Setibanya di tempat transaksi mereka pun segera turun dari mobil, dan melangkah ke sebuah jalan di kawasan bangunan bangunan tua yang sepi dan suasana nya sedikit gelap karena minimnya penerangan di jalan itu
Mereka sudah melihat sang pembeli sudah menunggu mereka di depan sana, jadi Dampar dan 3 anak buahnya pun segera bergegas ke arah mereka
Namun ketika mereka akan segera berhadapan dan melakukan transaksi, tiba tina terdengar suara beberapa sirine mobil polisi yang berdengung keras di beberapa penjuru kawasan itu
Tidak lama terdengar suara tembakan peringatan, 'Duarrr' dan suara pengeras suara portabel pun terdengar "Diam di tempat, kalian sudah terkepung, kalau kalian bergerak, kami akan langsung menembak Kalian" ucap suara dari megaphone itu
Seketika semua orang yang sedang bertransaksi pun langsung berhamburan panik, dan mereka segera lari ke arah arah yang berbeda, ada yang menuju ke gang, ada juga yang menuju kemobil dan ke beberapa tempat gelap lainya
Sementara Dampar memilih lari ke sebuah gang gelap yang tidak jauh dari kawasan itu
Dan seketika suara tembakan dari berbagai penjuru pun mulai terdengar, dan puluhan butir peluru pun segera melesat ke Arah semua orang yang masih terlihat di sana
Namun Dampar seperti bisa menebak arah arah peluru yang di tembakan itu, dan dia bisa menghindarinya
"Awaaas" Dampar langsung mendorong Rio yang sedang berlari karena ada peluru yang menyasarnya, dan mereka pun langsung terjatuh ke tanah
Dampar melihat ke belakang dan ternyata kedua anggota lain yang bergegas lari ke mobil sudah jatuh di tanah karena tertembak
Seketika Dampar dan Rio pun langsung bangkit dan segera memasuki gang sempit yang gelap itu, mereka terus berlari untuk menghindari kejaran petugas yang menciduk transaksi mereka itu
Setelah merasa sudah jauh mereka berlari, mereka pun sejenak berdiri dan bersandar di dinding gang dengan nafas yang tak beraturan
"Terimakasih, kalau tidak ada bos aku mungkin sudah tertembak parah" ucap Rio
"Apa peluru itu mengenaimu?"
"Tidak, peluru tadi hanya menyerempet sedikit di kaki ku, Kurasa ada seseorang yang sengaja membocorkan informasi transaksi kali ini bos " ucap Rio
"Ya sudah kita pergi sekarang, jangan pikirkan dulu itu, kita harus lolos dulu dari kejaran petugas" ucap Dampar
"Baiklah"
Mereka pun segera melanjutkan pelarian mereka itu menyusuri gang itu lagi, namun di ujung gang ternyata sudah terdengar sirine polisi juga yang mendekat, seketika merekapun menghentikan langkah mereka
"Sepertinya kita memang sudah terkepung bos" ucap Rio
"Kurasa begitu" ucap Dampar
"Bos, kita naik ke Rumah itu saja, sepertinya bentengnya tidak terlalu tinggi" ucap Rio yang melihat peluang untuk sembunyi
"Baiklah kita naik kesana" ucap Dampar yang juga tidak ingin tertangkap di sini, Apa kata Rumi kalau dia benar benar tertangkap
Dampar pun di bantu Rio untuk memanjat tembok belakang sebuah Rumah, setelah dia berhasil naik dia pun berniat membantu Rio juga untuk naik dengan mengulurkan tanganya, namun di ujung gang terlihat mobil polisi yang sudah berhenti di sana
"Bos kamu sembunyi saja di sana, sepertinya aku tidak akan sempat naik, aku akan mencari tempat persembunyian lain" ucap Rio
"Baiklah, hati hati" ucap Dampar
Rio pun segera beranjak pergi dari sana, dan Dampar pun kini berada dia atas benteng Rumah yang lumayan tinggi, pikiranya sangat kacau sekarang, karena dia memang merasa sudah berbuat sesuatu yang salah, pikiranya sedikit ngeblur dan tidak fokus,
Dan nasib nahas pun terjadi, ketika dia ingin menuruni benteng itu dia malah terpeleset hingga membuat Dampar kehilangan keseimbanganya, dan dia pun terjatuh ke halaman belakang sebuah Rumah kosong itu, dan 'Bruk' "Aarrgh" rintih Dampar yang merasa kepalanya terbentur sesuatu
Dan dia pun merasa Kesakitan di bagian kepala belakangnya, dan Dampar pun merasa sangat pusing hingga perlahan membuat kesadarannya itu hilang
.
.
.
,
~
Keesokan paginya, Dampar masih tergeletak di halaman belakang Rumah kosong itu, dia pun perlahan membuka matanya, dia mencoba bangkit dan langsung memperhatikan sekeliling tempat itu
"Dimana ini,?, Aaargh, Sssshhh Aw sakit sekali kepalaku" ucap Dampar, dia pun memegang kepala belakangnya dan mendapati ada sedikit darah di tangan nya, dia terluka karena memang semalam dia terbentur batu
Dia pun memejam kan matanya sambil terduduk di tanah, dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, tapi bukan hanya soal semalam yang dia ingat, melainkan semua ingatan yang dulu pun kini sudah mulai kembali di kepalanya
"Aku aku dimana?, Ibu, Lena, Rania, kalaian dimana?" pikiranya pun langsung mengarah ke 3 orang yang di anggap nya paling penting, dia memperhatikan sekitar dengan memegang kepalanya
"Sudah berapa lama aku di sini?" Dampar tidak mengingat pasti kapan kejadian menakutkan itu menimpanya
"Aku harus pulang, aku, aku sudah terlalu lama meninggalkan mereka, mereka mungkin menghawatirkan ku, ya,, aku harus segera pulang" ucap Dampar
Dia pun bangkit dengan sedikit sempoyongan, dan dia berusaha mencari jalan untuk keluar dari sana, dan setelah dia berhasil keluar dari Rumah itu, diapun langsung pergi ke Rumah sakit tempat Rumi di Rawat
Setibannya di Rumah sakit Damparpun segera masuk ke bangsal rawat Rumi dan langsung menghampiri Rumi yang masih terbaring dan mengobrol dengan pak Yunus
Pak Yunus pun langsung menoleh ke arah Dampar dan dia menyadari kalau kondisi Dampar sedikit tidak baik
"Dampar kamu kenapa?" ucap pak Yunus yang langsug berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Dampar
"Aku tidak papa" ucap Dampar
"Tidak, kepalamu berdarah, itu pasti sakit kan?"ucap pak Yunus
"Sedikit" ucap Dampar
"Ya sudah kamu duduk dulu" ucap pak Yunus
Dampar pun segera duduk di samping ranjang Rumi
"Kak Dampar kamu kenapa?" ucap Rumi khawatir
"Tidak papa, kakak hanya jatuh saja" ucap Dampar
"Hati hati dong kak, sini Rumi lihat lukanya" ucap Rumi yang berusaha mendekat ke arah Dampar
"Tidak, kamu jangan banyak bergerak, kakak tidak papa" ucap Dampar
"Apa kak Dampar yakin tidak papa" tanya Rumi
"Tidak, kamu tidak peu khawatir" ucap Dampar, dia pun menoleh pada pak Yunus yang berdiri di sampingnya
"Pak, Yunus, apa bapak ingat sudah berapa lama aku tinggal dengan bapak?" tanya Dampar
Pak Yunus pun merenung sejenak untuk memutar memory otaknya
"Sepertinya sudah sekitar 4 tahun lebih, memangnya kenapa?" tanya pak Yunus
"4 tahun??,, lama sekali,, apa dari sini ke kota J itu jauh" tanya Dampar lagi
"Ya tentu saja jauh, karena jika kesana harus menyebrangi lautan, dan juga harus naik pesawat, apa kamu berniat pergi kesana?" tanya pak Yunus
"Ya, aku akan kesana, karena keluargaku ada di sana" ucap Dampar
"Apa kamu sudah mengingat tentang dirimu?" tanya pak Yunus
"Ya,, aku ingat, namaku Sean Arman, bukan Dampar" ucap Sean
"Sean Arman?, syukurlah kalau kamu sudah mengingatnya, jadi kamu akan segera pulang kesana?" tanya pak Yunus
"Sepertinya aku memang harus pulang, aku sudah meninggalkan mereka terlalu lama" ucap Dampar
"Apa itu Artinya kak Dampar akan segera meninggalkan Cabi" ucap Rumi yang ternyata sudah berlinang air mata Karena mendengar percakapan Dampar
"Cabi, walaupun kakak pergi, kakak pasti akan sering kemari untuk menemuimu," ucap Sean juga yang sebenarnya berat, karena Rumi dan pak Yunus memang sudah seperti keluarganya di sini
"Kak Dampar tidak pernah menepti janji, Kaka Dampar selalu bohong pada Rumi" ucap Rumi
"Tidak, kak Dampar tidak akan membohongimu, kak Dampar pasti akan menemuimu lagi" ucap Sean
Rumi pun menggeser duduknya supaya bisa lebih dekat dengan Sean, dan langsung memeluknya "Kalau kak Dampar pergi, Rumi juga harus ikut, Rumi takut kak Dampar tidak akan kembali lagi" ucap Rumi
"Cabi, ada Ayah dan ibu mu di sini, dan ada adik adik mu juga, jadi kamu tidak boleh meninggalkan mereka kan" ucap Sean
Rumi pun melepaskan pelukannya dan segera membaringkan dirinya dengan memunggungi Sean, "Kak Dampar tidak Sayang pada Rumi" ucap Rumi sambil menangis
Meskipun dia juga berat meninggalkan keluarga ini, tapi Sean tetap harus kembali ke keluarganya
"Pak, ada yang ingin aku urus dulu sebentar, nanti aku kembali lagi" ucap Sean
"Iya, silahkan" ucap Pak Yunus
"Rum, kakak keluar dulu, Kamu jangan nangis" ucap Sean
"Pergi saja" ucap Rumi
Sean pun paham kalau Rumi marah padanya, bukannya dia tidak ingin membujuknya sekarang, tapi di pikiran Sean sekarang dia ingin membereskan Zopar dulu di sini sebelum dia pergi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Wirda Lubis
dampar sudah ingat sud
2023-04-16
0
Selvanus Sengiang
bagus alur ceritanya sedikit menegangkan Thor 👍
2023-03-15
0
Wandi
oke
2022-06-05
0