"Selamat datang dan sukses untuk para mahasiswa baru," seru Dekan yang menjadi kalimat penutup untuk penyambutan dan pengenalan sistem akademik kepada para maba (mahasiswa baru).
Selanjutnya sambutan dilanjutkan oleh Manajer Kemahasiswaan.
"Saya harap selama kalian menempuh pendidikan di fakultas ini, kalian mampu mengukir prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik," pesan Manajer Kemahasiswaan sebagai penutup sambutannya. Kemudian, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Setelah rangkaian acara penyambutan dan pengarahan untuk maba selesai, acara selanjutnya diambil alih oleh pihak BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) yang menjelaskan tentang kegiatan OKK maba atau yang lebih dikenal dengan ospek fakultas.
Melodi yang tengah berdiri diantara barisan maba hanya diam mendengarkan apa yang disampaikan tadi. Sampai akhirnya pandangannya tertuju pada salah seorang pemuda yang mengenakan jas almamater dari fakultas itu dan bertugas untuk mengisi acara selanjutnya.
"Ben," gumam Melodi pelan. Ya, Ben. Melodi mengingatnya, bahkan namanya juga. Pemuda yang berdiri dengan gagah itu adalah Ben, pemuda yang kemarin sore bertemu dengannya.
"Apakah dia ketua BEM di sini?" bisik salah seorang maba perempuan yang berdiri di sebelah Melodi.
"Waahhhh, ketua BEM fakultas ini ternyata sangat tampan," imbuh gadis di sebelahnya yang tersenyum gemas.
Melodi yang mendengar bisik-bisik mereka hanya bisa menggigit bibir bawahnya sembari sesekali membenarkan posisi kacamatanya.
"Saya ingatkan kembali kepada semua maba yang menjadi peserta OKK, di sini kami memiliki standar kelulusan. Salah satu tolak ukurnya adalah pemenuhan presensi," ucap Ben dengan tegas dan lantang.
"Jadi, diharapkan selama kalian mengikuti kegiatan OKK di sini utamakan kedisiplinan dan kehadiran kalian. Karena dari sini juga akan ditentukan prosentase kehadiran kalian. Jika prosentase kalian tidak memenuhi batas minimal ...." Ben menjeda ucapannya lalu menyunggingkan sudut bibirnya. "Dengan terpaksa kami nyatakan kalian tidak lulus."
Suasana seketika berubah tegang. Semua mata kini tertuju pada Ben. Tidak ada yang berani bersuara ataupun sekedar berbisik.
"Konsekuensinya adalah, kalian tidak bisa aktif mengikuti kegiatan keorganisasian mahasiswa yang ada di fakultas ini. Kecuali, kalian dinyatakan lulus setelah mengulang OKK fakultas tahun depan."
...****************...
"Hm, dinikmati sajalah semua ini," ucap Tika salah seorang maba yang duduk di sebelah Melodi. Dia adalah teman satu sekolah Melodi sewaktu SMA, dan sekarang mereka tengah menikmati makan siang bersama di kantin kampus.
Tengah hari bolong kegiatan pengenalan kampus baru berakhir. Awalnya Melodi ingin langsung pulang tetapi, Tika memintanya untuk menemaninya makan siang.
"Ya harus dinikmati Tik, masa-masa OKK ini 'kan terjadi sekali seumur hidup. Suatu hari nanti pasti akan menjadi kenangan yang mengesankan." Melodi tersenyum penuh arti.
"By the way, kau lihat tidak ketua BEM tadi? Dia cakep banget ya, denger-denger nih, dia itu adalah The Most Wanted para mahasiswi di fakultas ini." Tika terlihat tersenyum gemas. Sementara Melodi tampak gugup, dia segera memalingkan wajahnya setelah membenarkan posisi kacamatanya.
"Kau kenapa, Mel? Kok kayak ketakutan gitu baru aku menyinggung ketua BEM kita. Apa kau mengenalnya? Atau, kau terlibat masalah dengannya?" selidik Tika. Dia menaruh kembali sendok makannya saat melihat raut tak biasa di wajah Melodi.
"Ah, tidak apa Tik, aku hanya merasa lelah. Sebaiknya cepat habiskan makananmu dan kita segera pulang. Bukankah kita harus menyiapkan keperluan untuk OKK besok," ujar Melodi panjang lebar untuk menutupi rasa gugup dan kecurigaan Tika.
"Hm, benar juga ya. Hah! Aku hampir saja melupakan tugas yang itu. Bagaimana kalau sepulang dari sini kita berbelanja untuk keperluan OKK besok?" ajak Tika dengan wajah penuh harap.
"Tapi Tik ...."
"Udah, gak usah tapi-tapian. Ayolah Mel, mumpung aku bawa mobil, dari pada kamu berjalan kaki mencari semua itu."
Mau tidak mau, Melodi akhirnya mengangguk. "Baiklah Tik, makasih."
"Nah, gitu dong." Tika melakukan suapan terakhir. Setelah membayar makanannya, dia mengajak Melodi untuk meninggalkan tempat itu.
"Kira-kira kita ke mana dulu ya?" gumam Tika saat mereka berjalan bersama melewati lorong kampus.
"Kita mulai ... aawwww!" Melodi memegang bahu kirinya yang bertabrakan dengan seseorang.
"Aduh maaf-maaf, aku tidak sengaja." Suara pemuda itu membuat Melodi segera mengangkat wajahnya. Dia melirik Tika terlebih dulu yang sedari tadi menarik ujung lengan kemejanya.
"Mel, dia ...." Menunjuk pemuda yang bertabrakan dengan Melodi barusan.
Melodi mengikuti arah telunjuk Tika, manik coklat itu bertemu dengan manik legam milik Ben. Dalam sepersekian detik, tubuh Melodi kembali menegang. Wajahnya seketika berubah pias.
"Hai, kamu yang ...."
"Tik, aku duluan." Melodi bergegas pergi tanpa memberi kesempatan Ben untuk melanjutkan kalimatnya.
"Eh, Mel, tungguin aku! Melodi!" teriak Tika yang terpaksa ikut meninggalkan Ben untuk menyusul Melodi. Padahal tadinya dia senang sekali bisa bertemu Ben dalam jarak sedekat itu.
"Dasar Melodi aneh, disapa cowok seganteng itu malah kabur. Gak doyan cogan apa dia itu," omel Tika sembari mempercepat langkahnya agar bisa menyusul Melodi.
"Melodi? Nama yang indah," gumam Ben. Dia memandang kepergian kedua gadis itu dengan senyum dikulum.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
vina putri
Lanjutin😉
2021-10-19
0
Tufa Hans
Ngebayangin senyuman Ben pasti sangat manis, jadi ikut tersenyum...
jadi gila se ndiri... 😅
2021-10-06
5
Aya SiJutek Cuy
lnjut
2021-10-06
4