*Petaka Telaga Emas (Pete Emas)*
Sebuah api unggun besar dinyalakan di bawah sebatang pohon tinggi. Alma Fatara dkk, Ki Jolos dan warga lainnya duduk berkumpul di sekeliling api, tapi mereka tidak bernyanyi atau bermain gitar seperti acara api unggun komunitas Praja Muda Karana.
Selain untuk menghangatkan diri mereka menjelang senja itu, mereka juga sedang mengasapi seekor ikan besar, yaitu seekor Siluman Ikan yang bernama Wuwul.
Wuwul digantung terbalik tepat di atas lidah api yang menjulang. Kaki dan badannya dililit tambang yang menegang naik melalui atas sebatang dahan pohon yang tinggi. Di sisi bawah pohon yang lain berdiri dua pemuda desa sambil menahan ujung tali yang panjang. Jika tali itu mereka lepas, maka alhasil Wuwul akan jatuh ke dalam kobaran api.
Wuwul sudah merasakan panas pada kepalanya. Bahkan wajahnya sedikit memerah, seolah sebagai isyarat bahwa ia akan menjadi Siluman Ikan Panggang.
Sementara itu, Ki Jolos berdiri di depan wajah Wuwul, meski posisi kedua lelaki beda jenis itu tidak sejajar.
“Apa niatmu dengan menyamar menjadi warga Desa Rangitan, Wuwul?!” tanya Ki Jolos bernada keras. Ia memulai interogasinya.
“Aku bersembunyi, Ki!” jawab Wuwul dengan setengah berteriak.
“Bersembunyi dari siapa?!”
“Dari prajurit Siluman Ikan, Ki!”
“Pembohong!” tuding Ki Jolos penuh nada dramatis, seperti kemarahan Rhoma Irama kepada Ani ketika cintanya dikhianati oleh ketidakberdayaan.
Alma Fatara menahan tawanya. Ia khawatir jika tertawa nanti menyinggung perasaan Ketua Desa.
“Aku bukan Pembohong, Ki. Aku Siluman Ikan Wuwul yang baik hati!”
“Sekali lagi aku bertanya. Apa tujuanmu menyusup dan menyamar menjadi warga Desa Rangitan?”
“Sekali lagi aku jawab, Ki. Aku bersembunyi dari prajurit Siluman Ikan. Aku dulu adalah pelayan di Istana Siluman Ikan, lalu aku melarikan diri dan bersembunyi sebagai warga Desa Rangitan.”
“Lalu bagaimana bisa kau membuat kami tidak tersadar bahwa kau tidak memiliki orangtua? Kau membuat kami semua tidak sadar bahwa kau bukan warga asli desa ini!”
“Aku bisa mempengaruhi pikiran dan pandangan kalian, tapi aku tidak sekuat para prajurit Siluman Ikan.”
“Berarti Kakang Wuwul tahu asal-usul bangsa Siluman Ikan dan kenapa bisa tinggal di Telaga Emas ini?” Kali ini yang bertanya adalah Alma.
“Tahu,” jawab Wuwul.
“Turunkan!” perintah Alma kepada dua pemuda pemegang tambang.
Sreet!
“Aaak! Panaaas!” teriak Wuwul saat tubuhnya diturunkan ke api yang berkobar.
“Eh, tarik tarik tarik!” teriak Alma terkejut.
Kedua pemuda pemegang tali buru-buru menarik tambang dengan cara berlari agak menjauh. Dengan begitu, tubuh Wuwul langsung tertarik naik ke atas menjauhi lidah api. Tubuh Wuwul terhenti dengan kaki menyentuh kayu dahan. Terlihat kepala ikan Wuwul berubah menjadi semakin memerah.
“Maksudku tadi turunkan dari gantungan, bukan turunkan ke api. Hahaha!” ralat Alma lalu tertawa memperlihatkan gigi ompongnya yang imut-imut menggemaskan.
“Hahaha!” tawa sebagian besar dari mereka.
“Jika demikian!” seru Juling Jitu sambil berdiri dari duduknya. Lalu katanya kepada kedua pemuda desa pemegang tali, “Aku hitung sampai tiga, lalu kalian lepas talinya! Mengerti?”
“Mengerti, Pendekar Tampan Iwaklelet!” sahut kedua pemuda itu dengan menyebut lengkap julukan Juling Jitu.
Rupanya Juling Jitu sudah mensosialisasikan gelarnya kepada warga desa.
“Hahaha!” tawa rendah Alma mendengar hal itu.
“Satu! Dua! Dua setengah!” teriak Juling Jitu.
Adanya hitungan dua setengah membuat kedua pemuda yang menahan tali jadi mendelik karena jantungnya terhentak. Mereka berdua jadi menelan ludah kering.
“Tigaaa!” teriak Juling Jitu.
Sreet!
Serentak, kedua pemuda itu melepas pegangannya pada tali. Otomatis itu membuat tubuh Siluman Ikan Wuwul meluncur jatuh kembali ke arah api.
“Hiaat!” pekik Juling Jitu sambil melompat cepat ke atas api unggun.
Buk!
“Hukk!” keluh Wuwul saat perutnya mendapat tendangan keras dari kaki Juling Jitu.
Blug! Brass!
Tubuh Wuwul terlempar dan jatuh keras ke tanah berpasir. Konyolnya Juling Jitu, dia malah jatuh mendarat ke dalam api unggun.
“Aaak …!” jerit Juling Jitu saat api membakar tubuh bawahnya.
Bug!
Melihat kecelakaan yang tidak terkehendaki itu, Gagap Ayu spontan menghantamkan tinju jarak jauhnya yang menghantam dada Juling Jitu.
Juling Jitu sontak terlempar keluar dari api dan jatuh di tanah pasir. Namun, ia tetap membawa api yang membakar celanananya.
“Panaaas!” jerit Juling Jitu sambil panik menepuk-nepuk api yang membakar celananya hingga padam.
“Minggiiir!” teriak Anjengan yang tahu-tahu sudah melayang bebas di udara dengan maksud untuk memadamkan api menggunakan caranya.
Blugk!
“Hahaha …!”
Pecahlah tawa mereka semua melihat tubuh berlemak Anjengan menimpa tubuh Juling Jitu. Seumpama kerbau hamil menimpa kambing yang sedang krisis pangan.
Buru-buru Anjengan bangun berdiri. Alangkah terkejutnya ia melihat Juling Jitu diam melotot dengan lidah terjulur seram. Sementara separuh tubuhnya melesak masuk ke dalam tanah pasir.
“Juling Jitu!” sebut Anjengan panik sambil cepat menarik kedua bahu Juling Jitu.
Ketika kedua bahu Juling Jitu diangkat oleh Anjengan, kepala pemuda itu terkulai lemah. Paniklah Anjengan melihat Juling Jitu tidak bereaksi.
“Juling Jitu matiii! Huuu …!” pekik Anjengan lalu menangis sedih.
“Celana Juling Jitu habis terbakar api,” kata Alma.
“Hah!” pekik Juling Jitu tiba-tiba tersentak, tersadar sambil pegangi benda bawah perutnya. Ia begitu terkejut, karena merasakan pakaian bawahnya hilang tiada tersisa oleh api.
“Hahaha …!” tawa mereka terbahak-bahak.
“Hahahak …!” Alma tida bisa mengerem tawa kencangnya.
Buk!
Buru-buru Juling Jitu mendorong tubuh Anjengan yang berdiri mengangkang di atas tubuhnya, membuat wanita makmur itu jatuh terjengkang. Sementara Juling Jitu buru-buru bangkit dan berlari pergi dalam kondisi setengah bugil, kedua tangannya mengamankan azimatnya.
Alma sampai memegangi perutnya dan mengeluarkan air mata ekstra gembira.
Singkat cerita.
Kini Wuwul didudukkan di balai desa, berhadapan dengan Alma dan Ki Jolos. Sementara yang lainnya berkumpul di belakang Alma dan Ki Jolos. Tampak pula Juling Jitu yang sudah kembali bergabung dengan celana baru tapi bekas.
Mereka semua ingin mendengarkan al-kisah tentang asal dan usul bangsa Siluman Ikan yang selama lima tahun terakhir meneror mereka.
“Awalnya kami bangsa Siluman Ikan berasal dari Telaga Fatara di daerah barat ….”
“Tunggu!” seru Alma cepat memotong kata-kata Wuwul. “Kenapa nama telaganya sama dengan namaku? Kakang Wuwul tidak mengarang cerita, ‘kan?”
“Tidak. Nama telaga yang ada di utara Gunung Prabu memang Fatara, mengambil nama Ratu Fatara penguasa Telaga Fatara,” jawab Wuwul.
“Baik, lanjutkan!” kata Alma menerima kenyataan.
“Raja Siluman Ikan enam tahun lalu berseteru dengan Ratu Fatara, tapi Raja Siluman Ikan kalah. Maka kami bangsa Siluman Ikan diusir. Siluman Ikan yang tidak meninggalkan Telaga Fatara akan dibunuh. Maka Raja Siluman Ikan dan rakyatnya pergi mencari tempat baru. Selama satu tahun kami tinggal di berbagai sungai dan telaga. Hingga kemudian seorang utusan menemukan Telaga Emas ini. Maka Raja Siluman Ikan memutuskan mengungsi ke Telaga Emas dan tinggal di sini,” kisah Wuwul yang membuat sebagian warga manggut-manggut.
“Lalu kenapa Raja Siluman Ikan selalu meminta korban seorang gadis?” tanya Alma.
“Raja Siluman Ikan sedang mendalami satu kesaktian yang membutuhkan pengorbanan darah perawan. Raja Siluman Ikan ingin membalas dendam kepada Ratu Fatara,” jawab Wuwul.
“Lalu kenapa kau kabur dari Kerajaan Siluman Ikan?” tanya Alma lagi.
“Aku memergoki Raja Siluman Ikan berbuat cabul terhadap calon korbannya,” jawab Wuwul.
“Kuuurrang ajuaaar!” teriak Ki Jolos sangat gusar. Ia merasa sangat sakit hati mendengar kenyataan itu. “Ini harus dihentikan!”
“Baik, kita akan menghentikannya, Paman!” tandas Alma.
“Itu harus, Alma!” tegas Ki Jolos penuh tekad.
“Kakang Wuwul, ada berapa banyak Siluman Ikan yang tinggal di dalam Telaga Emas?” tanya Alma.
“Sekitar dua ratus orang.”
“Besok pagi Kakang Wuwul jadi pemanduku ke Kerajaan Siluman Ikan. Aku ingin membunuh Raja Siluman Ikan!” tandas Alma.
“Hah!” kejut Wuwul dengan wajah ikannya yang lucu.
“Sebagai hukuman, ikat dia kembali di tiang kakus! Biar dia merasakan siksaan aroma khasnya orang-orang Desa Rangitan. Besok pagi Kakang Wulung harus menunjukkan jalan ke Istana Siluman Ikan. Jika tidak mau, kita bunuh!” tegas Alma.
“Setujuuu!” teriak semua warga. (RH)
***********
Jangan lupa bantu dukung juga Chat Story Author yang berjudul "Alur Cinta Si Om Genit" dengan like dan komenmu. Biar Om Rudi senang dan tambah semangat untuk berkarya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 349 Episodes
Comments
🦋⃟ℛ ᴬ∙ᴴᴀᷟ N⃟ʲᵃᵃ ᭙⃝ᵉˢᵗ
semangat terus om
akan ku kejar ketertinggalan ku
oleh Dewi laut 2 gigi
hehehehe 🙏🙏🙏🙏
2022-05-29
2
Suwarno Eno
setujuuu
2022-05-04
1
Juwandi
semangat kak,salam dari Diary Kayla
2022-03-30
2