Selalu menunggu!!

Langkah tegas Alen tampak cepat menapaki satu persatu lantai Apartemennya, wajahnya sudah memerah dengan kepalan tangan yang menguat, satu deret pelayan yang menyambut kedatangan wanita itu segera menunduk karna satu Apartemen ini sudah di beli oleh Alen yang lansung memiliki Bisnis Aparat Home Sweety yang berkediaman di Daerah selatan Negara Meksiko.

"Nona, anda..!"

"Jangan biarkan satu orangpun masuk kesini!"

"Baik!"

Mereka lansung melangkah pergi meninggalkan Alen yang melanjutkan langkahnya menuju kamar yang sudah 1 Minggu ia tinggalkan.

Setelah sampai disana, dengan langkah marahnya ia lansung menatap Cermin yang memperlihatkan pahatan khas dari Tubuhnya, gertakan gigi itu beradu nyaring dengan netra tajamnya bertambah menusuk membuat kamar ini seakan terbakar akan kobaran api dari jiwa tersakiti wanita ini.

"Aaaa!!!"

Brakkk..Bughh..

Alen menendang dan meninju kaca dihadapannya dengan keras, tak perduli dengan lelehan darah yang keluar dari kepalan tangan lentiknya.

Rasa sakit, Kerinduan, bahkan sesak itu bercampur membelah jiwanya yang sudah dijatuhkan kedalam lemah kegelapan dengan dalam.

"Kenapa?"

Alen berucap lirih menatap satu Bingkai foto dimana Remaja cantik berambut panjang itu sedang tersenyum mempesona dipelukan seorang pria yang begitu belia mengecup pipi putihnya.

Pahatan bingkai itu masih tetap sama dengan makna yang sudah berbeda, sakit? sungguh ia sudah tak mampu menahan ini, kapan penderitaan menunggu ini selesai dan berganti dengan Kecerahan batin yang kuat.

"7! Tu..Tujuh Tahun!"

Lirih Alen dengan mata yang merah menahan genangan air yang ia tahan untuk tak keluar, ia berusaha kuat bahkan menekan batinnya sendiri untuk tetap tenang menghadapi segalanya.

"7 Tahun aku menunggumu dan sekarang kau kemana? Brengsek!!!"

Bentak Alen menatap dengan penuh kesakitan pada sebingkai jiplakan masa lalu yang sampai sekarang terukir di hatinya, rasa penuh dari hiasan kenangan dulu masih membekas bahkan bertahan lama.

"Aku benci! Aku benci tampil begini!!"

Bentak Alen menyala-nyala mengambil tisu menghapus Make-up dari wajahnya, perlakuan kasar itu membuat goresan dipipinya hingga membuat Alen benar-benar geram dengan wajah dan Penampilan ini.

"Ini bukan aku, ini bukan aku!"

Sudah cukup rasanya tampil dengan wajah ceria dan begitu manis, ia tak ingin diberi harapan lagi hingga membuat ia benci dengan dirinya sendiri.

Dreett..

Ponsel Alen berbunyi membuat Perhatian Alen teralihkan, ia masih menghapus Make-upnya seraya mengambil benda pipih itu dan ternyata Telfon dari Momynya yang sudah berbunyi sebanyak 10 kali namun ia tak menyadarinya.

"Hmm!"

"Alen! kau kemana saja?"

"Tidak ada!"

Jawab Alen seraya menormalkan deru nafasnya yang masih tersendat akan amarah, ia tak bisa terlihat seperti ini didepan Sang Momy tercintanya itu.

"Nak, acaranya masih belum selesai!"

"Kakiku sakit! Momy urus saja acaranya!"

"Nak! tapi kau..!"

"Malam, Mom!"

Tutt..

Alen mematikan sambungannya lalu melempar benda pipih itu keatas ranjangnya dengan Gaun yang sudah tak terbentuk akibat gesturnya yang tak memperhatikan jalan hingga bagian ekor Gaun itu koyak karna pijakan kakinya.

Alen menghela nafas berat memijat pelipisnya pusing seraya melepas Rambut tambahan yang Shena pasang untuk menambah kesan Feminim dari sanggulan indah diatas kepalanya.

"Maaf, Nyonya! tapi ini bukan aku!"

Gumam Alen melepaskan segalanya hingga ia polos tanpa sehelai benangpun lalu melangkah kekamar mandi dengan gontai, rambut pendeknya tampak ia acak kembali dengan tampilan seperti biasa.

...........

Perhatian seluruh para Kariawan yang bekerja Lembur malam ini berpusat pada seorang Pria Tampan yang hari ini dikabarkan telah melepas masa lajang tapi dia malah Mengunjungi Perusahaan cabang MCC di Meksiko.

Kerutan saling tanya para Kariawan itu meruak mengiringi langkah sang Presedir yang terlihat berlipat ganda lebih menyeramkan dari biasanya.

"Kalian bosan bekerja?"

Mereka lansung terlonjak kaget dengan suara berat Bass itu hingga refleks menundukan kepala yang tak pernah berani terangkat naik bersitatap lama dengan Mahluk mempesona tapi menindas ini.

"Maaf Presedir!"

Nareus hanya diam dengan tampak bengis dan dingin itu lalu melanjutkan langkahnya dengan gestur yang benar-benar berkharisma, Netra Elangnya hanya fokus lurus kedepan memperlihatkan keangkuhan yang nyata.

"Dimana dia?"

"Nona berada di Apartemenya, Tuan!"

Nareus terdiam sejenak seraya masuk kedalam ruangannya lalu menduduki Kursi Kekuasaanya itu, wajah tampan datarnya tak bisa diduga dengan angan membuat sang Asisten bingung harus apa.

"Apa anggota Tuan harus menjemputnya?"

"Biarkan saja!"

Asisten Buron lansung mengangguk lalu memberikan beberapa Pekerjaan yang sempat tertunda karna kesibukan pernikahan sang Tuan, apalagi pria itu memang tak berminat untuk menikah hingga jadilah sekarang semuanya kacau.

Nareus terdiam saat melihat panggilan tak terjawab dari Momynya, ia belum siap untuk bertemu dengan wanita paruh baya itu, pasti Momynya akan mendesak untuk kembali kesana sedangkan ia tak ingin membuat suasana semangkin buruk.

"Tuan! Kakek Moureen menmerintahkan anda untuk Pulang Kekediaman Rashid!"

"Bilang saja aku banyak pekerjaan!"

Asisten Buron lansung mengangguk membalas pesan dari Kakek Moureen yang sudah jelas tak akan mentolerir Alasan dari cucu laki-lakinya itu.

"10 Menit ku tunggu!"

Asisten Buron terlihat terdiam sejenak setelah membaca pesan penuh tekanan ini, tampaknya Kakek Moureen akan menindak hubungan Nareus dan Alen secepat mungkin.

"Maaf, Tuan! tapi Tuan Besar menunggu anda dalam 10 Menit di Kediaman Rashid!"

"Shitt!"

Umpat Nareus yang lansung mencengkram kepalanya yang sudah pusing dengan masalah ini, belum lagi kegeramannya pada Alen masih membakar besar.

Dreett..

Nareus semangkin mengupat saat melihat panggilan dari Kakeknya yang begitu tak ingin ia bebas sedikit saja, selalu membuat ia jengah dan terkurung dalam aturan dan kekerasan Prinsip itu.

"Hm!"

"Kau pulang sekarang, bawa istrimu juga!"

"Kek! kau tentu tahu keadaanku sekarang bagaimana?"

"Tak ada bantahan! bawa istrimu ke Kediaman ini atau aku yang membawa kalian bersamaan!"

"Tapi..!"

Tutt..

"Aaaa!!!"

Brakk...

Geram Nareus menendang pinggir mejanya keras membuat Laptop itu terjatuh berantakan dengan Berkas yang kembali berserakan.

"Kenapa mereka selalu mengaturku?"

Nareus lansung berdiri menyambar Ponselnya dan melangkah keluar menjemput wanita sialan itu, sudah cukup rasanya bersabar sedari kemaren tapi tak kunjung dimengerti olehnya.

"Hubungi dia secepatnya!"

"Tuan, Nona sedari tadi tak keluar dari kamarnya! anggota yang lain masih memantau dari kejahuan!"

"Dasar Pembuat Onar!"

Umpat Nareus seraya memasang kaca mata hitamnya, ia harus segera sampai membawa Wanita batangan itu kalau tidak Pria tua itu akan membuat hidupnya semangkin sengsara saja.

Ia yakin Alen tak akan mau menuritinya untuk pulang, bahkan kalau ia meminta Kedua orang tua wanita itu untuk menyuruhnya pulang maka Alen tak akan mau sampai kerongkongan pecah sekalipun.

Satu kata yang terlintas, 'Mark', yah hanya pria itu yang mampu menjinakan Wanita Arogan itu.

"Mark!"

"Hm!"

Nareus terlihat menedelik gerah mendengar suara datar pria ini, sudah dipastikan Mark tak bersama Shena kali ini terbukti dengan suara hening yang tercipta di seberang sana.

"Kau titahkan Anggota kerasmu itu untuk pulang!"

"Dia istrimu! urus sendiri!"

"Tapi..!"

Tuttt..

Nareus lansung menggeram akan Tabiat pria satu ini, ia lansung masuk kedalam Mobilnya setelah sampai di Loby khusus bagi Mobilnya.

.......

Vote and Like Sayang,,

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***