permainan dan sentuhan lembut yang diberikan Arkan sungguh mengalihkan dunianya, ini baru pertama kali untuknya, bahkan berciuman saja ini yang pertama meski sudah berpacaran selama 2 tahun. Makanya kekasihnya selingkuh.
Arkan bisa merasakan kegugupan dan debaran jantung Serra, dia hanya ingin teman bermainnya itu nyaman. Arkan menatap Serra saat akan melakukan penyatuan, sebenarnya dia bisa melihat mata wanita yang terpejam itu yang merasa nikmat, tetapi tidak dapat dipungkiri ada ketakutan dan tidak yakin.
Serra seperti merasa kehilangan sesuatu, membuka matanya dan menatap Arkan.
" Apa sudah selesai," tanya Serra polos.
Arkan yang diburu ***** sungguh frustasi akan bodohnya wanita dihadapanya, antara bodoh dan polos.
" Aku tidak mungkin menyelesaikan hal yang belum selesai," ucap Arkan. Arkan kembali menatap Serra dan melakukan penyatuan dengan gadis itu.
Rintihan kesakitan terlihat di wajah Serra. Yang sengaja ditahan Serra, agar tidak mengeluarkan suara. Serra memengang kuat seprai berharap bisa mengurangi sakitnya, Arkan menatap wanita yang menggelinjang tersebut, tetes air mata jatuh dari pelupuk mata Serra.
" Sial, ternyata dia masih original," umpat Arkan tidak menyangka bahwa dia adalah orang yang pertama mengambil kesucian seorang gadis yang baru dikenalnya.
Arkan menautkan kedua tanganya ketangan Serra agar wanita itu tidak kesakitan, menggengam erat tangan wanita itu dan Arkan meraih bibir wanita agar semakin nyaman.
Arkan kembali melakukan tugasnya setelah Serra merasa nyaman. Serra memang merasakan sesuatu hal yang aneh pada tubuhnya. Dia sungguh menikmati setiap sentuhan yang diberikan Arkan sampai akhirnya merasa hangat pada dinding rahimnya.
Setelah melakukan penyatuan itu Arkan mencium kening Serra lembut. Hal yang tidak pernah dilakukannya saat selesai bercinta dengan orang lain. Arkan menghempaskan tubuhnya disamping Serra.
Hanya 1 jam permainan Arkan. Dia mungkin bisa melakukan lebih lama lagi, Tapi sungguh hatinya bergejolak saat melakukan itu pada Serra.
Napas Arkan masih tersenggal-senggal, sama halnya dengan Serra yang masih merasa sakit dan lelah.
Arkan melirik wanita yang lemas disampingnya ada butir air mata yang jatuh kembali, mungkin air mata penyesalan atas kebodohannya sendiri.
Arkan tidak tau apa yang terjadi padanya kenapa dia justru menyesali meniduri wanita yang memohon itu kepadanya. Selain Serra masih seorang perawan tubuhnya sungguh membuat Arkan seakan ingin lagi.
Tapi justru Arkan mengontrol dirinya. Karena tidak sanggup melihat wanita yang masih sangat muda itu merasakan sakit, dan memang pengalaman yang pertama untuknya.
Arkan dengan liar mampu membuat Serra yang baru pertama kali menikmatinya. Serra bahkan sudah melakukan pelepasan entah beberapa kali. Meski merasa sakit Serra tidak menyuruh Arkan berhenti saat dirinya sudah lemas.
" Kamu menyesal," yanya Arkan.
" Tidak, tidak ada gunanya menyesal," jawab Serra datar, Dia memang sudah pasrah akan tubuhnya, dia tidak peduli lagi, nyatanya semua laki-laki sama, menjalin hubungan hanya untuk menikmati tubuh pasangannya.
Mungkin ini juga akan terakhir baginya untuk menjalani hubungan. Pikirannya memang sangat pendek, sakit hati mendengar kata-kata sang mantan membuatnya tidak bisa berpikir apapun.
" Kamu yakin tidak menyesal," tanya Arkan sekali lagi.
" Aku sudah mengatakan dari awal tidak, aku tidak pernah menyesal dengan keputusan yang telah kuambil," jawab Serra lagi.
" Maaf jika perbuatanku membuatmu sakit," ucap Arkan merasa bersalah, mungkin sekarang area sensitif Serra memang perih akibat perbuatannya.
" Tida, aku tidak apa-apa, aku akan membersihkan diriku, setelah itu aku akan mengikutimu kekantor polisi," ucap Sera mencoba duduk, meski dia merasa perih di area sensitifnya. Arkan menahan tangannya.
" Istirahat lah dulu, besok pagi saja," saran Arkan yang melihat tubuh Serra kelelahan.
Serra pun seakan setuju dan kembali merebahkan dirinya di ranjang, memejamkan matanya membelakangi Arkan. Serra tertidur entahlah dia puas atau menyesal melakukannya.
Serra dan Arkan tertidur hanya menggunakan selimut saja pakaian mereka sudah berserakan entah di mana-mana.
**********
Pagi hari kembali, pancaran sinar matahari mampu menusuk mata Arkan yang tertidur lelap. Arkan mengerjapkan matanyanya perlahan memijat pelipisnya.
Arkan menoleh kesamping, wanita itu sudah tidak ada lagi. Arkan mendengar suara guyuran air di kamar mandi dan bisa menebak Serra sedang berada di sana. Tidak berapa lama Serra keluar dari kamar mandi sudah memakai pakaiannya yang tadi malam iya gunakan.
Serra duduk diujung tempat tidur membuka tasnya dan mengambil make-up nya, Serra bercermin mengolesi pondesion pada lehernya yang merupakan perbuatan Arkan.
Arkan hanya bisa melihat apa yang dikerjakan wanita itu, sungguh Arkan memang sangat kaku dengan Serra tidak seperti biasanya jika dengan wanita lain.
" Kenapa melihatku, ada yang salah," tanya Serra.
" Tidak," jawab Arkan.
" Kenapa kamu masih diam, seharusnya kamu siap-siap, bukannya kamu akan membawaku kekantor polisi," ucap Serra yang masih mengingat janjinya.
Arkan berpikir sejenak bisa-bisanya wanita itu dengan santai mengatakannya. Bahkan Arkan sudah tidak peduli lagi tentang urusan kantor polisi.
" Berapa umurmu," tanya Arkan membuat Serra melihat kearah Arkan.
" 19," jawab Serra jujur.
" Sebaiknya kamu pulang. Aku rasa polisi tidak membutuhkan keteranganmu," ucap Arkan setelah berpikir panjang.
" Baiklah," jawab Serra cepat.
Dia sedikit bersyukur atas keputusan pria yang baru menghabiskan malam dengannya. Walaupun dia tidak bersalah, tapi tetap saja polisi pasti akan mengabari papanya tentang keberadaanya di kantor polisi dan pasti dia akan dimarah lagi.
" Terima kasih sudah menuruti kemauanku," ucap Serra beranjak dari ranjangnya dan pergi secepatnya. Arkan terdiam bisa-bisanya wanita itu berterima kasih kepadanya.
" Apa dia benar-benar sudah gila," decak Arkan kesal.
******
Serra berusaha tidak memikirkan kejadian malam itu. Menemui kekasihnya di dalam hotel bersama dengan perempuan yang dikenalnya dihina didepan selingkuhan kekasihnya dan malamnya diakhiri tidur dengan orang yang baru dikenalnya.
Sungguh dia tidak percaya dengan apa yang dilakukannya. Mobil Serra berhenti tepat di pekarangan rumahnya. Serra menarik napasnya panjang dan membuangnya sembarang, dia berusaha tenang seperti tidak terjadi hal apapun yang dialaminya.
Serra memasuki rumahnya menuju kamarnya.
" Dari mana kamu," Bentak Suroto papanya yang melihat anak semata wayangnya tidak pulang kerumah membuatnya emosi.
Serra juga pasti tau kalau dia akan mendapatkan omelan dari sang papa, apa lagi ada Yasmin ibu tirinya yang Hanya beda 7 Tahun darinya.
" Kenapa diam?" tanya Suroto lagi karena Serra sama sekali tidak mendapat jawaban apapun.
" Serra menginap di rumah teman," jawab Serra bohong.
" Apa kamu tidak punya rumah sampai harus menginap di rumah orang lain," bentak sang papa
" Mas tenanglah mungkin Serra lelah," ucap manis Yasmine yang menghelus pundak suaminya berusaha meredakan emosinya.
Serra yang melihatnya merasa sangat jijik dengan kelakukan sang wanita. Tanpa ingin berdebat dengan papanya. Serra pun menaiki anak tangga menuju kamarnya.
" Serra papa belum selesai bicara," teriak Suroto.
" Mas, sudah nanti biar aku saja yang bicara." bujuk Yasmine.
" Anak itu semakin lama semakin kurang ajar," ucap Suroto kesal.
Serra memasuki kamarnya menghempaskan dirinya di tempat tidur menatap langit kamarnya. Meski tidak memikirkan apa yang di lakukannya tadi malam tetapi pikiran itu masih melayang dipikirannya.
Mungkin memang dia bodoh menyerahkan kehormatannya yang dijaganya selama 19 tahun diserahkannya begitu saja pada laki-laki yang tidak dikenalnya bahkan namanya saja dia tidak tau.
Serra memejamkan matanya dia tidak tidur hanya menetralkan pikirannya tidak menyangka ini akan terjadi padanya.
" Ahhhhhhhhh.... Serrrrra tenanglah ini akan baik-baik saja," teriaknya masih tidak percaya dengan keputusannya.
Tapi dia tidak bisa menyalahkan apa yang terjadi karena beberapa kali pria itu sudah mengingatkannya sebelum melakukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments