I'M Behind You,Arshal
Deg.
Samar-samar Adara membuka mata melirik sekelilingnya. Ia terkejut mendapati dirinya berada dirumah sakit.
"syukurlah kamu sudah siuman nak." ucap bibi Elnara membuka sungkup masker dari wajah Adara. Adara mendongak menatap kearah bibinya yang selama ini menjaganya dari kecil. Ia bahkan tidak tau siapa orang tua,dimana keberadaan orang yang melahirkannya selama ini.
"Bibi,kenapa aku bisa ada disini?" tanya Adara melirik suasana rumah sakit. Ia masih sedikit pusing melihat semuanya.
"kamu ada dirumah sakit. Jangan bergerak dulu,lebih baik istirahat." ucap bibi,tak lupa wanita itu langsung memencet tombol untuk memanggil dokter
"nona Adara tekanan darahnya sudah stabil,tapi perlu banyak istirahat terlebih dahulu." ucap dokter setelah mengecek keadaan Adara. Bibi Elnara mengangguk dan berterimakasih kepada dokter itu.
"Adara kamu istirahat aja dulu yaa,bibi mau pergi ke luar sebentar. Ada yang mau bibi urus dulu." ucap Bibi
"baiklah bi,jangan lama-lama yaa."
"okee nak." ucapnya sambil mengelus pelan kepala Adara lalu melenggang pergi keluar.
Adara melirik kearah jendela menatap bangunan yang menjulang tinggi. Adara seketika ingat jika dirinya mengalami kecelakaan kemarin saat mau beli sesuatu untuk bibinya.
"ya ampun aku ceroboh sekali. Untung saja aku tidak terluka parah." gumam Adara pelan.
"tunggu..." ucap Adara saat menyadari situasinya sekarang.
"ya ampun gimana nih,pasti biaya rumah sakit mahal. Manalagi aku belum gajian dicafe." gerutu Adara pelan.
***
Sudah dua hari Adara dirawat akhirnya hari ini ia dapat pulang kerumah. Ia sedikit tertatih-tatih berjalan masuk kedalam rumah.
"ya ampun ototku rasanya kaku." ucap Adara sambil merenggangkan ototnya pelan,ia pun menatap seluruh ruangnya tampak sederhana.
"ini minum obat dulu." ucap bibi sambil menyodorkan obat dan segelas air putih. Adara langsung mengambil dan menelan obat itu.
"Bibi,maaf yaa aku malah merepotkan bibi." ucap Adara merasa bersalah.
"tidak apa-apa nak,kita akan mulai dari awal lagi." ucap Bibi.
"hmm besok aku harus bekerja bi."
"lho kan kamu masih sakit nak? ngapain bekerja?"
"nggak papa kok bi,aku sudah sehat kok. Mungkin seharian ini aku istirahat aja dulu."
"ya sudah,sana tidur dulu."
"okee bi." ucap Adara berjalan kedalam kamarnya.
Esoknya Adara bersiap-siap pergi ke cafe tempatnya bekerja. Adara melirik bibinya sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk mereka berdua.
"nah." ucap Bibi sambil menyodorkan sandwich pada Adara,Adara langsung menerimanya dengan senang.
"terimakasih bi." ucap Adara senang,ia pun langsung menguyah sandwich buatan bibi kesayangannya itu.
Walaupun bibi bukanlah keluarga Adara sebenarnya,tetapi Adara sangat menyayangi beliau. Beliau menganggap Adara seperti anaknya sendiri. Bibi sebenarnya sudah menikah namun suaminya sudah lama meninggal,dan anak perempuannya, Leta sudah lama tidak tinggal bersama mereka.
"Leta sudah lama tidak pulang ya Bi?" tanya Adara menatap bibinya.
"huft,anak itu susah dihubungi Ra,bibi sangat kesal dengannya." gerutu bibi membuat Adara menyesal telah menanyakan Leta pada bibi.
Tidak ingin larut dalam kekesalan,Adara pun pamit kepada bibi.
"bibi,aku pergi dulu yaa."
"hati-hati." ucap bibi pelan.
Adara melenggang keluar dari rumah. Ia pun berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari rumahnya. Adara menunggu bus selanjutnya di halte sambil memainkan ponselnya. Bosan memainkan ponsel Adara memandang kendaraan lalu lalang didepannya.
"Huft,ayoo semangat Adara! kau harus kumpulkan uang sebanyak-banyaknya." tekad Adara kuat,ia pun langsung berdiri saat melihat bus sudah mulai mendekati halte. Ia pun langsung menaiki bus tersebut.
Lain halnya dengan pria tinggi yang dingin ini tampak bangun kesiangan karena bergadang menjaga putranya yang terus menangis.
"arrgh,sial aku terlambat." gerutu Arshal bergegas ke kamar mandi. Sebelum masuk kedalam kamar mandi,ia sempat terdiam melirik kearah meja rias.
Deg.
Tempat istrinya selalu berdandan disana,istri yang sangat dicintainya itu. Arshal menitik air mata mengingat sosok istrinya,tetapi ia sadar bahwa tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan. Ia sadar dirinya tidak sendiri melainkan ada putra kecilnya yang membuatnya tetap semangat hidup.
Arshal langsung menghapus air matanya dan menyambar bathrobe miliknya tak lupa juga ia memandikan Raid. Sebenarnya ia bisa saja memakai pengasuh untuk menjaga Raid,tetapi ia kini tidak percaya dengan siapapun. Semenjak Kecelakaan istrinya membuat dirinya semakin menjaga ketat anaknya. Arshal awalnya tidak bisa mengurus keperluan anaknya,namun perlahan-lahan ia mulai terbiasa dengan kegiatan itu. Setelah berkutat dengan mandi,Arshal memakai kemejanya.
"ba-baa!" ucap Raid yang tampil rapi dengan baju monyetnya.
Arshal menghela napas pelan memandang putra kecil nya aktif bermain mobil-mobilan didalam box bayi.
"Papa Raid,bukan baba." ucapnya membenarkan ucapan putranya.
"Ba-baa!" ucap Raid membuat Arshal sedikit kesal.
"aiih,Pa-pa,coba sebutkan nak. Pa-paa." ucap Arshal sambil mengeja,tetapi Raid tetap saja memanggilnya baba.
"huh,suka hati kamu ajalah nak,papa capek." pasrah Arshal sambil memasang dasinya. Arshal lagi-lagi kembali terdiam memandang dasi yang biasanya sering dipakaikan oleh istrinya. Namun,kini ia tidak bisa lagi memandang wajah serius istrinya tengah memasang dasi untuknya.
"sayang kenapa kau tega meninggalkan kami disini??" lirih Arshal lagi,ia meninju kuat dinding membuat Raid menangis.
Arshal langsung tersadar dengan tindakannya,ia pun langsung menggendong anaknya agar tenang.
"maafkan papa nak membuatmu takut." ucap Arshal pelan,ia sangat menyesal telah membuat anaknya takut.
Ting.
Arshal mendengar suara bel rumahnya,ia pun langsung bersiap memakai jas kantornya dan menggendong Raid. Ia langsung duduk sarapan yang sudah disediakan oleh Bi Yana,pembantu Arshal yang bisa ia percayai. Arshal membantu Bi Yana membiayai sekolah anaknya,membuat Bi Yana berutang Budi pada Arshal.
"Bi Yana, aku akan telat pulang hari ini." ucap Arshal menyudahi makannya.
"baik tuan." ucap Bi Yana melihat punggung tuannya mulai menjauh dari pandangan beliau. Bi Yana sangat kasihan melihat kondisi Arshal,pria itu lebih sering pendiam semenjak kejadian yang menimpa istrinya waktu itu. Bi Yana berharap ada seseorang yang membuat Arshal kembali bangkit lagi dan mewarnai kehidupan Arshal yang sempat redup.
Ezra,sekretaris sekaligus kepercayaan Arshal hanya diam sambil membuka pintu mempersilahkan tuannya masuk. Ia sangat tau jika tuannya itu sedang badmood.
"jalan." ucap Arshal singkat,sambil melirik tabletnya.
"apa jadwalku?" tanya Arshal.
Ezra menghela napas pelan sebelum menjawab pertanyaan tuannya, "nanti kita ada rapat soal penjualan bulan ini tuan,kita juga ada langsung terjun ketempat lokasi pembangunan yang kemarin." jelasnya hanya diangguk oleh Arshal.
Arshal menatap kearah Raid yang sibuk bermain mainannya, "Raid,nanti kamu jangan nakal yaa." ucap Arshal pelan,Raid hanya memandang Arshal dengan tampang polosnya membuat Arshal menghela napas pelan.
Akhirnya mobilnya tiba didepan perusahannya,
Arshal menyipitkan mata saat melihat karyawannya tidak beradap memperlakukan karyawannya yang lain.
"Ezra,pecat dia! ganti yang baru!" ucap Arshal dingin,langsung dianggukan Ezra.
"baik tuan." ucapnya langsung membukakan pintu untuk tuannya. Arshal langsung keluar sambil menggendong Raid membuat para karyawan langsung menunduk berbaris menyambut Arshal.
Arshal tidak peduli dengan sekitarnya langsung berjalan menuju lift untuk keruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰
wahh ada duda nih 🤭 hai thor aku mampir dilapakmu 🥰
2022-02-26
1