Lady Sherlock : First Unofficial Case

Lady Sherlock : First Unofficial Case

1 : Hari Pertama

#NOTE : SEMUA YANG DIKETIK DI SINI ADALAH FIKSI. MOHON PEMBACA TIDAK MENYALAHPAHAMI SEMUA HAL YANG DITULIS OLEH AUTHOR!

Jakarta, 1 April 2020,

"Haz! Bangun Haz!" teriak seseorang tepat di samping telinga Hazelia Lify, membuatnya kaget, sekaligus kesal karena sekarang telinganya berdengung.

"Ya ampun, kalem sedikit ketika memanggil seseorang!" hardik Haz. Dia menutup telinganya sebentar, lalu menggelengkan kepalanya.

"Habisnya kamu ga mau bangun ketika aku panggil tadi. Itu satu-satunya cara," wanita di hadapan Haz mengangkat bahunya. "Nah, sekarang kamu harus membantu pekerjaanku, Nona Hazelia Lify. Bersihkan dirimu. Aku sudah mendaftarkan nama kamu ke dalam list tim medis. Kamu tahu kan jika semua orang sedang panik karena virus baru yang menyebar sangat cepat, juga mematikan itu?"

"Aku paham. Maka dari itu aku menyuruhmu mendaftarkan namaku di dalam list tersebut. Kamu tahu tim medis zaman sekarang bukan? Tidak hanya kekurangan orang, juga tidak bisa berpikiran jernih sangkin banyaknya orang yang ingin berobat di rumah sakit yang telah dipilih pemerintah," Haz berkata sambil mengambil baju khas kedokteran dan handuknya yang telah disediakan wanita yang tinggal seatap dengannya itu. "Oh ya Jel, kamu sudah membelikan yang aku minta, kan?"

Liulaika Jelkesya, nama wanita yang seatap dengan Haz, mengangguk dan berseru, "Aku sudah membelikan semua yang kamu minta. Jangan lupa membayarku. Aku benar-benar menghabiskan uang bulananku hanya untuk memenuhi permintaanmu!"

"Hahaha, aman. Aku sudah menyediakan uang di laci itu," Haz menunjuk ke salah satu laci di meja belajarnya. "Semoga itu cukup untuk membayarmu!" Haz menutup pintu kamar mandi setelah berkata begitu.

Jel membuka laci yang dimaksud oleh Haz. Di dalamnya terdapat sebuah amplop yang cukup tebal. Jel mengambil amplop tersebut, lalu membukanya. Dia menemukan banyak sekali uang tunai di dalam amplop itu. Dia menatap pintu kamar mandi dengan wajah kaget, sekaligus curiga dan ngeri.

Darimana Haz mendapatkan uang sebanyak ini? Apa jangan-jangan dia buronan yang sedang dicari oleh kepolisian? batin Jel berpikiran negatif.

Jel menggelengkan kepalanya, berusaha menyingkirkan pikiran buruk yang sedang merasuki dirinya.

Aku akan bertanya padanya ketika dia sudah selesai mandi. Ini benar-benar nominal yang tidak biasa! seru Jel dalam hati.

Haz keluar dari kamar mandi beberapa saat kemudian. Dia dihadapkan dengan Jel yang memegang amplop uang. Dia tahu apa yang Jel pikirkan tentangnya: Buronan Polisi. Haz terkekeh.

"Silahkan dicek laptopku," ujar Haz tanpa bertanya pada Jel karena dia sudah tahu apa yang akan Jel tanyakan padanya.

Jel juga tahu jika Haz adalah orang yang pandai membaca situasi hanya dengan gerakan-gerakan kecil seseorang. Jel sudah berteman dengan Haz ketika mereka masih di bangku PAUD! Tentu saja Jel bisa memaklumi Haz yang aneh dan ajaib tersebut.

Jel mengambil laptop Haz, menghidupkannya.

Di laptop Haz, Jel bisa melihat tumpukan berkas-berkas novel terkenal yang dia sendiri juga suka membacanya. Jel menatap Haz dan monitor laptop tidak percaya. Ternyata selama ini penulis yang dia banggakan ada di hadapannya.

Haz tentu saja tidak bisa memberitahukan informasi dirinya meskipun itu kepada Jel sendiri. Dia hanya tersenyum dan mengangkat bahunya. Haz berjalan ke arah meja rias dan mulai mendadani dirinya dengan tooner, serum, dan cream pelembab. Dia tidak suka memakai bedak. Untuk bibirnya sendiri dia memakai lip balm. Haz memiliki wajah yang cantik natural sehingga dia tidak perlu melakukan perawatan kecantikan seperti orang lain.

"Sejak kapan kamu mulai menulis novel-novel ini?" tanya Jel.

"Sejak masuk SMP. Kamu kan tahu aku punya buku untuk dicoret-coret. Dan di sana aku menuliskan ide-ide novel. Lalu, saat masuk SMA, aku mengembangkan ide-ide tersebut menjadi sebuah buku yang akan menarik perhatian banyak orang," Haz membereskan barang-barangnya. Dia memasukkan buku, pena, dan botol minum ke dalam tas punggungnya. Haz juga mengisyaratkan Jel agar mematikan dan memberikan laptopnya.

Jel mengangguk, lalu melakukan apa yang diinginkan Haz.

Woah... Seberapa encer otak anak yang satu ini? batin Jel. Dia memberikan laptop Haz pada pemiliknya.

"Tidak sepandai yang kamu kira, Jel. Setidaknya aku sudah melunasi barang-barang itu," kata Haz seakan tahu apa yang dipikirkan Jel.

"Aku akan mengambil sesuai dengan harga barang serta sedikit tips karena sudah membelinya," Jaz mengambil beberapa lembar dan sisanya dikembalikan ke Haz, namun Haz menolaknya.

"Buka tabungan. Aku akan membeli lagi jika stok habis. Jika uangnya kurang akan aku tambah. Sementara, peganglah dulu. Mana tahu habisnya barang-barang itu sangat cepat. Dan juga barang-barang itu hanya ada di kampung halaman kita. Biaya pengirimannya juga pasti mahal," Haz menjelaskan.

"Okay. Aman. Barang-barang itu sebenarnya beguna untuk apa?" tanya Jel sambil memakai sepatu perawat.

"Banyak kegunaan," jawab Haz seraya memasukkan kakinya ke dalam sepatu kedokteran.

"Misalnya?" Jel bangkit dari duduknya setelah selesai memakai sepatu. Dia mengangkat sebagian barang yang telah dibelinya untuk Haz.

"Menambah sistem imun kekebalan tubuh. Madu adalah salah satu bahan yang bisa menambah sistem imun. Juga karena bersifat panas di dalam tubuh," Haz menjelaskan sambil mengangkat setengah barang lagi dan membukakan pintu.

Haz menutup pintu kembali setelah Jel dan dirinya keluar. Dengan satu tangannya, dia mengambil sebuah kartu yang berada di saku jas kedokteran yang dipakainya. Itu adalah kartu yang digunakan untuk mengunci pintu apartemen. Haz dan Jel memang tinggal di sebuah apartemen.

Jel sendiri sudah berjalan ke parkiran terlebih dahulu. Akan menyalakan mesin mobil.

Setelah memastikan apartemen terkunci, Haz lalu menyusul Jel yang sudah berada di tempat parkir.

Haz meletakkan barangnya di bagasi mobil. Menutup bagasi, lalu naik ke atas mobil.

Setelah mengecek semuanya, Jel melajukan mobil dari tempar parkir.

Jalanan begitu sepi karena tidak ada yang berani keluar dari rumah mereka. Terutama setelah virus-virus aneh yang telah menyebar dan hampir menginfeksi 4/7 manusia di dunia.

Haz menatap keluar jendela mobil. "Jangan lupa memakai masker sebelum turun dari mobil, Jel."

"Okay. Aku juga akan melakukannya tanpa kamu suruh!" seru Jel.

"Kamu tipe pelupa, Jel. Jangan gegabah. Bisa saja kamu tertular penyakit tersebut. Dan juga usahakan memakai kacamata tanpa minus ketika melakukan kontak. Virus itu juga bisa masuk melalui mata," ucap Haz menasehati Jel.

"Baiklah. Baiklah."

Jel menghentikan mobilnya ketika sudah masuk ke dalam parkiran di sebuah rumah sakit di ibukota provinsi. Jel memasang masker dan kacamata seperti permintaan Haz. Juga dia memakai sarung tangan medis.

Haz melakukan hal yang sama.

Jel melepaskan kunci mobil dari tempatnya, lalu keluar dari mobil. Haz sudah keluar terlebih dulu.

Hembusan angin dingin menerpa wajah Haz. Dia bisa merasakan partikel-partikel yang berusaha masuk ke dalam dirinya. Dia mengabaikan pemikirannya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah pintu rumah sakit. Dia dapat melihat orang-orang berkerumun di ruang tunggu yang berada tepat setelah pintu masuk-keluar rumah sakit.

"Jel, kita harus cepat. Aku merasakan firasat yang tidak baik sama sekali tentang hal ini. Sepertinya pasien rumah sakit akan bertambah," ucap Haz.

Jel melayangkan pandangan ke arah Haz menatap. Haz benar. Itu akan menjadi hari yang sangat panjang bagi mereka. Ini sangat menegangkan.

Haz membuka bagasi mobil lalu mengambil barang-barangnya. Menutup kembali pintu bagasi. Jel mengunci mobilnya setelah Haz menutup pintu bagasi.

Haz dan Jel melangkah masuk ke dalam rumah sakit. Di sana mereka menemukan kesibukan yang tidak biasa sama sekali. Orang-orang sangat hening. Tidak berani berucap sepatah kata maupun berkomunikasi satu sama lain. Para dokter dan perawat pun sama. Hanya terlihat bagian administrasi yang berani berkomunikasi dengan para pasien yang ingin mengecek keadaan mereka sendiri.

Haz dan Jel berjalan sampai ke depan meja administrasi yang kosong. Untuk penerimaan tenaga medis yang baru.

"Selamat pagi, Nona. Apakah benar di sini untuk pengurusan administrasi tenaga medis baru?" tanya Haz.

Orang yang berada di meja tersebut mendongak menatap Haz dan Jel bergantian. Laku mengangguk.

"Dengan Hazelia Lify dan Liulaika Jelkesya," kata Haz sebelum wanita tersebut bertanya.

"Baiklah, langsung bekerja saja. Pemerintah yang langsung memberikan akses kepada kalian," ujar wanita itu canggung.

"Baiklah, terima kasih," Haz langsung berjalan menjauh dari hadapan wanita itu bersama dengan Jel.

Haz dan Jel menyusuri lorong panjang rumah sakit. Haz mendadak berhenti sebuah ruangan. Di atasnya tertera: MS. HAZELIA & LIULAIKA'S ROOM. Jel juga mendadak berhenti. Itu adalah insting natural seseorang.

Jel membukakan pintu ruangan untuk Haz. Di luar pintu saja mereka bisa melihat barang-barang, dua buah meja kerja, kursi-kursi, dan beberapa benda lainnya sudah tertata rapi.

Mereka berdua langsung masuk ke dalam ruangan. Haz meletakkan dus di mejanya. Lalu, membuka dan menata isi dus tersebut di salah satu dari dua buah lemari yang telah disediakan pihak rumah sakit untuk dirinya dan Jel. Dia memilih lemari yang berada jauh dari meja kerjanya agar tidak menarik perhatian orang-orang.

Sedangkan Jel langsung duduk di kursi meja kerjanya. Mereka berdua beraktivitas dalam diam. Jel sangat paham Haz tidak suka diganggu ketika sedang bekerja. Maka dari itu dia tidak ingin mengganggu Haz sama sekali.

Sayang sekali wanita sehebat dan sepintar dirinya tidak diizinkan menjadi seseorang seperti yang dicita-citakan olehnya, batin Jel.

Tepat setelah Haz selesai menata barang-barangnya, pasien pertama yang akan ditangani olehnya dan Jel datang. Terlihat oleh Haz di pintu kaca ruangannya. Dan orang yang akan mereka tangani menjadi pasien pertama bukan main-main. Langsung seorang pejabat kelas tinggi yang terlihat sangat mencurigakan. Tidak seperti pasien yang datang berobat.

Haz tersenyum singkat, tahu maksud kedatangannya. Jel melihat ke arah pintu kaca dan menangkap senyumannya, tahu itu bukan senyuman hangat, melainkan senyuman karena tahu hal yang akan terjadi, juga sebuah senyuman yang menyimpan ketidaksukaan.

Haz membuka pintu. Tersenyum tipis kepada pria tua di hadapannya.

"Kau ... kah ... dokter baru yang dibicarakan oleh pengurus ad-"

"Ya, saya adalah dokter baru. Silahkan masuk jika memiliki keperluan," potong Haz tanpa basa-basi.

Pria tua tersebut melirik kiri-kanan, lalu masuk ke dalam ruangan Haz. Dia terlihat takut dan gugup. Haz tahu dia sedang gelisah karena "mungkin" ada orang yang mengikutinya. Maka dari itu, Haz mempersilahkan dirinya masuk tanpa basa-basi.

"Silahkan menyampaikan keluhan Anda pada orang yang duduk di sana. Jika Anda ingin mengeluh bahwa ada orang yang mengikuti Anda juga, Anda seharusnya pergi ke kantor polisi, bukan berpura-pura check-up di rumah sakit seperti ini," ucap Haz.

Orang tersebut langsung menatap Haz. "Bagaimana kamu tahu ...??"

"Oh, Anda tidak pernah belajar psikologis dasar? Orang gugup dan sering memperhatikan keadaan sekitar memiliki arti bahwa orang tersebut sedang diawasi oleh seseorang," jawab Haz.

Tidak heran aku suka sekali berada di dekat Haz. Hal seperti ini benar-benar jarang ditemui oleh orang-orang, batin Jel. Dia begitu kagum dengan kepandaian juga analisis Haz.

"Kalian harus membantuku. Dia telah kembali. Dia telah kembali. Dia telah kembali dan sebentar lagi akan membunuhku," ujar pria itu.

"Duduklah dulu. Di sini rumah sakit. Dia tidak akan sebodoh dirimu menyamarkan diri di tempat orang-orang berpenyakit berkerumun seperti ini," Jel tersenyum mendengar perkataan Haz yang berani menyebut seorang pejabat sebagai orang bodoh. Hanya dia yang berani melakukannya sepertinya.

Pria tua itu duduk di hadapan Haz. Dia begitu gelisah. Terus-menerus melirik ke belakang.

"KAMU PERLU DIAM DAN BERCERITA!" bentak Haz.

Woah, lihat dia. Ini semakin seru! batin Jel.

Pria tua itu menatap Haz marah. "Kau berani membentakku? Kau kira kau siapa ha? Kau hanya ..."

Haz memutar bola matanya malas. Dia menelepon Staff Keamanan.

"Lebih baik kalian cepat ke ruangan Haz sebelum seseorang mengobrak-abrik ruangan ini," ucap Haz di telepon.

Saat dua orang petugas keamanan datang, mereka menemukan Haz sedang dimaki-maki oleh seorang pejabat tingkat tinggi. Mau tidak mau mereka harus mengusirnya.

"Jangan terlalu keras pada Beliau. Katakan pada keluarga Beliau untuk mengatur jadwal pertemuan dengan seorang psikolog. Kebetulan Anitta Franschaca, seorang psikolog terkenal sedang mengadakan kunjungan ke ibukota negara. Beliau mengindap penyakit mental skizofrenia dan berhalusinasi bahwa ada orang yang mengikutinya setiap hari," Haz menjelaskan.

Kedua petugas itu saling menatap satu sama lain. Tidak heran jika dia lulus tanpa harus melalui testing ... batin kedua petugas keamanan bersamaan.

Kedua petugas keamanan itu mengangguk, mengiyakan perkataan Haz. Lalu menyeret pria tua itu dari hadapan Haz.

Haz menunggu di depan pintu karena dia tahu akan ada pasien yang datang ke tempatnya.

Tak lama kemudian, seorang anak kecil bersama dengan seorang perawat datang ke hadapan Haz.

"Tolong ya, Miss Hazelia. Dia akan menjadi pasien pertamamu," kata sang perawat.

Haz menatap anak lelaki kecil yang sedang menggandeng erat perawat tersebut.

"Dia anakmu bukan?" tanya Haz. Sekedar berbasa-basi.

Perawat tersebut menatap Haz tidak percaya.

Bagaimana dia bisa tahu? batin sang perawat.

Haz mengulurkan tangannya kepada anak lelaki kecil tersebut. Dia tersenyum tipis. Tapi, anak lelaki kecil tersebut terlalu takut dengan orang baru yang tak dia kenal.

"Silahkan masuk kalau begitu Ms. Grisella Le Fay," Haz tersenyum kepada perawat dan menyingkir dari hadapan pintu masuk. Haz bisa mengetahui nama perawat tersebut karena kebetulan dia melihat tag name-nya.

"Ayo, Gav. Masuk ya?" bujuk Grisella.

Grisella masuk ke dalam ruangan Haz dan Jel bersama dengan anaknya.

Masih saja berpura-pura seolah dia itu Ibu yang baik. Setelah keluar dari rumah sakit .... Bukan! Setelah dia meninggalkan anak bernama Gavin Le Fay ini sendirian di sini, anak kecil ini akan menceritakan semuanya. Dunia rumah tangga memang keras sekali. Tidak bisa dipungkiri ya! seru Haz dalam hati.

"Silahkan isi formulir di meja sana," Haz menunjuk ke arah meja Jel. "Setelah itu, saya akan memeriksa keadaan pasien."

Grisella duduk di meja Jel sesuai perkataan Haz. Dia menarik tangan Gavin lembut dan mendudukkan anak tersebut di pangkuannya.

Sekarang dia bersikap lembut. Lain hari ketika dia dan Gavin berada di rumah, dia bersikap kejam. Sebenarnya apa mau wanita ini? batin Haz.

Gavin terlihat gelisah. Jel bisa merasakannya juga. Jel lalu menatap Haz, meminta penjelasan kepada temannya yang pandai membaca situasi itu.

Meja Jel dan meja Haz kebetulan bersampingan dan posisi tempat duduk pasien di meja Jel membelakangi posisi duduk Haz.l, sehingga memudahkan Haz melakukan gerakan isyarat.

Jel membaca gerakan isyarat Haz: Perawat itu, bukan ibu yang baik. Aku tidak tahu apakah dia merupakan orangtua biologis dari Gavin atau tidak. Tapi, sepertinya, Gavin mengalami kekerasan darinya.

Seraya melihat Haz, Jel menanyakan informasi pasien. Jel melihat ke arah Haz lagi. Dia bisa melihat Haz memberitahukan sesuatu padanya: Setelah anak itu ditinggal di sini, bersikaplah seolah tidak terjadi apa-apa jika dia membicarakan tentang kekerasan yang dibuat oleh ibunya.

Jel melanjutkan pekerjaannya setelah dia membaca bahasa isyarat dari Haz.

Setelah mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penyakit yang diderita Gavin, Jel menyuruh mereka untuk pindah ke tempat Haz, "Silahkan ke meja Dr. Haz, dia akan memeriksa keadaan pasien. Lalu akan memberikan resep yang sesuai, juga kamar yang akan ditempati oleh pasien."

"Namanya Gavin Le Fay. Bergolongan darah A. Sudah mengalami gejala penyakit baru yang serius itu kira-kira sekitar sehari empat jam. Belum mengalami deman tinggi, namun positif," Jel menjelaskan pada Haz.

Grisella lalu membawa Gavin ke hadapan Haz. Sekarang ia sedikit kasar karena Gavin menolak. Dia sepertinya sangat takut. Namun anak itu tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menuruti apa yang diinginkan oleh Grisella.

Gavin menatap Haz seakan dia ingin memberitahu sesuatu. Haz tidak mengabaikan tatapan Gavin, lalu mendekati anak tersebut.

"Ms. Le Fay, Anda sudah boleh melakukan pekerjaan Anda. Tinggalkan Gavin di sini. Saya dan Ms. Liulaika bisa menangani hal ini," kata Haz seakan dia tidak mengetahui apa-apa.

"Drama Queen" juga dia. Tapi, dia adalah orang dengan seribu akal. Tidak akan menempatkan posisi Gavin di dalam zona yang berbahaya, batin Jel.

Perawat tersrbut menatap Haz curiga. Namun menepis pikirannya karena dia menganggap bahwa Haz dan Jel adalah orang baru di rumah sakit itu. Tidak mungkin mereka tahu tentang hal yang dia buat. Apalagi semua saksi mata telah dia ancam dan dia bungkam.

"Mohon bantuannya, Ms. Hazelia, Ms. Liulaika," perawat tersebut memberi salam, lalu keluar ruangan.

Seketika, Gavin ingin mengatakan segalanya, namun Haz menutup mulutnya, berbisik di telinga Gavin, "Dia belum pergi. Jika dia mendengar perkataanmu, kamu akan dihukum lagi loh olehnya?"

Raut wajah Gavin langsung berubah, dari ketakutan menjadi penasaran sekaligus kaget.

Itu adalah ekspresi pertamaku juga ketika mendengarkan pernyataan hebat dari Haz, kekeh Jel dalam hati.

"Gavin, Ms. Liulaika akan memberikan kamu permen jika kamu tidak takut untuk pemeriksaan," Jel berpura-pura mengatakan hal itu untuk mengelabuhi Grisella. Dia bisa melihat sisi baju perawat yang tertampang jelas di pintu kaca. Dan itu juga alasan Haz menyuruh Gavin untuk tetap diam sampai wanita yang membuatnya ketakutan itu benar-benar pergi.

Gavin menarik tangan Haz. Menyuruhnya untuk membungkuk sedikit agar Gavin bisa membisikkan sesuatu ke telinganya.

"Darimana Ms. Hazelia tahu tentang hukuman yang akan diberikan kepadaku?" bisik Gavin bertanya. Polos.

Polos sekali anak ini, kekeh Haz geli.

"Bukankah semua orang tahu tentang hal itu?" tanya Haz masih berbisik.

"Tapi, tidak ada orang yang membantu meski mereka tahu. Ayah juga tidak peduli terhadapku! Aku sangat kesepian. Sangat sakit ketika mama menghukumku," jawab Gavin balik berbisik.

"Nah, sekarang ayo menurut. Aku dan Ms. Liulaika Jelkesya akan memeriksa keadaan kamu!" bujuk Haz.

"Apakah sakit? Apakah aku akan disuntik?" tanya Gavin.

"Tentu saja tidak!" jawab Jel terkekeh. "Kami tidak akan menggunakan suntik maupun obat pahit di sini. Kamu bisa tenang, Gavin."

"Sudah dengar jawaban Ms. Jel? Kamu tidak akan disuntik atau pun diberikan obat yang pahit. Setelah selesai memeriksa keadaanmu, dokter akan memberikanmu sebuah obat yang manis seperti permen. Bagaimana?" Haz tersenyum pada Gavin.

"Tapi, dokter, aku takut ..." ucap Gavin gugup.

"Takut, kenapa?" tanya Haz.

Haz menyadari bahwa Grisella belum beranjak dari sana. Tentu saja akan membuat mental Gavin terganggu dan anak tersebut tidak bisa santai sama sekali jika perawat jahat itu masih saja mengawasinya!

Haz melihat jam digital yang berada di ruangannya. Sudah jam sebelas lewat empat puluh dua menit.

Ah ... Aku bisa berpura-pura membeli makanan melalui kantin rumah sakit dan memergoki Grisella yang berada di depan sana! Haz tersenyum.

Aku merasakan firasat buruk untuk orang di depan sana! seru Jel dalam hati.

"Jel, ingin makan apa?" tanya Haz.

Ho ... Ingin memergoki orang di depan sana dengan pura-pura akan membeli makan siang ya? tebak Jel yang tidak sepeser pun meleset.

"Aku dengar di sini paling enak adalah sup krimnya. Aku akan memilih sup krim saja sekalian melanjutkan dietku," Jel mengedipkan mata pada Haz.

"Bagaimana denganmu, Gavin?" tanya Haz pada anak yang sedang duduk di atas hospital bed yang tersedia di ruangan Haz dan Jel.

"Apa makanan yang baik untuk kesehatanku, Dr. Hazelia?" Gavin balik bertanya.

"Bubur dengan sayur tentu saja," jawab Haz.

"Sebenarnya aku tidak terlalu suka sayuran, tapi demi cepat sembuh aku akan mengikuti arahanmu, Dr. Hazelia," ujar Gavin.

"Baiklah aku akan membeli terlebih dahulu. Oh ya, Jel. Ini adalah bagianmu. Setelah selesai mengecek tekanan darah, flu yang dialami, dan suhu tubuh, jangan lupa memberikan 2 sendok 'itu' padanya," Haz mengedipkan mata pada Jel.

Awalnya, Jel tidak begitu paham dengan maksud Haz tentang 'itu', namun setelah melirik ke arah lemari, dia akhirnya paham 'itu yang dimaksud Haz. Itu adalah madu tentu saja!

Haz membuka pintu ruangnya dan mengagetkan Grisella. Haz tahu Grisella berusaha mendengarkan pembicaraan Haz dan Jel dengan Gavin. Tentu saja pembicaraan mereka tidak akan terdengar sampai keluar karena Haz sudah memastikan bahwa ruangan miliknya dan Jel dipasang alat peredam suara. Untuk menjaga privasi Haz tentang bagaimana cara menyembuhkan pasien. Juga karena Haz sering memutar lagu-lagu santai untuk memutar mood seseorang. Memang tidak terlalu keras, namun takutnya mengganggu ruangan sebelahnya.

"Loh? Ms. Grisella Le Fay?" Haz pura-pura terkejut dengan keberadaan Grisella di sana.

Grisella yang kepergok langsung lari menghilang di perempatan lorong rumah sakit.

Haz keluar dari ruangannya. Bingo! serunya senang dalam hati.

Haz berjalan santai menuju kantin rumah sakit. Sepanjang perjalanan, dia disapa dan menyapa banyak orang.

~

"Selamat siang, Ms. Hazelia," sapa dua perawat ramah.

"Ya, selamat siang," Haz menyapa balik.

~

"Selamat siang, Ms. Lify," sapa seorang dokter yang ia kenal.

"Selamat siang, Mr. Winsten," sapa Haz balik.

~

"Selamat siang, Ms. Hazelia," ucap seorang suster.

"Selamat siang, jangan lupa makan siang," balas Haz.

~

Dan masih banyak sapaan lainnya.

~

Haz sampai di kantin rumah sakit. Ternyata sangat banyak sekali orang-orang yang berada di kantin rumah sakit. Benar-benar semak. Juga antriannya sangatlah panjang. Satu kata yang Haz pikirkan tentang keadaan seperti ini: Semak! Dia rasanya ingin kabur saja dari kantin sekarang juga. Tapi dia sudah berjanji kepada Jel juga Gavin akan membelikan yang mereka inginkan.

Haz mengantri selama kurang lebih satu setengah jam hanya untuk membeli sup krim dan yoghurt stoberi milik Jel, bubur sayur manis yang sudah diawetkan dan jus jeruk untuk Gavin, dan bubur ayam, yoghurt, berbagai macam makanan ringan, dan teh chamomile untuk dirinya sendiri.

Ternyata kantin rumah sakit cukup lengkap ya? batin Haz.

Sekembalinya dia dari kantin rumah sakit. Haz dihadapkan dengan pasien yang sudah bertumpuk di ruangannya.

Ha! Ini akan menjadi hari yang sangat panjang, Hazelia Lify... Ini akan menjadi hari yang sangat, sangatt, sangattt... Panjang... ucap Haz dalam hatinya jengkel.

Haz menyuruh Jel dan Gavin untuk menikmati makan siang mereka lebih dulu. Sedangkan dirinya akan berhadapan dengan orang-orang yang tengah menunggu untuk diperiksa.

Sesaat sebelumnya...

"Ms. Liulaik-"

"Panggil saja Ms. Jel dan panggil saja temanku itu Dr. Haz," potong Jel sambil tersenyum pada Gavin.

"Oh baiklah," ujar Gavin. "Jadi, apakah aku bisa mempercayai kalian?"

"Itu tergantung pada pemikiranmu, Gavin. Aku tahu kamu sudah mengalami banyak hal padahal umurmu masih sangat muda. Tapi, kepercayaan itu dilihat dari sifat orang padamu," jawab Jel. Dia sibuk memeriksa tekanan darah Gavin dan suhu tubuh Gavin.

"Kalian orang baik," kata Gavin.

Jel hanya diam saja. Dia tidak seperti Haz yang selalu menolak pernyataan baik yang diberikan oleg orang-orang padanya.

Setelah selesai melakukan pekerjaan perawat-pasien dalam keheningan, Jel lalu beranjak membuka lemari tempat penyimpanan madu yang baru saja ditata Haz sejam-dua jam yang lalu.

Jel membuka laci meja, ada sendok makan di dalamnya. Beberapa. Dia mengambil satu, menuangkan madu ke atasnya, lalu menyodorkan sendok tersebut ke depan wajah Gavin.

Gavin tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sebuah cairan kuning kental yang menurut imajinasinya akan sangat pahit. Dia menatap Jel dengan tatapan memelas.

Jel memasukkan sesendok madu ke dalam mulutnya.

Oh tidak ... Setahuku madu adalah penambah nafsu makan. Aku tidak akan diet jika begini! batin Jel menyesal.

"Lihat? Ini tidak pahit!" seru Jel.

Jel menuangkan madu itu lagi ke atas sendok makan.

Gavin dengan ragu menghabiskan madu di atas sendok tersebut. Hal pertama yang dia rasakan adalah manis alami. Ada bau seperti bunga jasmine di antara rongga hidung dan mulutnya. Sangat aneh, unik, sekaligus merupakan kejutan yang tidak bisa dibayangkan oleh anak seusianya yang masih suka sekali dengan manisan.

"Kamu sebut ini apa, Ms. Jel?" tanya Gavin penasaran.

"Ini namanya madu. Kamu pernah dengar bukan?" Jel balik bertanya.

"Tapi, madu yang pernah aku minum tidak seperti ini ..." sanggah Gavin. "Ini sangat .... Em .... Bagaimana cara mengatakannya?"

"Unik?"

"Ya! Benar! Unik!" seru Gavin. "Ada bau-bau seperti bunga jasmine di sini."

"Ini madu alami, Gavin. Yang kamu minum sebelumnya adalah madu sintesis. Tentu saja sangat berbeda," Jel menjelaskan.

"Aku tak begitu paham .... Namun ini sangat enak!" seru Gavin.

"Dr. Haz mengatakan bahwa kamu harus meminum dua sendok, Gavin," ujar Jel.

"Dengan senang hati!" Gavin menyengir lebar.

Kembali ke keadaan Haz...

Haz tentu saja akan sangat telat memakan makan siangnya. Melihat pasien yang bertumpuk seperti ini, mungkin dia akan selesai sekitar 2-3 jam ke depan. Dia tidak mengerti mengapa pasien yang ditanganinya harus memenuhi ruangan seperti ini. Namun dia hanya diam, tidak mengeluh, dan tetap menjalankan tugasnya secara dia adalah dokter yang diangkat langsung tanpa harus kuliah dan melalui testing sana-sini berdasarkan kemampuannya.

Alunan lagu klasik dari MP3 player milik Haz membuat pemiliknya sedikit rileks dalam menangani para pasien. Juga mood pasien-pasien yang berada di ruangnya sangat terkendali. Tidak seperti di ruangan sebelah yang ribut.

Haz juga sangat ramah dan sabar dalam menangani pasien-pasien yang dipindahkan ke ruangnya. Meski beberapa dari pasien tersebut merupakan orangtua yang harus ditanya berkali-kali agar menjawab sesuai dengan prosedur.

Meski Jel sudah selesai makan siang, Haz tetap bersihkeras ingin menangani pasien-pasien yang dikirim ke ruangnya. Ya, Jel juga tidak bisa menasehati Haz, karena jika soal pekerjaan, Haz tidak ingin bekerja setengah-setengah dan akan mengerjakan seluruh pekerjaan hingga tuntas.

Gavin sendiri sudah Jel antar ke ruang pasien yang tak jauh dari ruang kerja Haz dan Jel. Jel memberitahu Gavin jika ada masalah segera membunyikan bel yang berukirkan HL & LJ di papannya. Gavin mengangguk mengerti.

Haz begitu sibuk sampai-sampai dia lupa akan makan siangnya yang terlantar begitu saja di atas meja. Juga Jel tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kepala batu Haz.

Tepat pukul 03:10 PM,

"AKHIRNYA!" seru Jel bangga.

"He! Kamu makan siang sana!" Jel berkacak pinggang di depan Haz, mengingatkannya tentang makan siangnya yang terlantar begitu saja di atas meja kerjanya.

"Iya bu kos!" balas Haz.

Haz mengambil makan siangnya dan segera menuju ruangan sebelah yang masih bersatu dengan ruangannya yang kebetulan digunakan sebagai tempat makan siang staff dan tempat istirahat sementara bagi staff maupun pasien yang sedang ditangani.

Seraya makan, Haz memikirkan mengapa Grisella berani berbuat hal seperti itu kepada anaknya sendiri. Apa yang mendorongnya melakukan hal sekejam itu kepada Gavin? Bahkan luka lembam di badan Gavin yang tertutup pakaian pun tertampang jelas di area sekitar leher dan punggungnya.

Haz sampai tersedak memikirkan hal tersebut.

Tak lama setelah makan siang Haz habis, Jel buru-buru masuk ke dalam ruangan dan menyampai sesuatu kepada Haz.

"Haz ...."

"Ya, Jel? Kenapa?" tanya Haz.

Raut wajah Jel tidak bisa ditebak. Antara senang, gelisah, takut, dan geli. Seperti akan menyampaikan kabar yang begitu baik kepada Haz.

"Di depan!" seru Jel girang.

"Ha? Kenapa di depan? Ada apa?" tanya Haz. Dia tidak begitu penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Jel.

"Ha .... Tidak ada waktu untuk menjelaskan!" Jel langsung menarik Haz keluar ruangan sebelah menuju ruang kerja.

Apa yang di hadapan Haz sungguh membuatnya senang juga biasa saja. Dia memasang wajah datar seakan tidak terjadi apa-apa.

"Kenapa memasang tampang seperti itu? Aku kira kamu akan kaget!" bisik Jel kesal.

"Tidak ada spesialnya sama sekali," jawab Haz normal. Sengaja membiarkan orang di hadapan mereka mendengar.

"Nona, biasanya, orang yang mengatakan biasa saja merupakan orang yang paling menyukai kehadirannya bukankah seperti itu?" tanya pria di hadapan Haz dan Jel dalam Bahasa Indonesia dengan aksen Prancis yang kental.

"Terserah Anda, Mr. Whisky Woods," jawab Haz.

"Aku tidak mengira ternyata di negara ini ada seseorang yang mengagumiku ya?" Tanpa menunggu Haz mempersilahkan Whisk duduk, dia sudah duduk terlebih dahulu. Dengan begitu santainya, dan juga menunggu Haz duduk di hadapannya. Tipe manusia yang santai dan mungkin sedikit tidak tahu malu?

Haz tanpa basa-basi juga ikut duduk di hadapan Whisk. Sedangkan Jel tidak ingin ikut campur dalam urusan mereka langsung melangkah keluar setelah berbisik pada Haz bahwa dia akan pergi ke kantin untuk membeli beberapa cemilan.

"Tidak perlu berbasa-basi, kedatanganku ke sini adalah untuk mengecek keadaanku, akhir-akhir ini ...."

"Kamu baruk-batuk padahal tidak ada flu, kepala terasa berat ketika bangun dari tidur, tekanan darah relatif rendah meskipun denyut jantung begitu cepat. Jawabannya mudah, kamu hanya kelelahan karena terlalu memaksakan diri dalam menangani kasus-kasus. Terutama kasus yang telah dibekukan. Karena kamu mendapatkan akses untuk memecahkan kasus-kasus yang telah dibekukan, kamu berusaha sekali memecahkan hal yang sangat mustahil sepanjang hari dan sepanjang malam. Apakah aku salah?" potong Haz.

"Tidak heran jika kamu begitu direkomendasikan oleh pemerintah dan pihak rumah sakit ya. Ternyata analisismu lumayan akurat," Whisk menatap Haz tajam.

Tidak membuat Haz gentar, dia juga menatap Whisk tak kalah tajamnya.

"Sayang sekali orang dengan kemampuan analisis tinggi sepertimu tidak lulus dalam testing detektif," entah hanya berkata-kata atau sengaja mengejek Haz.

"Tentu saja aku tidak akan pernah diluluskan. Jika aku diluluskan di intelijen negara ini, aku akan menghancurkan mafia-mafia di negara ini atau bahkan bisa menyebabkan inflasi di dunia serta menggulingkan kekuasaan pemerintahan," Haz mengangkag bahunya, berlagak sombong membalas perkataan Whisk.

Kedua insan ini seperti tengah beradu logistik satu sama lain. Tidak ada yang mau kalah dalam hal ini. Mereka seperti mencari kelemahan satu sama lain.

"Aku mengalah," kata Haz. Dia bukannya mengaku kalah, namun itu adalah pikiran yang paling bijaksana. Mengalah bukan berarti kalah. Juga bukan berarti Haz berada di bawah Whisk. Dia sadar jika terus memancing, juga terpancing, mereka berdua hanya akan berada dalam konflik panjang yang tidak ada habisnya. Juga orang lain bisa memanfaatkan hal ini untuk menghancurkan mereka berdua secara bersamaan.

Whisk diam melihat Haz. Lalu, matanya bergulir ke sana-sini melihat ruangan Haz.

Penataan madu di sana untuk mengurangi perhatian orang lain. Di antara buku-buku yang tertata di belakangnya, ada satu kamera pengawas yang tersembunyi ... batin Whisk. Tunggu dulu?! Kamera pengawas yang tersembunyi?!

"Apa? Kamera pengawas? Itu terhubung dengan ponselku dan wanita yang tadi bersama denganku. Mencegah tindakan kriminal di dalam ruanganku sendiri. Aku merasakan firasat buruk jika aku tidak memasang sebuah kamera pengawas yang langsung terhubung dengan ponselku," Haz menjelaskan apa yang dipertanyakan di dalam pikiran Whisk.

Wanita yang menarik! seru Whisk dalam hati.

"Jadi, apakah Anda memiliki urusan lagi?" tanya Haz.

"Tidak ada. Terimakasih sudah membantu," Whisk tanpa basa-basi lebih lama, langsung bangkit dari duduknya dan berjalan hingga depan pintu kaca.

Ketika berada di depan pintu ruangan dan membukanya, sebelum keluar, Whisk menyempatkan diri mengatakan, "Berhati-hatilah. Sepertinya ada yang akan membuat sesuatu di ruanganmu."

"Jika kamu mengetahui hal ini, bukankah itu tugasmu untuk menangkap mereka?" tanya Haz. "Aku bukanlah pihak kepolisian di sini. Aku juga tidak bisa menangkap mereka."

"Dengan kameramu. Mereka bukan tipe yang akan memperhatikan hal sekecil ini. Kamera pengawas yang berada di ruangan depanmu mungkin akan dihancurkan oleh pelaku. Namun, kamera pengawas yang seperti pena itu tidak akan terlacak oleh mata mereka," Whisk benar-benar pergi dari sana sstelah mengatakan hal itu.

Bersamaan dengan Jel yang barusaja kembali dari kantin. Dia membawa banyak barang dengan tas kain miliknya.

"Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu ingin diet?" Haz menatap Jel dan menaikkan salah satu alisnya.

"Nafsu makanku menjadi naik karena madu sialanmu!" hardik Jel. "Karena Gavin tidak ingin meminum madunya, aku terpaksa memberi contoh."

"Tidak apa .... Alkaf tetap akan mencintaimu meski kamu bertambah gemuk!" goda Haz.

"He! Sembarangan!" bentak Jel.

"Itu tidak salah bukan? Dia akan tetap mencintaimu! Kau masih saja begitu keras kepala hingga membuatnya menunggu seperti ini," ejek Haz.

"Aku sadar sekali aku dan dia itu terlalu jauh sekali! Terpisah oleh umur, bukankah kamu tahu hal itu? Mengapa selalu membahas hal ini?"

"Kamu harus paham perasaannya juga, kamu tidak bisa terus menerus memberikan harapan palsu padanya. Kamu selalu meyuruhnya menunggu. Apakah dengan kehilangan dirinya kamu baru akan sadar tentang perasaanmu padanya?" tanya Haz.

Jel diam. Tidak ada lagi yang berbicara di antara mereka berdua. Haz paham apa yang dilakukannya akan membuat Jel bimbang. Namun, dia berharap Jel bisa mengerti bahwa perasaan bukanlah sebuah permainan!

Terpopuler

Comments

Farefa

Farefa

p

2024-06-11

0

Nur Hasanah

Nur Hasanah

menarik masukin daftar bacaan 👍

2021-05-05

1

Annabelle Lovely Lorenza

Annabelle Lovely Lorenza

kak ap bolh nanya y , singkatan dr ap y penulis (HK) ini..àp jgn2 k2k penyuka boneka Hello kitty y?

2021-01-29

1

lihat semua
Episodes
1 1 : Hari Pertama
2 2 : Cerita Whisky Woods (1)
3 3 : Cerita Whisky Woods (End)
4 4 : Mengajak Dinner
5 5 : Hal yang Tak Terduga
6 6 : Suara Nyanyian Whisky Woods
7 7 : Perasaan Alkaf
8 8 : Apakah Haz...??
9 9 : Whisk Hacker Kelas S?
10 10. HOT NEWS : SKANDAL
11 11 : Resplendent Nephila
12 12 : Rahasia Hazelia Lify
13 13 : Flashback
14 14 : Skakmat, Andrian!
15 15 : Spy
16 16 : Mustahil Tapi Ada dan Nyata
17 17 : Blog Pribadi Resplendent Nephila
18 18 : Hubungan Rumit Jel dan Alkaf
19 19 : Haz yang Tidak Peduli Terhadap Berita Kedua
20 20 : Calon Perusak Hubungan Alkaf dan Jel
21 21 : Keraguan Alkaf Dalam Memilih
22 22 : Berbalas Pesan
23 23 : Masalah Datang
24 24 : Whisky Woods Terluka
25 25 : Pertarungan
26 26 : Kencan Alkaf dan Jel yang Terganggu
27 27 : Be Stronger Against The Obstacles
28 28 : James Stetson dan Whitney Carmilla Walker
29 29 : Pengumuman, Bukan Update!
30 30 : Keanehan Peristiwa Itu
31 31 : Mademoiselle!
32 32 : Campur Aduk
33 33 : Haz Kecil
34 34 : Little Girl Met Her Relative
35 35 : His Name is Lazul
36 36 : The Clever Little Devil
37 37 : Ayo Berdrama!
38 38 : Be The Hunter or Be The Hunted
39 39 : Berani Ganggu Aku? Lihat Orang-Orang Itu!
40 40 : TAPI BO'ONK!
41 41 : Hampir Saja!
42 42 : Apakah Hazelia Lify Masih Manusia?
43 43 : Tidak Mengingat, Tapi Merasakan
44 44 : Informan dan Rekan Terbaik
45 45 : Keributan Di Atas Kapal
46 46. Seorang Polisi : Nicholas Qet Farnaz
47 47 : Argh! Aku ... Aku ....
48 48 : Kembalinya Si Spy
49 49 : Let The Hunt Begin!
50 50. Hunt : Whisky Woods Ver. (Bagian 1)
51 51. Hunt : Whisky Woods Ver. (Bagian 2)
52 52. Hunt : Hazelia Lify Ver.
53 53 : Pengumuman dan Hiatus
54 54 : Lebih Rumit Dari Labirin
55 55 : Ide yang Buruk
56 56 : Nyaris
57 57 : Teka-Teki Keinginan Zenneth
58 58 : Awas Saja!
59 59 : Suasana Makan Malam di Kafe
60 60 : Canggung
61 61 : Ada Apa di Sewer?
62 62 : Greget dan Ternyata ....
63 63 : Cyan Vilmasyah
64 64 : Kemarahan Alkaf di Telepon
65 65 : Drama Kecil di Dalam Hubungan Pertemanan
66 66 : Masih Bersedih
67 67 : Perdebatan Kecil yang Cukup Memusingkan
68 68 : Pengumuman
69 69 : Rencana dan Pernyataan Jelkesya
70 70 : Kepergian Saksi Satu-Satunya
71 71 : Asumsi Zenneth dan Mencari Seorang Perawat
72 72 : Satu Masalah Clear!
73 73 : Semakin Rumit dengan Kemungkinan yang Semakin Banyak
74 74 : Pembunuhan Kedua
75 75 : Teka-Teki yang Semakin Jelas
76 76 : Kukira Sudah Selesai ....
77 77 : Kesan Pertama Terhadap Nirvana Kenziro
78 78 : Masalah yang Sama
79 79 : Filsafat
80 80 : Rencana Hari Ini
81 81 : Parkiran Shopping Mall
82 82 : Maaf, Aku Tidak Sengaja
83 83 : Bertemu Iris
84 84 : Lantai 6
85 85 : Akhirnya Mengangkat
86 86 : Pengumuman
87 87 : Whisk dan Perasaan
88 88 : Whisk dan Perasaan (Bagian 2)
89 89 : There's An Impostor!
90 90 : Ego dan Libido yang Tertahan
91 91 : Permainan Kata dan Rasa
92 92 : Straight To The Point, Please!
93 93 : Semakin Memanas
94 94 : Penyesalan Selalu Datang Terlambat
95 95 : Memperebutkan Satu Sosok yang Sama
96 96 : Keadaan Zenneth
97 97 : Bersaing Untuk Mendapatkan Perhatian Hazelia Lify
98 98 : Memberitahu Cyan
99 99 : Wanita Paruh Baya
100 100 : Alter Ego
101 101 : Kegelisahan Cyan
102 102 : Teman Imajinasi Untuk Investigasi
103 103 : Teman Imajinasi Untuk Investigasi (Bagian 2)
104 104 : Teman Imajinasi Untuk Investigasi (Bagian 3)
105 105 : Orang Misterius yang Sepadan dengan Qerza
106 106 : Untitled
107 107 : Mencari Anjing Pelacak
108 108 : Dua Wraith Asal Kuba
109 109 : Dua Wraith Asal Kuba (Bagian 2)
110 110 : Percakapan Haz dan Waikit
111 111 : Percakapan Haz dan Waikit (Bagian 2)
112 112 : Cerita Yudel
113 113 : Cerita Yudel (Bagian 2)
114 114 : Untitled
115 115 : Sudah Kubilang, Aku Bukan Cenayang!
116 116 : Cyan Siuman
117 117 : Ban Mobil
118 118 : Apakah Whisky Woods ...?
119 119 : Fokus, Hazelia Lify!
120 120 : Transaksi
121 121 : Penculikan Cyan dan Zenneth
122 122 : Perasaan Bersalah yang Menghantui
123 123 : You Know How To Make Me Feel Better, Whisky Woods!
124 124 : Pribadi Mana yang Dikorbankan?
125 125 : Pembahasan Dewasa
126 126 : Mencari Tahu
127 127 : Aku Tidak Terlalu Suka Dipuji ....
128 128 : Kembali ke Cafe yang Pernah Dikunjungi
129 129. Akhirnya Aku Bertemu Denganmu : Liulaika Jelkesya Version
130 130 : Berada di Posisi Serba Salah
131 131 : Keluh Kesah Liulaika Jelkesya
132 132 : Kekacauan Menjadi Semakin Parah
133 133 : Perusak Suasana Datang!
134 134 : Gagal
135 135 : Keanehan
136 136 : Gelud! Gelud! Gelud!
137 137 : Ternyata Dia Bukan Orang Sebaik Itu
138 138 : Kepribadian Qerza
139 139 : Meminta Tolong
140 140 : Masalah yang Lebih Besar Datang
141 141 : Rencana Penyamaran
142 142 : Laporan Hasil Analisis
143 143 : Titik Terang yang Membingungkan
144 144 : Bagaimana Jika ...?
145 145 : Sudah Mengantongi Bukti, Kami Buntu
146 146 : Banyak Penjahat di Keluarga Hassan
147 147 : Sifat Haz yang Kekanak-kanakan
148 148 : Menyusun Rencana untuk Memberikan Barang Bukti
149 149 : Romantisme
150 150 : Romantisme (Bagian 2)
151 151 : Romantisme (Bagian 3)
152 152 : Kejadian Lain yang Aneh
153 153 : Menemukan Cyan dan Zenneth, serta Menghadapi Sesuatu yang Menyeramkan
154 154 : Potongan Puzzle yang Tidak Lengkap
155 155 : Kapan Ini Akan Berakhir?
156 156 : Alasan Mengapa Nich Terlihat Aneh?
157 157 : Drama Macam Apa Lagi Ini?
158 158 : Ingin Membuat Keputusan yang Tidak Mengecewakan
159 159 : Aku Harap Aku Mengambil Keputusan yang Benar
160 160 : Krisis Kepercayaan
161 161 : Nicholas Qet Farnaz Dalam Bahaya?!
162 162 : Cinta Itu....
163 163 : Percakapan Tiga Hari yang Lalu
Episodes

Updated 163 Episodes

1
1 : Hari Pertama
2
2 : Cerita Whisky Woods (1)
3
3 : Cerita Whisky Woods (End)
4
4 : Mengajak Dinner
5
5 : Hal yang Tak Terduga
6
6 : Suara Nyanyian Whisky Woods
7
7 : Perasaan Alkaf
8
8 : Apakah Haz...??
9
9 : Whisk Hacker Kelas S?
10
10. HOT NEWS : SKANDAL
11
11 : Resplendent Nephila
12
12 : Rahasia Hazelia Lify
13
13 : Flashback
14
14 : Skakmat, Andrian!
15
15 : Spy
16
16 : Mustahil Tapi Ada dan Nyata
17
17 : Blog Pribadi Resplendent Nephila
18
18 : Hubungan Rumit Jel dan Alkaf
19
19 : Haz yang Tidak Peduli Terhadap Berita Kedua
20
20 : Calon Perusak Hubungan Alkaf dan Jel
21
21 : Keraguan Alkaf Dalam Memilih
22
22 : Berbalas Pesan
23
23 : Masalah Datang
24
24 : Whisky Woods Terluka
25
25 : Pertarungan
26
26 : Kencan Alkaf dan Jel yang Terganggu
27
27 : Be Stronger Against The Obstacles
28
28 : James Stetson dan Whitney Carmilla Walker
29
29 : Pengumuman, Bukan Update!
30
30 : Keanehan Peristiwa Itu
31
31 : Mademoiselle!
32
32 : Campur Aduk
33
33 : Haz Kecil
34
34 : Little Girl Met Her Relative
35
35 : His Name is Lazul
36
36 : The Clever Little Devil
37
37 : Ayo Berdrama!
38
38 : Be The Hunter or Be The Hunted
39
39 : Berani Ganggu Aku? Lihat Orang-Orang Itu!
40
40 : TAPI BO'ONK!
41
41 : Hampir Saja!
42
42 : Apakah Hazelia Lify Masih Manusia?
43
43 : Tidak Mengingat, Tapi Merasakan
44
44 : Informan dan Rekan Terbaik
45
45 : Keributan Di Atas Kapal
46
46. Seorang Polisi : Nicholas Qet Farnaz
47
47 : Argh! Aku ... Aku ....
48
48 : Kembalinya Si Spy
49
49 : Let The Hunt Begin!
50
50. Hunt : Whisky Woods Ver. (Bagian 1)
51
51. Hunt : Whisky Woods Ver. (Bagian 2)
52
52. Hunt : Hazelia Lify Ver.
53
53 : Pengumuman dan Hiatus
54
54 : Lebih Rumit Dari Labirin
55
55 : Ide yang Buruk
56
56 : Nyaris
57
57 : Teka-Teki Keinginan Zenneth
58
58 : Awas Saja!
59
59 : Suasana Makan Malam di Kafe
60
60 : Canggung
61
61 : Ada Apa di Sewer?
62
62 : Greget dan Ternyata ....
63
63 : Cyan Vilmasyah
64
64 : Kemarahan Alkaf di Telepon
65
65 : Drama Kecil di Dalam Hubungan Pertemanan
66
66 : Masih Bersedih
67
67 : Perdebatan Kecil yang Cukup Memusingkan
68
68 : Pengumuman
69
69 : Rencana dan Pernyataan Jelkesya
70
70 : Kepergian Saksi Satu-Satunya
71
71 : Asumsi Zenneth dan Mencari Seorang Perawat
72
72 : Satu Masalah Clear!
73
73 : Semakin Rumit dengan Kemungkinan yang Semakin Banyak
74
74 : Pembunuhan Kedua
75
75 : Teka-Teki yang Semakin Jelas
76
76 : Kukira Sudah Selesai ....
77
77 : Kesan Pertama Terhadap Nirvana Kenziro
78
78 : Masalah yang Sama
79
79 : Filsafat
80
80 : Rencana Hari Ini
81
81 : Parkiran Shopping Mall
82
82 : Maaf, Aku Tidak Sengaja
83
83 : Bertemu Iris
84
84 : Lantai 6
85
85 : Akhirnya Mengangkat
86
86 : Pengumuman
87
87 : Whisk dan Perasaan
88
88 : Whisk dan Perasaan (Bagian 2)
89
89 : There's An Impostor!
90
90 : Ego dan Libido yang Tertahan
91
91 : Permainan Kata dan Rasa
92
92 : Straight To The Point, Please!
93
93 : Semakin Memanas
94
94 : Penyesalan Selalu Datang Terlambat
95
95 : Memperebutkan Satu Sosok yang Sama
96
96 : Keadaan Zenneth
97
97 : Bersaing Untuk Mendapatkan Perhatian Hazelia Lify
98
98 : Memberitahu Cyan
99
99 : Wanita Paruh Baya
100
100 : Alter Ego
101
101 : Kegelisahan Cyan
102
102 : Teman Imajinasi Untuk Investigasi
103
103 : Teman Imajinasi Untuk Investigasi (Bagian 2)
104
104 : Teman Imajinasi Untuk Investigasi (Bagian 3)
105
105 : Orang Misterius yang Sepadan dengan Qerza
106
106 : Untitled
107
107 : Mencari Anjing Pelacak
108
108 : Dua Wraith Asal Kuba
109
109 : Dua Wraith Asal Kuba (Bagian 2)
110
110 : Percakapan Haz dan Waikit
111
111 : Percakapan Haz dan Waikit (Bagian 2)
112
112 : Cerita Yudel
113
113 : Cerita Yudel (Bagian 2)
114
114 : Untitled
115
115 : Sudah Kubilang, Aku Bukan Cenayang!
116
116 : Cyan Siuman
117
117 : Ban Mobil
118
118 : Apakah Whisky Woods ...?
119
119 : Fokus, Hazelia Lify!
120
120 : Transaksi
121
121 : Penculikan Cyan dan Zenneth
122
122 : Perasaan Bersalah yang Menghantui
123
123 : You Know How To Make Me Feel Better, Whisky Woods!
124
124 : Pribadi Mana yang Dikorbankan?
125
125 : Pembahasan Dewasa
126
126 : Mencari Tahu
127
127 : Aku Tidak Terlalu Suka Dipuji ....
128
128 : Kembali ke Cafe yang Pernah Dikunjungi
129
129. Akhirnya Aku Bertemu Denganmu : Liulaika Jelkesya Version
130
130 : Berada di Posisi Serba Salah
131
131 : Keluh Kesah Liulaika Jelkesya
132
132 : Kekacauan Menjadi Semakin Parah
133
133 : Perusak Suasana Datang!
134
134 : Gagal
135
135 : Keanehan
136
136 : Gelud! Gelud! Gelud!
137
137 : Ternyata Dia Bukan Orang Sebaik Itu
138
138 : Kepribadian Qerza
139
139 : Meminta Tolong
140
140 : Masalah yang Lebih Besar Datang
141
141 : Rencana Penyamaran
142
142 : Laporan Hasil Analisis
143
143 : Titik Terang yang Membingungkan
144
144 : Bagaimana Jika ...?
145
145 : Sudah Mengantongi Bukti, Kami Buntu
146
146 : Banyak Penjahat di Keluarga Hassan
147
147 : Sifat Haz yang Kekanak-kanakan
148
148 : Menyusun Rencana untuk Memberikan Barang Bukti
149
149 : Romantisme
150
150 : Romantisme (Bagian 2)
151
151 : Romantisme (Bagian 3)
152
152 : Kejadian Lain yang Aneh
153
153 : Menemukan Cyan dan Zenneth, serta Menghadapi Sesuatu yang Menyeramkan
154
154 : Potongan Puzzle yang Tidak Lengkap
155
155 : Kapan Ini Akan Berakhir?
156
156 : Alasan Mengapa Nich Terlihat Aneh?
157
157 : Drama Macam Apa Lagi Ini?
158
158 : Ingin Membuat Keputusan yang Tidak Mengecewakan
159
159 : Aku Harap Aku Mengambil Keputusan yang Benar
160
160 : Krisis Kepercayaan
161
161 : Nicholas Qet Farnaz Dalam Bahaya?!
162
162 : Cinta Itu....
163
163 : Percakapan Tiga Hari yang Lalu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!