Dik, Buatkan Kopi Ya?

Matahari mulai berpindah dari ufuk timur ke ufuk barat. Langit yang sejak pagi memuramkan wajahnya, saat ini terlihat lebih menyengat.

Cuaca yang kerapkali berubah-ubah setiap sesaat.

Kadang hujan, kadang panas, dan kadang rindu yang bertambah kuat.

Hari demi hari berlalu.

Semakin menyajakkan untaian demi untaian rindu.

Melangitkan hanya kepada sang maha pengampu.

Dering ponsel panggilan terdengar memekakkan telinganya. Membuat gadis itu, meletakkan penanya. Melirik siapa yang tengah menghubunginya.

"Mas Chan!" (pekiknya)

Ia segera mengangkat panggilan dari kekasihnya itu. Setelah beberapa pertemuan dahulu, mereka saling menyadari dan memahami sesuatu. Bahwa, mereka saling menyukai. Tak membutuhkan waktu lama, untuk mereka menjalani pendekatan. Memilih untuk memulai ikatan, adalah keputusan yang cekatan.

"Dik, siap-siap, ya? Sebentar lagi, aku menjemputmu."

Meta mengernyitkan keningnya. Beberapa pertanyaan dalam benak, tentu timbul begitu saja. Tidak biasanya, kekasihnya menjemputnya. Di hari-hari sibuknya.

Seakan mengerti pertanyaan di dalam benak kekasihnya, Sekretaris Chan mengatakannya terlebih dahulu. Sebelum, Meta menanyakannya.

"Tuan Muda Ziban, menyuruh kita supaya datang ke rumahnya."

"Tapi hari ini, aku ada shift sore di restoran, mas."

"Aku tahu. Aku tahu semua jadwalmu, dik. Aku sudah menghubungi atasanmu. Dia mengizinkannya, dan menggantinya dengan pekerja lain."

Terkadang kau menjadi lebih pengertian, disaat aku benar-benar merasakan kerinduan.

"Tapi, bukannya suaminya Andin hanya ingin berduaan saja, selama ini?"

"Tuan muda memang kerapkali berubah-ubah pikiran. Cepat bersiap-siap, aku akan ke kos-kosan mu, sekarang juga, dik."

......................

Jam menunjukkan pukul 13.20 WIB. Sepasang suami istri, Andin dan Ziban, masih berada di lautan surga mereka. Ranjang empuk, saling peluk, serta selimut yang menekuk.

Tiba-tiba mereka berdua merasakan seperti jatuh dari ketinggian. Merasakan jantungnya yang berdebar-debar tak karuan. Mereka membuka mata mereka, saling menatap.

Gedoran pintu kamar, masih memekakkan gendang telinga mereka. Hingga merasakan jiwanya hilang beberapa saat. Saking terkejutnya.

Ziban menutupi tubuh Andin mencapai bagian lehernya, dengan selimut. Ia yang bergerak merangkak turun dari ranjang. Melilitkan sarungnya, dan tetap bertelanjang dada.

Setelah membuka pintu kamarnya, ia segera langsung menutupnya dari luar. Menjaga pandangan mereka, supaya tidak melihat ke dalam kamarnya.

"Sudah gila kalian! Tidak sopan!" (ucap Ziban)

"Woi, Man! Jam berapa ini? Aku tahu, kalian sedang berusaha membuat anak. Tapi cobalah untuk memahami segala ucapanmu, Man. Kau menyuruh aku dan Rossie untuk datang ke rumah ini. Tapi apa yang kau lakukan?"

Raditya mengucapkan panjang lebar kekesalannya. Rossie mengangguk menyetujui semua ucapan kekasihnya, Raditya. Sedangkan Ziban hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Berisik kau! Bilang saja, kau iri."

"Kenapa harus iri? Aku akan mencobanya. Ya, beb?"

Raditya menghadap ke arah Rossie, seakan meminta persetujuan darinya atas ucapannya itu. Sedangkan Ziban membulatkan matanya. Tidak terima.

"Awas saja, kau berani macam-macam kepada adikku. Jika sampai kau berani, hari itu juga, akan beredar di surat kabar bahwa seorang laki-laki tewas dengan ginjal yang menghilang."

Ziban berusaha mengancam sahabatnya itu. Itu ia lakukan, supaya Raditya tidak berani macam-macam dengan adik perempuannya, Rossie. Sedangkan Raditya bergidik ngeri. Ia memegang lehernya ngeri.

Rossie yang melihat Raditya bergidik ngeri karena ancaman kakaknya, ia mulai mengangkat suara.

"Makannya bang, kau tidak boleh berbicara kepadanya, bahwa dia iri."

Raditya memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Merasa sangat di bela oleh Rossie, membuatnya percaya diri.

Ziban meraih tangan adiknya.

"Ah iya, baiklah. Pokoknya, aku pesan kepadamu. Jika, Raditya mengajakmu macam-macam, tolak saja!"

"Macam-macam apa sih, bang?"

Ziban melepas genggaman tangannya. Lalu beralih ke Raditya. Melototkan matanya. Seakan memberikan peringatan kembali, untuk tidak macam-macam kepada adiknya yang masih polos.

Drama di depan pintu kamar, berakhir. Ziban menyuruh kepada Raditya dan Rossie untuk ke bawah. Ziban kembali masuk ke kamar. Tetapi saat ia baru membuka pintu, ia dikejutkan akan sesuatu.

"Apa yang kau lakukan?"

Ia melihat Andin yang berdiri di samping pintu dengan tubuhnya yang hanya di lilit selimut.

"Menguping pembicaraan kalian."

Ziban menunjuk jidat Andin menggunakan telunjuknya.

"Dasar konyol!"

Andin mendorong tubuh Ziban.

"Biarkan saja!"

Ziban berkacak pinggang. Andin melipat kedua tangannya di dada. Mereka diam beberapa saat. Sama-sama hanyut dalam pikirannya masing-masing. Sepasang suami istri yang jarang dijumpai dimanapun. Diam-diam, merasa konyol.

"Ayo, kita lanjutkan lagi?" (ucap Ziban)

Ia menampakkan bola matanya yang berbinar-binar. Andin mendorong tubuh Ziban. Jika Ziban tidak menyeimbangkan tubuhnya sendiri, mungkin hampir terpental.

Andin mengambil baju handuknya. Lalu bergerak menuju kamar mandi. Ia harus membersihkan tubuhnya. Ziban melakukan hal yang sama. Mengambil baju handuk, lalu menyusul Andin ke kamar mandi.

"Kenapa kau kesini?" (tanya Andin)

Ia melihat suaminya yang hendak masuk ke dalam kamar mandi. Ziban sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi tersebut.

"Mandi juga lah, sama sepertimu." (jawabnya)

"Tidak bisa!"

Andin menutup pintu kamar mandi rapat-rapat. Lalu menguncinya dari dalam.

Sedangkan di ruang tamu. Raditya mulai menyalakan televisi. Menidurkan kepalanya di pangkuan Rossie untuk sanggaannya. Sesekali membuka mulutnya. Menerima suapan demi suapan cemilan dari kekasihnya.

"Dimana Tuan Muda Ziban?"

Terdengar suara Sekretaris Chan. Raditya dan Rossie melihat dari arah datangnya. Bukan hanya Sekretaris Chan. Mereka berdua, melihat Meta yang datang bersamanya.

"Mana ku tahu, dia kan tuan mudamu." (ucap Raditya acuh)

Ia mengucapkan dengan sangat gamblang. Dan masih tetap menidurkan nyaman kepalanya di pangkuan Rossie.

Sekretaris Chan mengambil ponselnya. Sudah dapat ditebak, apa yang dilakukan olehnya. Ya, menghubungi Ziban. Raditya menguap lebar-lebar dengan sangat dibuat-buat.

Panggil saja. Panggil dia. Dia tidak akan mengangkat panggilan telepon darimu.

Meta duduk di sofa. Sekretaris Chan mulai menggerakkan kakinya naik ke atas.

"Tunggu, sekretaris." (ucap Rossie)

Sekretaris Chan membalikkan tubuhnya. Sedangkan Raditya, yang seperti mengetahui apa yang hendak dikatakan oleh Rossie, mencegahnya. Ia berbisik-bisik di telinga Rossie.

"Sudah-sudah. Biarkan saja. Biarkan dia merasakan hal yang kita alami tadi."

Rossie hanya mengangguk menuruti. Sepertinya, ia menyetujui rencana kekasihnya itu. Sekretaris Chan, yang mengetahui Rossie tidak jadi berbicara kepadanya, melanjutkan langkahnya lagi.

"Eh, Met. Kau mau minum apa? Biar aku yang ambilkan." (ucap Rossie)

"Tidak usah. Biar aku ambil sendiri saja."

Meta beranjak ke dapur untuk mengambil minum untuk dirinya dan kekasihnya, Sekretaris Chan. Raditya mengarahkan remote ke arah televisi lalu mematikannya.

"Tuan Muda Ziban. Haha. Norak sekali abangmu itu, beb,"

"Dan ya, sekretarisnya itu beb, dia sepertinya sangat kaku pada Meta. Aku kasihan padanya. Meta pasti tertekan mempunyai kekasih sepertinya." (ucapnya lagi)

Rossie mengelus rambut Raditya.

"Kau benar, beb. Aku bahkan mempertanyakan hal yang sama sudah sangat lama. Sejak mereka mulai menjalin hubungan,"

"Ah, Meta, benar-benar malang."

Sedangkan di dapur, Sekretaris Chan menyusul Meta. Ia berputar arah, setelah menduga Ziban dan Andin berada di kamarnya. Ia memahami. Ia memutuskan untuk tidak mengganggunya. Ia melihat dari atas, Meta yang berjalan ke arah dapur, tentu Sekretaris Chan berputar arah lewat jalan lain untuk menyusulnya ke dapur.

"Dik, buatkan kopi ya?"

Meta sedikit terkejut dengan kedatangan kekasihnya, yang sudah berada dekat dengannya.

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!