*Petaka Telaga Emas (Pete Emas)*
Di teras sebuah rumah panggung berkaki pendek, tampak Muniwengi sedang memilah dan menjajal banyak pilihan perhiasan yang terbuat dari emas, perak, hingga yang kombinasi dengan batu permata indah.
Berbagai jenis perhiasan itu terserak di hamparan sebuah kain tebal warna biru terang. Ada giwang, jarum tindik berkepala permata, cincin, gelang, kalung, jepit rambut, hingga peniti emas.
Meski tetap kurus dan berkulit hitam, Muniwengi telah menjelma menjadi wanita yang glamor, royal dan riya. Ia benar-benar amnesia dengan kehidupannya sekitar dua tahun lalu yang miskin sebagai orang kalangan tanpa sandal.
Metamorfosa gaya hidup yang tiba-tiba menjadi kaya raya membuat Muniwengi seolah hilang pegangan dan pijakan.
Kini ia begitu dimanjakan oleh pedagang emas yang mampir ke rumah megahnya, untuk standar masyarakat desa-desa Pantai Parasemiris. Ia bebas memilah dan memilih yang ia suka.
Sementara si pedagang emas duduk santai di atas dahan pohon yang tumbuh di depan rumah, sambil menikmati air segar kelapa muda dan berbelai angin laut yang sejuk.
Si pedagang emas adalah seorang lelaki berusia separuh baya bertubuh agak gemuk dengan perut gendut berlipat, karena punggungnya tidak tegak saat duduk di dahan. Ia mengenakan pakaian bagus ala bangsawan berwarna kuning emas berpadu dengan hitam sebagai warna pendukung. Ia mengenakan blangkon warna kuning yang bagus, serasi dengan warna pakaian model sultannya.
Pedagang emas itu bukan pedagang emas biasa. Ia sudah ternama dengan nama Raja Emas. Sulit mencari tahu orang yang tahu nama asli Raja Emas. Ia berkelana membawa banyak perhiasan ke mana-mana tanpa takut dibegal, sebab ia adalah seorang yang berkesaktian tinggi.
Kesaktian Raja Emas bisa disaksikan sekarang. Tubuh gemuknya duduk di dahan yang hanya setebal lingkaran ibu jari dan jari telunjuk, tetapi dahan itu tidak merunduk apalagi patah karena menahan beban.
“Hihihi!” tawa Muniwengi setelah ia memasang giwang indah bermata kuning bening di kedua cuping telinganya. “Bagaimana, Raja Emas? Cantikkah?”
“Sangat cantik. Perhiasan yang mana saja Ibu Kepala Desa kenakan, semuanya akan membuat cantik berkilau,” puji Raja Emas tanpa ragu sambil tersenyum.
“Giwang sudah aku pilih, tinggal cincin untuk dua jari,” ucap Muniwengi kepada dirinya sendiri.
Raja Emas hanya tersenyum mendengar ucapan konsumen tajirnya.
Sementara itu di garis pantai, Slamet Lara baru saja kembali dari melaut. Sangat kontras dengan istrinya, Slamet Lara tidak berubah. Penampilannya sama seperti dulu dan masih memutuskan untuk melaut karena jiwanya adalah pelaut sejati.
Status sebagai Kepala Desa Iwaklelet tidak bisa menghentikannya untuk melaut mencari ikan. Ia bahkan lebih memilih menjadi nelayan biasa daripada menjadi seorang Kepala Desa. Namun, warga Desa Iwaklelet sudah sepakat seratus persen untuk menjadikan Slamet Lara sebagai kepala desa, setelah kepala desa yang lama wafat. Warga tidak mempermasalahkan jika Slamet Lara masih memilih untuk melaut sebagai kepala desa.
Karenanya Slamet Lara memilih wakil yang akan melayani warga di saat ia berada di laut. Ketika melaut, kini Slamet Lara ditemani oleh seorang warga yang bernama Juminta.
Slamet Lara pulang dengan membawa sekeranjang ikan. Namun, ketika mendekati rumahnya, ia mengerutkan kening saat melihat keberadaan Raja Emas. Ia pun terkejut ketika melihat istrinya sudah mengenakan giwang yang mewah dan cemerlang.
Raja Emas hanya tersenyum ketika melihat Slamet Lara memandanginya dengan penuh tanda tanya.
“Muniwengi, apa yang kau lakukan?” tanya Slamet Lara.
“Aaah, Pak. Sini, banyak perhiasan yang cocok untuk Bapak!” panggil Muniwengi gembira, agar suaminya segera naik ke teras untuk memilih perhiasan yang cocok.
“Benar, Pak. Orang kaya seperti Bapak harus sedikit menggunakan perhiasan sebagai wujud syukur kepada Dewa, karena Dewa telah memberikan banyak rezeki kepada Bapak,” kata Raja Emas, membuat Slamet Lara kembali memandang kepadanya.
“Siapa kau, Kisanak?” tanya Slamet Lara.
“Aku pedagang emas. Namaku Raja Emas,” jawab Raja Emas ramah, tetap tersenyum manis. Sebagai seorang pedagang, salah satu syarat wajibnya adalah ramah dan mudah tersenyum manis.
“Jika aku memakai emas, nanti hanya akan berkarat terkena air asin,” kata Slamet Lara.
“Hahaha!” tawa Raja Emas yang menilai perkataan Slamet Lara sebagai candaan.
“Muniwengi, perhiasan pemberian Demang masih menumpuk, kenapa kau membeli yang baru lagi?” tanya Slamet Lara yang masih berdiri di tanah berpasir.
“Perhiasan milik kita itu sudah basi. Aku perlu perhiasan buatan dan corak baru. Yang namanya cantik, meskipun cantik tapi kalau tidak berubah, pasti akan bosan dilihat,” kilah Muniwengi.
“Aku setuju itu, Ibu Kepala Desa. Kita rupanya jodoh. Hahaha!” sahut Raja Emas cepat lalu tertawa senang.
“Hihihi!” tawa Muniwengi pula.
“Eh, apa maksudmu jodoh? Apa itu?” hardik Slamet Lara cepat kepada Raja Emas di atas pohon.
“Maksudku jodoh itu adalah satu pemahaman. Mana berani aku merebut istri Kepala Desa yang secantik ini? Hahaha!” ralat Raja Emas cepat guna meredam amarah Slamet Lara.
Meski tidak berilmu kesaktian, tetapi Slamet Lara adalah seorang lelaki yang pemberani, bahka punya jiwa nekat.
Bugk!
“Waaak!” jerit Raja Emas tiba-tiba karena ada satu kekuatan yang menghantam batang pohon, membuatnya harus terjungkal jatuh dari dahan yang didudukinya.
Jleg!
Beruntung orang sakti, sehingga Raja Emas mampu mendarat baik di tanah berpasir.
“Hahahak …!” tawa terbahak Alma Fatara dan Anjengan yang tahu-tahu sudah muncul di bawah pohon. Alma tertawa lucu dengan gusi ompongnya dan Anjengan tubuhnya terguncang-guncang seperti riak ombak laut.
“Alma! Anjengan! Hahaha!” teriak Slamet Lara dan Muniwengi terkejut, lalu tertawa terbahak pula.
Slamet Lara segera berlari hendak memeluk salah satu dari keduanya.
“Kabur, bau ikaaan!” teriak Alma Fatara sambil menepuk bahu Anjengan.
Sontak keduanya berlari menjauhi Slamet Lara, membuat sang ayah berhenti mendadak dengan wajah ternganga melongok.
“Hahahak …!” tawa kedua gadis itu setelah berhenti dan melihat kondisi psikis ayahnya yang mengenaskan.
“Hei! Kalian berdua! Kenapa tambah besar?” teriak Muniwengi. Ia melompat dari teras ke pasir, tanpa pakai tangga, seperti seorang pendekar. Maklum, sekarang Muniwengi ibu dari dua pendekar wanita, jadi dia harus mengimbangi.
Tiba-tiba Anjengan berhenti tertawa. Ia menunjukkan wajah yang sangat heran.
“Alma, kita tidak salah orangtua, ‘kan?” tanya Anjengan.
“Tidak,” jawab Alma Fatara.
“Setahuku ibuku orang miskin. Ini ayahku, benar masih miskin. Tapi kenapa ibuku mendadak berpakaian bagus, seperti orang melarat gila kaya?” tanya Anjengan. Dia memang belum tahu bahwa kedua orangtuanya telah menjadi kaya.
Ketika ia pergi ke Sungai Darah Roh bersama Iwak Ngasin, Juling Jitu dan Gagap Ayu untuk berguru, kondisi Slamet Lara dan Muniwengi masih miskin. Sementara Alma yang tahu akan perubahan itu, tidak pernah cerita kepada kakaknya tersebut.
“Hahaha!” tawa Alma.
“Ayah Emak sudah jadi Orang Bersandal sekarang, Kak Anjengan,” kata Alma.
“Anjengaaan!” teriak Muniwengi sambil berlari kencang memeluk tubuh besar berlemak Anjengan.
Bung! Bluk!
Belum lagi Muniwengi merangkulkan kedua tangan kurusnya, tubuhnya yang menabrak Anjengan sudah terpental oleh tekanan balik lemak putrinya itu. Muniwengi jadi terjengkang. Untung masih tanah pasir.
“Hahahak!” Alma tertawa kencang melihat ibunya terpental mengenaskan.
“Kalian berdua, pulang-pulang justru mengerjai orangtua. Awas, kalian akan kualat!” serapah Muniwengi yang langsung membuat kedua putrinya itu terdiam.
“Hahaha!” tawa Alma datar sambil datang kepada Slamet Lara dan tanpa sungkan memeluk lelaki berkulit hitam yang bau amis itu.
“Hahaha! Senang melihatmu kembali pulang, Alma,” kata Slamet Lara tanpa berani balas memeluk putrinya yang beraroma harum dan berkulit bersih.
“Hahaha!” tawa Anjengan sambil datang memeluk kuat ibunya.
“Eeek!” pekik tertahan Muniwengi ketika Anjengan memeluknya. Seolah isi perutnya mau keluar lewat lubang bawah karena tertekan. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 349 Episodes
Comments
Senajudifa
kùtukan cinta dn mr.playboy mampir thor
2022-08-01
0
Author yang kece dong
aku mampir om
2022-07-11
2
🐰Far Choinice🐰
mampiirrr oommm ^^
2022-04-10
2