Jawaban

Senja sedang merenung di kamarnya. Malam ini terasa sangat panjang. Matapun enggan terpejam. Setelah pinangan Bayu seusai makan malam tadi Senja belum kunjung memberi jawaban.

Tapi ini hidup Senja. Orang tuanya juga tidak memaksa Senja untuk segera memberikan jawaban. Bimbang, Bingung. Keputusan apa yang harus ia pilih.

Menolak atau menerima.

Di tengah renungannya Senja melihat keluar jendela kamarnya. Ada Bayu disana sedang duduk menulis sesuatu. Senja memperhatikan dari jauh.

Menurut kacamata pengamatannya. Bayu Pemuda yang baik, ramah, sopan dan juga pekerja keras. Tak lupa adalah Pemuda yang bertanggung jawab. Begitupun penilaian orang tua juga neneknya.

Selama mengenal orang Tua Bayu. Itu adalah sifat dan sikap yang di miliki kedua orang tuanya semasa hidup yang kini di warisi pada Bayu.

"Huft....Aku harus jawab apa?" Lirihnya masih menatap dari kejauhan pada Bayu.

Angin semilir dari jendela kamarnya membuat Senja mengantuk dan akhirnya memutuskan untuk tidur.

Keesokan Paginya.

Kegiatan pagi itu berjalan seperti biasanya. Tak ada satupun dari anggota keluarga menuntut jawaban dari Senja. Karena mereka tahu mengambil keputusan untuk masa depan itu memanglah sulit. Takutnya salah langkah dan mereka tak ingin ada yang menyesal atapun tersakiti di kemudian hari.

Hari menjelang siang berbagai kegiatan sudah di kerjakan. Ada yang dari kebun, tambak, dan ada yang masih di sawah. Nampak berjalan seperti biasanya namun hati dan pikiran Senja sedang gundah saat ini.

Ya, Senja memang mengerjakan tugasnya di kebun namun pikirannya ntah kemana. Keputusan besar menyangkut masa depannya adalah hal yang benar-benar harus di pikirkan. Dan butuh waktu untuk itu. Tak cukup rasanya semalaman untuk menjawabnya.

"Tuhan Apa yang harus aku pilih. Tunjukkan kuasamu agar pilihanku tidak salah di kemudian hari Tuhan......"

Lama Senja termenung sambil merapal doa dalam hati. Daun ubi yang ia petikpun sudah tak berbentuk karena terus menerus dipetik menjadi bagian kecil-kecil. Saat tersadar dengan yang dilakukannya Senja tekejut namun segera merapikan potongan kecil daun ubi yang tidak bisa di gunakan lagi.

"Jika aku menunda untuk ikut tentunya Mas Bayu kecewa begitupun orang tuaku. Lantas jika aku ikut, disana negeri orang dan bisakah aku beradaptasi di lingkungan baru nanti. Ditambah keluarga Mas Bayu adalah kalangan borjuis pasti sangat sulit untukku beradaptasi nanti." Pikir Senja.

"Huft....Argh...kepalaku pusing. Jawaban apa yang harus aku berikan nanti. Jika malam ini aku belum memutuskan akankah Mas Bayu mau mengulur kepergiannya." Bisiknya sambil mengacak-acak rambutnya dengan tangan yang masih di penuhi potongan daun ubi kayu.

Sorepun tiba. Langit jingga menghiasi pemandangan sawah hari ini. Cerah dan indah. seperti lukisan yang tak ada tandingannya. Hewan ternak juga sudah di giring kekandang. Dan waktu yang Senja miliki untuk berfikir kian menipis.

Usai mandi Senja bergegas membantu Ibunya di dapur. Pikirannya kini penuh dengan jawaban apa yang akan ia ucapkan. Oh Tuhan bisakah waktu berhenti sejenak agar dirinya bisa berfikir tanpa di buru waktu. Sayangnya waktu akan terus berjalan bahkan saat ia sedang melamun sekalipun.

Satu persatu penghuni rumah duduk di kursi masing-masing untuk menyantap makan malam. Awalnya Senja masih biasa saja namun saat Bayu datang. Tangan Senja rasanya lemas. Untung saja piring dan gelas sudah ada di atas meja. Titik keringat mulai muncul di pelipisnya.

"Huff...Santai Senja" bisiknya dalam hati. Yah apapun jawabannya harus ia berikan dan itulah yang akan ia sampaikan pada keluarganya juga Bayu nanti.

Terpopuler

Comments

epifania rendo

epifania rendo

harus hati2 senja

2023-06-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!