Tatapan sepasang insan saling bertemu, dan bisa dilihat dari tatapan mereka, menunjukan rasa kagum dengan apa yang mereka lihat satu sama lainnya. Pria yang sebelumnya sedikit kesal karena harus berada dikerajaan ini, sedikit luluh saat melihat kecantikan yang dia lihat saat ini.
“Selamat datang di Kerajaan kami, Pangeran Zen” kata raja kerajaan Enex dengan ramah, menyambut kedatangan Zen yang baru saja memasuki istana Kerajaannnya.
“Terima kasih atas sambutannya yang ramah yang mulia” kata Zen sambil tersenyum dan mulai membungkuk kepada pria yang menyambutnya itu.
Walaupun Zen dianggap sampah oleh kerajaan Heilight, statusnya masihlah pangeran kerajaan tersebut, dikarenakan dia merupakan keturunan dari Permaisuri kerajaan Heilight. Dan juga, Kakaknya beserta pahlawan dari kerajaan Heilight, juga ikut membujuk Raja Heilight untuk tidak menghapuskan gelarnya.
Perkenalan anggota keluarga kerajaan Enex dimulai, mulai dari Raja kerajaan Enex yang bernama Maeloch Enex, lalu Eclana Enex sang Permaisuri, dan ada Aghni Enex putri tertua dan Anne Enex adiknya.
“Apakah aku harus menerima saja kehidupanku yang baru ini?” kata Zen didalam benaknya, karena dia sepertinya sudah jatuh cinta dengan putri kerajaan ini, yang akan menjadi tunangannya.
Tentu saja bukan hanya Zen, tetapi Aghni juga merasakan perasaan yang sama, dimana dia sepertinya menyukai pangeran terbuang kerajaan Heilight tersebut. Tetapi tidak jauh dari sana, seorang pria terlihat sangat marah dengan kedatangan Zen dikerajaan ini.
“Bukankah aku seorang pahlawan? Mengapa sampah ini yang dijodohkan dengan putri kerajaan ini” gumam pria tersebut.
Pria yang sedang kesal itu merupakan seorang Pahlawan, yaitu seorang yang dipanggil dari dunia lain, guna membantu dunia ini melawan pasukan Demon, yang mencoba menguasai dunia ini. Bukan hanya kerajaan Enex yang mempunyai seorang pahlawan, tetapi kerajaan Heilight juga mempunyainya.
Bahkan pahlawan kerajaan Heilight, ikut membantu Ivana dalam situasi yang dialami Zen. Hanya saja, pahlawan kerajaan Enex ini, sangat sombong dan menganggap dirinya merupakan seorang yang penting, karena statusnya yang merupakan seorang pahlawan.
“Sabarlah tuan pahlawan, anda masih punya waktu untuk merebut sang Putri” kata pria disebelahnya dengan senyuman licik.
“Cih...” deliknya, karena tujuan utamanya setelah dipanggil dunia ini, yaitu membuat harem seperti kisah kisah yang dia baca dalam novel maupun komik dari dunia asalnya.
.
.
.
Setelah penyambutan itu, terlihat 3 orang sudah berkumpul pada sebuah ruangan gelap dan sedang mendiskusikan sesuatu saat ini. Salah satu mereka, merupakan salah seorang yang berdiri disamping pahlawan kerajaan Enex tadi.
“Sepertinya cela rencana kita mulai sedikit terbuka, setelah kedatangan sang pangeran” kata salah satu dari mereka yang bertubuh sangat gendut.
“Ya.. lalu apa langkah selanjutnya?” jawab salah satu dari seorang yang sedang memegang gelas berisi wine, menyauti perkataan pria gendut tadi.
“Tenanglah, kita hanya tunggu waktu yang tepat, untuk melanjutkan rencana kita kedepannya” kata seorang didepan mereka.
Ya, pertemuan itu dilaksanakan oleh beberapa bangsawan dikerajaan ini, yang ingin merebut kursi Raja, dari kerajaan Enex. Rencananya, mereka mencoba untuk menjebak Zen, agar dirinya terlihat dibunuh oleh pihak kerajaan Enex dan membuat kerajaan Helight menekan pihak kerajaan Enex.
“Jadi, siapa yang akan menjadi kambing hitam dalam rencana ini?” tanya pria gendut itu kembali.
“Tentu saja si pahlawan idiot kerajaan ini” kata pria yang saat ini sudah tersenyum licik, lalu terdengar suara beberapa tawa dari seluruh orang yang berada diruangan gelap tersebut, karena rencana mereka akhirnya bisa dimulai.
Hari terus berlalu, dan sudah sebulan Zen berada dikerajaan Enex. Dia seakan sudah melupakan ambisinya karena hubungannya dengan tunangan beserta keluarga tunangannya sangatlah baik.
Zen saat ini sudah masuk Akademi sihir kerajaan Enex, dimana tempat ini merupakan sekolah dari tunangannya. Karena umurnya masihlah 17 tahun, Zen dituntut untuk menghadiri kembali sebuah akademi, untuk membantunya melatih kekuatan miliknya.
“Pangeran sangat hebat, walaupun baru berumur 17 tahun, anda sudah mempunyai level 47” kata salah satu guru yang mengajar pada Akademi itu, setelah melihat praktek skill yang ditunjukan oleh Zen.
“Terima kasih guru” jawab Zen singkat sambil membungkuk.
Untuk ukuran pria berumur 17 tahun, mempunyai level diatas 30 merupakan seorang yang lumayan jenius, apalagi dengan mempunyai status tertentu. Hal inilah yang membuat beberapa pihak kerajaan Heilight sulit menekan Zen, karena dia termasuk seorang yang jenius.
Dan begitulah pelatihan ditempat ini selesai. Beberapa pihak akhirnya bubar dari sana termasuk Zen, karena kelas tersebut sudah selesai. Diperjalanan kembali menuju ruang kelasnya, Zen dikejutkan dengan sesosok wanita cantik yang saat ini mendekatinya.
“Bagaimana demonstrasi skillmu Zen?” tanya wanita itu, setelah Zen keluar dari arena pelatihan.
“Tentu saja itu sangat mudah” balas Zen, yang sedikit menyombongkan kekuatannya.
“Memang tunanganku sangat menganggumkan...” kata wanita tersebut lalu memeluk mesra tangan dari tunangannya itu.
Adegan keromantisan mereka memang selalu menjadi tontonan beberapa pihak, karena memang mereka berdua bisa dibilang pasangan yang romantis di Akademi ini. Tetapi tidak termasuk salah satu orang yang terlihat amat sangat marah melihat perilaku mereka.
Zen dan Aghni yang menjadi tontonan beberapa pihak, tidak menghiraukan mereka dan melanjutkan perjalanan mereka, hingga salah satu pria menghadang perjalanan mereka itu.
“Salam tuan putri, pangeran” kata pria tersebut sopan.
“Sudah kubilang panggil aku Aghni, Ricard. Bukankah kita teman, terlebih lagi kamu merupakan seorang pahlawan” kata Aghni, yang membalas perkataan pria didepannya dengan ramah.
“Tetap saja, aku harus sopan didepan anggota kerajaan” kata Richard, dengan nada ramahnya.
“Lalu mengapa kamu menghalagi kami, tuan pahlawan?” tanya Zen yang sedikit tidak senang, karena seseorang mengganggu waktu kebersamaannya dengan Aghni.
Memang Zen entah mengapa merasa orang didepannya tidak mempunyai niat baik kepadanya. Karena beberapa kali dia melihat pria ini seperti sedang memata – matainya. Bahkan dia juga sering mengganggu kebersamaannya bersama Aghni.
“Ah... tentu saja aku menanyakan apakah kalian berdua akan datang dalam acara ulang tahun dari tunanganku?” tanya Richard.
Memang Richard setelah dipanggil dan mempunyai beberapa kontribusi dikerajaan ini, dia langsung ditunangkan dengan seorang wanita dari bangsawan tingkat Duke dari kerajaan ini, untuk mengikatnya.
“Tentu saja kami datang, benar bukan Zen?” kata Aghni, sambil menoleh kearah Zen.
“Tentu Permaisuriku” jawab Zen sambil tersenyum, sambil mencubit hidung dari Aghni yang sedang menatapnya.
Tentu saja keromantisan mereka semakin membuat Richard meradang, namun sebisa mungkin dia mulai menenangkan dirinya dan melanjutkan percakapan mereka.
“Benarkah... kalau begitu aku tidak usah khawatir kalau tidak mempunyai kenalan disana” kata Richard.
“Tenanglah Richard, aku dan Zen dengan senang hati menemanimu disana” kata Aghni, sambil mengeratkan pelukannya pada tangan dari Zen.
Basa basi mereka akhirnya berlanjut hingga akhirnya Zen dan Aghni meninggalkan tempat tersebut. Namun tatapan kebencian Richard terus menatap Zen sambil tersenyum licik, hingga pasangan itu sudah mengilang dari pandangannya.
“Tunggulah, aku akan mendapatkanmu Aghni, dan memperbanyak haremku” kata Richard, yang ikut beranjak dari sana.
.
.
.
Malam yang meriah pada sebuah pesta dari putri seorang Duke, sudah dimulai. Zen dan Aghni sudah memasuki tempat terlaksananya pesta tersebut, dengan menggunakan pakaian yang mewah. Richard sendiri yang berdiri disamping tunangannya, hanya menatap kedatangan pasangan itu dengan kecemburuan yang membara dari dirinya.
“Apa yang sedang kamu lihat tuan Richard?” tanya tunangan dari Richard, yang melihat tunangannya sedang memperhatikan sesuatu.
“Ah tidak ada sayangku. Ngomong – ngomong kamu sangat cantik hari ini” kata Richard mengalihkan pembicaraannya.
“Ah.. terima kasih tuan Richard” kata tunangannya dengan wajah yang sedikit merona, setelah mendapatkan pujian dari sang Pahlawan.
“Sudah kubilang, panggil aku Richard saja” kata Richard yang menggunakan tatapan hangatnya, untuk menyenangkan wanita disampingnya.
Disisi lain, ayah dari wanita yang sedang berulang tahun itu, saat ini menatap Zen dengan tatapan liciknya, karena Zen merupakan faktor kunci dari rencana yang dimilikinya, untuk menghancurkan keluarga kerajaan dan membuat kerajaan ini menjadi miliknya.
“Tunggu saja, sebentar lagi kerajaan ini milikku”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Anony
next
2021-10-14
1
Hames
lanjutt
2021-10-13
2