Kepo

Haniyah kembali ke asrama dengan menjinjing kantong berisi abaya tersebut. Dalam hatinya penuh tanya "kenapa Ibu nya Zein memberikan abaya semahal ini dengan cuma-cuma?" padahal abaya untuk golongan santri seperti Haniyah harus mencicil nya selama 2 bulan, menyisihkan uang jajan yg super duper harus di hemat.

Haniyah memasukan kantong itu langsung ke dalam lemari, tak ingin teman-teman nya curiga. Ia berfikir bagaimana jika teman-temanya menanyakan abaya tersebut. Ya memang sejak lama ia begitu ingin memiliki abaya tersebut namun berfikir 2x jika memaksakan membeli abaya tersebut pastilah ia tidak bisa jajan dan membeli keperluan selema sebulan. Tapi tiada angin tiada hujan tiba-tiba ada yg mengasihnya secara cuma-cuma.

Haniyah keluar berjalan menuju kantor untuk menemui Syahira.

"Mba ini uang abaya, tadi ada yg beli 2 pcs" menyerahkan uang tersebut

"Waw amazing, siapa yang borong abaya itu?" tanya Syahira

"Entahlah" mengangkat pundak nya pura-pura tidak tahu

******

Hari berganti hari tak terasa hampir 2 bulan abaya tersebut menjadi penghuni lemari Haniyah dan masih tersimpan rapih di kantong tersebut.

"Pengen banget pake nih baju, tapi pasti anak-anak pada fudhul (kepo)" sungut Haniyah sambil sedikit membuka kantong berisi abaya

Tak sengaja Lala melihat Haniyah menyembunyikan kantong tersebut.

"Itu apaan?" sontak Haniyah kaget dengan kedatangan Lala

"Emm Ini emm-" Haniyah gugup. Lala merebut kantong yg di pegang Haniyah dan membuka nya

"Waahhh bagus banget, ini kan abaya yg dulu jadi inceran santri putri. Kamu dapet dari mana?" tanya Lala mendelikan mata nya seolah tidak percaya Haniyah memiliki baju tersebut

"Itu kw ko, jadi harganya di bawah yg dulu kita incer" jawab Haniyah asal. Untung saja bandrol harga nya sudah ia copot sejak lama.

"Masa sih? ko kaya yg ori ya?" Lala melihat, membolak balikan baju tersebut.

"Beda dikit, siniin" Haniyah merebut kembali baju tersebut, tiba-tiba Inten datang dan melihat Haniyah berusaha memasukan baju itu ke lemarinya.

"Aku pengen liat" menarik baju itu lagi dari Haniyah

"Iihhh ini kan baju inceran aku, aahhhh" menempelkan baju tersebut ke badan nya sambil berputar-putar

"Mba dapet dari mana ini kan mahal?" selidik Inten

"Apaan sih, itu kw" rebut Haniyah

"Ada apa ribut-ribut?" Syahira datang mengejutkan Haniyah dan Inten yg tengah berebut baju

"Ini mba, mba Niyah punya baju yg mirip di butik Ummi itu loh, yg kita incer tapi harga nya bisa buat 2 bulan kita gak jajan" jelas Inten

Syahira melihat abaya tersebut dan mata nya menyelisik penuh tanya. Melirik Haniyah, dan Haniyah bergidik takut dengan tatapan Syahira karena ia memang tegas dan banyak di takuti anak santri.

"Gitu aja di ributin, Niyah kalau udah beres temuin ana di kantor"

Glekk..

Haniyah menelan salivanya dengan getir, ia takut Syahira mengetahui tentang baju itu. Haniyah segera menaruh baju tersebut dan langsung mengekori Syahira di belakang.

"Ada apa mba saya di suruh ke sini?" Haniyah memberanikan diri

"Yg kemaren beli abaya siapa?" sorot mata nya tajam

"B-bu Ita" jawab Haniyah gugup dengan menundukan kepalanya

"Mama nya Zein?" Haniyah hanya menunduk tanda mengiyakan

"Ada hubungan apa ente sama Zein?" Syahira seperti menintrogasi Haniyah

"Gak ada hubungan apa-apa mba" mengigit bibir bawah nya

"Yakin?"

"Yakin mba"

"Gak usah harat ente mana mungkin Mama nya Zein ngasih abaya semahal itu secara cuma-cuma" Syahira menyunggingkan bibir nya

"Wallahi mba, ana juga ndak ngerti kenapa Mama nya Zein ngasih ke ana, beliau cuma bilang itung-itung rasa terima kasih beliau karena ana udah nemenin beliau" jelas Haniyah

"Hahahaaa.. Gak usah tegang kaya gitu juga kali, biasa ajah. Bukan ente ajah yg kaya gitu"

"Maksud nya?" tanya Haniyah penasaran

"Ah sudahlah nanti juga ente tau, ya wes balik sana ke asrama" Haniyah pun menurut dan segera meninggalkan kantor. Ia berjalan sambil terus menunduk dan memikirkan apa yg di maksud Syahira tadi.