Dark Side
“Pagi kotoran Babi,” itulah sapaan sehari-hari yang didengar oleh Brian dari teman sekelasnya yang bernama John. John merupakan anak laki-laki yang memiliki badan yang atletis dan tinggi sekitar 170cm.
Ayah John merupakan pengusaha sukses di kota Malang dan menjadi donatur terbesar di sekolah mereka.
“Nampaknya hari ini lo cukup sehat, sini uang saku lo,” ucap David sambil menepuk-nepuk kepala Brian dengan tangannya. Anak yang memiliki tinggi 160cm ini merupakan sahabat John dari SMP. Meskipun tidak setinggi John, dia memiliki tubuh yang kekar.
“Jangan gitu Vid, dia kan miskin, hahahaha,” kata pria berkulit gelap dan setinggi 178cm itu. Gory merupakan anak yang memiliki tubuh terbesar di angkatannya. Tidak ada satu murid pun yang berani dengannya.
Semenjak masuk SMA, Brian selalu menjadi bahan perundungan bagi John dan dua temannya itu. Brian hanya bisa diam ketika diperlakukan kasar oleh tiga serangkai itu.
Awalnya mereka bertiga hanya melakukan kejailan kecil. Namun lama kelamaan menjadi lebih ekstrim. Jika Brian tidak melakukan apa yang mereka minta, Brian akan dipukuli hingga babak belur.
Sebenarnya guru-guru di sekolah itu tau apa yang dilakukan John dan kedua temannya. Namun mereka hanya bisa melihat dan tidak berani mengambil tindakan karena posisi ayah John.
Saat jam istirahat sekolah, Brian akan menjadi pesuruh untuk John dan kedua temannya. Dia harus membeli makanan untuk mereka bertiga di kantin. Bahkan jika terlalu lama, mereka akan memukuli Brian.
Saat pulang sekolah, Brian disuruh untuk mengerjakan pekerjaan rumah mereka bertiga.Tetapi jika sampai tulisan dan jawabannya terlihat sama, Brian akan dipukuli lagi. Itulah keseharian Brian di sekolahnya.
Sore itu setelah Brian menyelesaikan pekerjaan rumah John dan kedua temannya, dia bergegas untuk pulang. Namun John mencegahnya, lalu John menyuruh Gory untuk menyeret Brian.
Brian tidak melawan, dia tau kalau itu perbuatan yang sia-sia karena badan Brian tidak sebesar Gory. Dia hanya pria dengan tinggi 166cm dan badan yang kurus.
Gory membawa Brian ke salah satu toilet di sekolah yang jarang dipakai orang. Saat itu Brian tau, dia akan menjadi samsak untuk latihan tinju John.
Benar saja, sesampainya di toilet, John mulai memukul perut Brian. John tidak pernah memukul area wajah, karena akan membekas dan mudah terlihat. John selalu melakukan itu jika dia merasa kesal.
“Dulu memang lo gak separah ini ngejailin gue, tapi lo tau?! Pembalasan itu lebih kejam,” kata John setelah puas melampiaskan kekesalannya kepada Brian.
Melihat handphone Brian yang terjatuh saat John memukulinya, john lalu mengambil handphone Brian, dan menarunya kedalam toilet.
“Hari gini masih pake hape butut,” ucap John sambil mengguyur toilet beserta handphone Brian dengan air. Mendengar ucapan John, David dan Gory pun tertawa.
Setelah mereka bertiga puas merundung Brian, mereka bertiga langsung pergi. Brian saat itu hanya bisa pasrah menerima perlakuan dari ketiga teman sekelasnya itu.
Untuk menenangkan dirinya, Brian tidak langsung pulang ke rumah. Kondisi di tempat dia tinggal saat itu tidak jauh berbeda dari sekolah.
Brian merupakan anak yatim piatu. Orang tuanya meninggal dalam kebakaran di rumahnya tepat saat hari Brian wisuda ketika SMP. Saat ini Brian tinggal bersama keluarga tantenya yang bernama Anita.
Brian pernah menyampaikan ingin pindah dari SMA tersebut karena tidak tahan akan perlakuan John dan kedua temannya, namun tantenya malah memaki dan memukuli dia karena sekolahnya itu merupakan salah satu sekolah terbaik di kota Malang. Tantenya sudah mengeluarkan banyak uang untuk memasukkan Brian ke sana.
Tidak hanya mendapat perlakuan buruk di sekolah, Brian juga mendapatkan perlakuan buruk dari tantenya. Dia dipaksa untuk menjadi pembantu di rumah mereka. Jika Brian melakukan kesalahan sedikit, tantenya langsung memukuli Brian.
Hanya Lisa sepupu Brian yang selalu melindungi Brian dari kekejaman ibunya. Lisa merupakan anak kedua di keluarganya.
Dia merupakan gadis berdarah Sunda dengan paras yang cantik dan memiliki rambut hitam legam yang berkilau. Lisa sudah menganggap Brian sebagai kakaknya sendiri.
Sebenarnya Lisa memiliki seorang kakak berumur dua tahun lebih tua yang bernama Irwan. Namun Irwan selalu bersikap dingin kepada Lisa dan Brian.
Irwan merupakan anak kesayangan ibunya dikarenakan dia merupakan anak yang berprestasi di sekolah.
Sebelum pulang ke rumah, Brian mampir ke taman yang berada di daerah perumahan tantenya. Dia berusaha menenangkan dirinya. Dia selalu membaca ulang catatan sekolahnya untuk mengalihkan pikiran negatifnya.
Saat membaca catatannya, Brian merasakan matanya berat. Apa yang telah dilaluinya hari itu membuat lelah tubuh dan pikirannya. Tanpa sadar Brian sudah kehilangan kesadarannya.
Saat percikan air menyentuh tubuhnya, kesadarannya mulai kembali. Menyadari hari sudah gelap, Brian bergegas menuju rumah tantenya.
Namun saat perjalanan pulang, hujan mulai turun dengan deras dan membuat sebagian tubuhnya basah.
Sesampainya di rumah, tantenya sudah menunggu sembari duduk di kursi teras rumahnya. Di samping tantenya ada koper besar. Melihat itu, Brian mendapat firasat yang buruk.
“Ngapain pulang? Dari tadi dihubungi gak bisa. Kalau gak bisa ikut peraturan di sini, mending minggat aja sekalian!” Bentak tantenya sambil melampiaskan semua emosinya kepada Brian.
Sebenarnya saat itu masih jam tujuh malam, hanya saja Brian tidak bisa dihubungi. Karena sore tadi, ada pengacara sekaligus teman ayah Brian yang ingin melihat keadaan Brian.
“Pergi sana! gak usah balik lagi,” kemudian tantenya masuk ke rumah dan mengunci pintu rumahnya. Dia hanya meninggalkan koper yang berisi baju milik Brian.
Dari luar rumah, Brian mendengar tentenya sedang berdebat dengan Lisa. Lisa tidak setuju kalau Brian diusir dari rumah. Saat Brian mengambil koper dan mulai melangkahkan kakinya, dia ditahan oleh Lisa.
“Jangan pergi!” kata gadis berumur empat belas tahun itu. Hati Brian terenyuh saat dia melihat Lisa yang bercucuran air mata. Namun Brian hanya bisa memandang mata Lisa dan mengusap air mata di pipi Lisa.
Brian hanya bisa tersenyum kecil yang mengisyaratkan dia akan baik-baik saja.
Dari belakang Lisa, ibunya menarik Lisa dan menyeret memaksanya masuk ke dalam rumah. Lisa mencoba berontak tapi kekuatannya tidak cukup untuk melepaskan diri dari cengkraman ibunya.
Untuk sesaat, Brian hanya berdiri diam mematung. Hanya suara hujan dan dinginnya malam yang setia menemaninya. Setelah hujan terlihat reda, Brian mulai meninggalkan rumah itu.
Brian tak tau lagi harus ke mana. Dia hanya berjalan tanpa arah. Kemudian sampailah dia di sebuah jembatan. Dia berhenti dan melihat ke arah sungai. Terdengar suara air yang sangat deras. Brian cukup lama memandangi sungai di bawah jembatan.
Ayah, Ibu, apa di seberang sana keadaannya jauh lebih baik? Hanya itu yang bisa Brian pikirkan saat ini. Meski pun terlihat sudah putus asa dengan kehidupannya, Brian tidak ada rencana untuk mengakhiri hidupnya.
“Ga jadi loncat?” tiba-tiba terdengar suara wanita dari belakang Brian. Ketika Brian menoleh ke belakang, dia melihat seorang wanita menggunakan tuxedo dan topi hitam khas pesulap.
“Tapi kalau kamu loncat dari sini, kamu ga akan langsung mati sih. Mungkin kamu akan tersiksa dulu, dan akhirnya mati lemas,” tambah wanita itu.
“Si siapa kamu?” tanya Brian dengan wajah curiga.
“Ah maaf. Di mana kesopananku. Namaku Anna. Aku seorang promotor sebuah game,” Jawab Anna sambil memberikan salam khas bangsawan dengan melepas topinya dan menaruhnya di depan dada, menarik sedikit kaki kanannya ke belakang dan sedikit membungkukkan badannya.
“Dari pada kamu bunuh diri dengan loncat dari jembatan ini, aku memiliki dua tawaran,” tambah Anna. Dia kemudian memasukkan tangannya ke topi dan berusaha meraih benda yang ada di dalam topinya.
Anna mengeluarkan dua benda dari dalam topi miliknya. Yang pertama adalah sebuah revolver yang sudah terisi peluru. Yang kedua merupakan box berwarna hitam yang cukup besar.
“Jika kamu memilih revolver, kamu bisa mati tanpa merasakan sakit. Atau bahkan membawa orang-orang yang menyakitimu ke dalam neraka.”
“Jika kamu memilih box hitam ini, kamu bisa mengikuti sebuah game di mana kamu bisa mendapatkan kekuatan dan kekayaan dari game itu.”
“Tentu saja hadiah dan resiko akan selalu berbanding lurus. Game ini menuntutmu untuk mempertaruhkan nyawamu. Bukan tawaran yang buruk bukan?”
Mendengar perkataan Anna, Brian terdiam sesaat. Setelah beberapa menit dia bergulat dengan pikirannya, Brian akhirnya maju dan mengambil salah satu benda tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Diah Susanti
ini di kota malang, kalau aq tinggal di kabupatennya. lereng gunung Kawi
2024-06-08
0
Lina ciello
jan2o mesti brian due warisannn sak gunung mesti seko ortu ne
2024-06-07
1
Lina ciello
sakno yan kon 🥺 lungooo ae yan yan
2024-06-07
0