yang ada di ruang tengah. Memang saat ini masih pukul 07:20 tapi Dinda sudah seperti orang yang tidak sabaran menunggu. Bahkan biasanya ia masuk kuliah pukul 08:00 tapi berangkatnya di menit-menit terakhir sebelum jam 8.
Tiba-tiba saja, dari luar pagar terdengar bunyi klakson motor. Dinda yang sadar sedang menunggu seseorang, segera bangkit dari sofa tempat duduknya dan menuju ke halaman depan.
"Yok berangkat" tegur sang pengendara yang pagi ini sangat keren dengan motor ratusan jutanya seperti motor milik Valentino Rossi.
"Ada helm gak?" sambungnya.
Dinda yang sedari tadi mengamati wajah Ariel benar-benar terpana. Karena selain memiliki tubuh yang proposional, Ariel ternyata punya gaya kerennya tersendiri yang membuat Dinda bisa gampang dekat dengannya dan justru lelaki diluaran sana yang juga tak kalah tampan dari Ariel tak pernah ada sedikitpun niat untuk meladeninya.
"Oi, ada helm gak?" Ulangnya karena tak menjawab pertanyaannya. Sebab Dinda hanya diam mematung di hadapannya.
"Oh... yah ga punya. Gimana dong? Atau kita pake mobil gue aja. Habis antar gue ngampus bawa aja mobilnya lagi, gakpapa kok" saran Dinda.
"Gue lebih suka naik motor. Ya udah kalo gitu kerumah gih minta helm sama Mama" ucap Ariel yang menyuruh Dinda kerumahnya untuk ambil helm.
Tentu saja Dinda tidak berani, sebab ia saja hanya sekali bertemu Mama Ariel lalu tiba-tiba datang minta helm.
"Ga berani" jawab Dinda.
"Ya udah, mana tas lo, bawa aja langsung terus kita kerumah gue ambil helm" ujar Ariel yang sedari tadi memang tidak turun dari motornya.
"Oke, bentar ya sekalian pamitan" ujar Dinda lalu bergegas masuk kedalam rumah.
Dinda yang sudah duduk dibelakang Ariel dengan refleks langsung memegang bahu Ariel. Tapi si yang punya bahu malah mengarahkan tangan Dinda ke pinggangnya. Dinda jadi salah tingkah sendiri tapi belum sempat meresapi khayalannya eh motor sudah berhenti di halaman rumah Ariel.
"Sana, lu masuk sendiri aja ya. Gue tunggu disini. Bilang aja disuruh Ariel ambil helm" perintah Ariel kepada Dinda.
Dinda pun menuruti saja, karena biar cepet berangkat juga, pikirnya.
Setelah selesai dengan urusan helm, mereka pun segera berangkat menuju kampus Dinda.
Di perjalanan mereka saling bertanya dan bercerita. Meski harus berbicara dengan keras dan lantang sebab tahu sendiri kondisi jalanan ketika pagi hari. Banyak kendaraan lalu lalang dengan berbagai macam arah tujuannya.
"Dinda, seru ga naik motor bareng gue?" Ariel memulai percakapan.
"Seruuuu, tapi gue kedinginan ni haha" jawab Dinda dari arah belakang dan sengaja memajukan sedikit badannya ke arah Ariel agar bisa mendengarnya lebih jelas.
"Sorry, gue lupa ingetin lo pake jaket. Besok-besok kalo berangkat bareng gue lo harus pake jaket ya" saran Ariel sambil memutar kaca spionnya sebelah kiri ke arah wajah Dinda agar ia bisa melihat lawan bicaranya dengan jelas.
Sedangkan sebagai bentuk jawaban "iya"nya, Dinda hanya menunjukkan simbol oke dengan jari di depan wajahnya. Ariel tersenyum saja dengan kelakuan perempuan yang mulai beranjak dewasa itu.
Sekitar 3 menit hening, tidak ada yang membuka percakapan lagi. Dinda berinisiatif bertanya perihal kantor kemaren. Apakah Ariel benar bekerja disana atau tidak. Sebab bisa saja kan ia hanya menghampiri temannya yang bekerja disana.
"Riel, kantor yang kemaren bener kantor tempat kerja lu ya?" tanya Dinda yang sudah penasaran.
"Iya, udah setahun ini gue kerja disitu. Kenapa? Lu mau magang di kantor itu? Kan lu baru semestar 1" sahut Ariel yang melihat keseriusan dari wajah Dinda saat bertanya.
"Ih, orang cuma nanya doang. Ya kali gue magang di kantor lu. Gue kan anak hukum. Kantor lu aja perusahaan IT gitu. Kan ga nyambung" jawab Dinda sewot.
"Bisa, apasih yang ga bisa buat kamu. Demi kamu deh, aku bisa-bisain kalo mau magang disitu, malah yang lain aku tolak-tolakin kalo ada yang mau magang di kantor aku, demi kamu seorang hahaha" canda Ariel yang tak mau Dinda sewot.
"Emang itu kantor kamu yang punya?" tanya Dinda
"Bukan, tapi papa yang punya hehe" jawab Ariel sekenanya.
Oh, penerus perusahaan bapaknya nih. Bakal di incer cewek-cewek matre nih si Ariel. Ops, ngapain gue yang sewot ya? Gue bukan siapa-siapa kenapa sewot dah.
"Udah sampe nih Din, mau antar sampe mana?" tanya Ariel saat motor yang mereka kendarai mulai masuk melewati gerbang kampus.
"Sampe depan aja Riel, tuh deket anak-anak cowok yang lagi berdiri" jawab Dinda menunjuk ke arah yang ia maksud.
"Sampee..." seru Ariel.
Dinda pun turun dan melepaskan helmnya.
Ia pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ariel karena sudah mengantarkannya pagi ini.
"Riel, nih helmnya. Makasih ya, sorry kalo ngerepotin" ucap Dinda sambil memamerkan senyum manisnya.
"Basa-basi banget lu, tenang aja gue mah baik orangnya, tiap hari juga gue mau" jawab Ariel sambil merapikan beberapa helai rambut Dinda yang berantakan.
"Nanti pulangnya chat gue aja ya, biar gue jemput" sambungnya.
"Ga usah, gue pesen ojol aja biar gampang" sanggah Dinda yang tak enak hati jika Ariel akan bolak-balik untuk menjemputnya. Sebab jika dari arah rumah, posisi kantor Ariel lebih dulu sebelum kampus Dinda.
"Ngga, namanya laki-laki itu kalo perginya sama dia, pulangnya sama dia juga" paksa Ariel agar Dinda menyetujuinya.
"Iya deh, selama lo ga keberatan" ujar Dinda yang mengalah agar Ariel segera pergi dan tepat waktu sampai di kantornya.
"Siiip, gitu dong. Kalo gitu Abang berangkat kerja dulu ya Neng, demi kau dan si buah hati" jawab Ariel yang senang karena Dinda telah mau pulang bersamanya.
"Hahaha, ya udah gih sana. Hati-hati ya abang sayang" jawab Dinda sambil diiringi gelak tawanya.
"Daaa..." Ariel pun berangkat dengan senyum yang bisa dilihat sekilas oleh Dinda melalui kaca spion Ariel yang sudah dalam posisi normal tidak lagi menghadap ke arah belakang atas alias posisi wajah Dinda tadinya.
...-...
...-...
...-...
Yang kepo sama kelanjutannya, wajib tinggalin jejak dulu yaa.
Silahkan tap jempol dan komen sebebas-bebasnya aja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
abdan syakura
Biasany kl awalny bucin nih,
akhirnya mewek mewek deh
atutttttt....😭😭🤣
2023-05-28
0
Ipah
hai kak, cerita nya bagus aku suka ❤️
bisa mampir ya ke Karya ku Juragan Muda
saling support yuk 💪💪
2022-08-22
0
Lina Zascia Amandia
Aa Ariel datang menjemput...
2022-05-16
1