...Kapal bajak laut akhirnya berhenti dan menurunkan sauh. Kapal besar yang bisa mengangkut orang sekampung itu sudah tidak bisa maju lagi karena bisa kandas....
Sebanyak tiga perahu kecil diturunkan dari atas kapal ke air. Setelah itu, terlihat para bajak laut beramai-ramai lompat ke perahu, sampai-sampai satu perahu oleng dan terbalik karena para penumpangnya yang brutal. Akhirnya, dua perahu kecil didayung cepat menuju pantai. Setiap perahu sarat muatan. Sementara anggota bajak laut yang lain akhirnya memutuskan berenang massal menuju pantai.
“Hua hua hua!” teriak para bajak laut serentak sambil tinggi-tinggi mengangkat senjatanya yang beragam.
Suara liar para bajak laut itu memberi serangan psikis terhadap warga Desa Iwaklelet. Tiba-tiba mereka yang sudah ragu dan sifatnya hanya jaga imej (image), mentalnya langsung drop seperti kerupuk kena angin.
Kepala Desa Jaring Wulung tampak keberaniannya mulai goyah, terlihat dari pandangannya yang sudah tidak fokus dan keringat mulai terbit di dahinya, padahal angin laut begitu menyejukkan.
“Alma! Anjengan! Cepat sembunyi di rumah!” perintah Slamet Lara.
“Tidak mau, aku mau lihat para bajak laut itu!” bantah Alma.
“Mereka berbahaya, bisa membunuh orang!” kata Slamet Lara lagi.
“Tidak mau, aku mau melihat orang dibunuh!” bantah Alma lagi.
“Heh!” bentak Slamet Lara mendelik, melototi Alma.
“Ayo, Alma!” ajak Anjengan sambil menarik tangan Alma.
Set! Sesss!
Tiba-tiba selembar papan sepanjang sehasta melesat dari atas kapal ke permukaan air laut. Papan itu disusul dengan kelebatan tubuh seorang perempuan berambut panjang dikepang. Perempuan yang masih terlihat muda bertubuh sekal tersebut mendarat halus di atas papan, lalu melesat berselancar layaknya seorang peselancar profesional.
Lesatan papan selancarnya begitu cepat, padahal tidak ada ombak tinggi sebagai pendorongnya. Ketika hendak mencapai bibir pantai, wanita berpakaian biru gelap itu menolakkan kakinya, membuat tubuhnya berkelebat di udara lalu mendarat halus di tanah berpasir. Ketika ia mendarat, tidak ada jejak kaki yang tercipta.
“Hua hua hua!” teriak para bajak laut yang perahunya sudah kandas pada pasir pantai.
Mereka beramai-ramai turun dengan senjata di tangan. Teriakan mereka yang liar membuat mereka pun terlihat beringas.
“Kabuuur!” teriak seorang warga Desa Iwaklelet memecah suasana tegang di kubu warga desa.
“Kabuuur!” teriak tiga warga secara bersamaan berbalik dan mengambil jurus langkah seribu.
“Hea hea hea!” teriak para bajak laut sambil berlari kecil menuju belakang wanita yang tadi berselancar.
“Lariii!” teriak para warga Desa Iwaklelet bersama-sama. Mereka berbalik ramai-ramai melarikan diri.
Maka tinggallah Kepala Desa Jaring Wulung, Pendekar Desa Debur Angkara, dan beberapa lelaki desa, termasuk Slamet Lara.
Set!
“Akk…!” jerit seorang warga yang berlari lalu jatuh, karena betisnya terkena anak panah yang melesat cepat dari seorang anggota bajak laut.
Jaring Wulung serta Debur Angkara dan warga yang tersisa bertahan, terkejut melihat satu warga mereka terkena panah. Warga itu tidak mati karena terkena panah, tetapi ia kesakitan dan tidak ada yang berani menolongnya.
Kini, Jaring Wulung berhadapan dengan wanita sakti yang tadi berselancar memukau di air. Wanita itu masih muda dan cantik, meski kulitnya agak hitam. Di pinggang kirinya ada sebuah tas kulit yang menggantung dan terkesan sarat akan isi sehingga terlihat agak berat. Wanita itu adalah Ratu Kepiting, Ketua Bajak Laut Kepiting Batu. Nama aslinya Cucum Mili.
Di belakangnya Cucum Mili berdiri berderet para anak buahnya yang memegang senjata masing-masing. Berbagai ekspresi mereka perlihatkan menunjukkan keunggulan mereka sebagai kelompok bajak laut.
Jumlah orang yang berdiri di belakang Cucum Mili terus bertambah, karena kelompok yang berenang baru sampai.
“Kenapa kalian datang ke desa kami?” tanya Kepala Desa Jaring Wulung memberanikan diri, padahal di dalam hatinya ia ketakutan.
“Tidak sopan!” bentak Cucum Mili.
“Tidak sopan!” bentak hampir seluruh anak buah Cucum Mili, membuat Jaring Wulung terkejut hingga terjajar dua tindak dengan sendirinya tanpa intervensi yang lain.
“Seharusnya kau menanyakan dulu siapa namaku dan siapa nama kelompok bajak lautku!” koreksi Cucum Mili.
“Iya. Kakaka… kau siapa?” tanya Jaring Wulung agak tergagap, menunjukkan bahwa ia sudah takut.
“Aku Ratu Kepiting, Ketua Bajak Laut Kepiting Batu!” jawab Cucum Mili dengan bangga.
“Untuk apa kalian datang ke desa ini?” tanya Jaring Wulung lagi.
“Aku mencari Bola Hitam. Ilmu saktiku bisa merasakan bahwa Bola Hitam ada di desa ini. Kalian pasti tahu Bola Hitam ada di mana!” kata Cucum Mili.
“Bola Hitam? Tidak ada, benda bernama itu tidak ada!” sangkal Jaring Wulung.
“Tidak sopan!” bentak Cucum Mili.
“Tidak sopan!” bentak serentak seluruh anak buah Cucum yang jumlahnya sebanyak tiga puluh satu orang.
Jaring Wulung dan warga jadi ciut mengkerut.
“Seharusnya kau berpikir dulu baru menjawab!” hardik Cucum Mili.
“Susu… sudah aku pikirkan dan aku bayangkan…” kata Jaring Wulung kembali tergagap.
“Mesum!” bentak Cucum Mili lagi.
“Mesum!” bentak seluruh anak buah Cucum Mili pula, membuat Jaring Wulung kian berkeringat karena semakin takut dan bingung.
“Susuku memang masih sekal, tetapi bukan untuk kau bayangkan!” kata Cucum Mili marah. Ia lalu berkata kepada Debur Angkara, “Siapa namamu?”
“Debur Angkara,” jawab Debur Angkara dengan nada yang masih normal, tampaknya ia benar-benar seorang pendekar.
“Tampar mulutnya!” perintah Cucum Mili.
Terkejut Debur Angkara dan Jaring Wulung serta warga lainnya yang tinggal enam kepala, termasuki Slamet Lara.
“Aku sebagai seorang pendekar, tidak akan melakukannya!” tandas Debur Angkara.
“Oh, baik,” ucap Cucum Mili. Lalu teriaknya, “Buntal!”
“Aku, Ketua!” sahut seorang pemuda berambut gondrong berpakaian serba biru, termasuk berikat kepala biru. Ia bersenjatakan panah. Kini ia mengarahkan mata anak panahnya kepada Debur Angkara. Namun, anak panah itu tidak langsung dilepaskan.
“Kau!” tunjuk Cucum Mili kepada Slamet Lara.
“Hah!” kejut Slamet Lara. Jantungnya terasa ada yang mencengkeramnya saat ia ditunjuk karena saking kagetnya.
“Siapa namamu?” tanya Cucum Mili.
“Slamet Lara, Ketua,” jawab Slamet Lara agak takut-takut.
“Slamet, tampar mulut pemimpinmu itu!” perintah Cucum Mili.
“Hah!” pekik Slamet lebih kencang. “Aku tidak mau!”
Set! Cep!
“Aaak!” jerit Debur Angkara saat satu anak panah dilepaskan oleh Buntal dan menancap di lengan kirinya.
Buntal memanah setelah ada kode dari Cucum Mili.
“Cepat tampar mulutku, Slamet!” perintah Jaring Wulung karena tidak tega melihat keadaan Debur Angkara.
“Nanti Kepala Desa dendam padaku,” kata Slamet.
“Tidak. Debur Angkara bisa mati jika kau tidak menamparku!” teriak Jaring Wulung.
“Maafkan aku!” ucap Slamet Lara sambil….
Plak!
Slamet Lara menampar cepat mulut Kepala Desa. Setelahnya ia ketakutan, jika-jika para bajak laut itu melesatkan panah padanya atau senjata lain.
“Hahaha…!” tawa para bajak laut menertawakan adegan tersebut.
Sementara, Alma yang melihat dari kejauhan kejadian itu tampak marah. Keningnya mengerut karena melihat ayahnya dipermainkan oleh orang itu. Alma lalu memungut sebuah batu lalu tiba-tiba berlari menuju pantai.
“Alma! Jangan ke sana!” teriak Muniwengi mencoba mencegah putrinya. Namun, wanita kurus itu hanya bisa mengerenyit cemas karena Alma sudah pergi ke sana.
Tanpa memiliki rasa takut sedikit pun, Alma benar-benar mendatangi kelompok orang bersenjata itu.
“Hei, Ratu Bajak Laut!” teriak Alma nyaring.
Panggilan Alma itu membuat semua anggota bajak laut mengalihkan pandangannya kepada gadis kecil itu. Alangkah terkejutnya Slamet Lara melihat putrinya sudah datang memegang batu besar.
Alma dengan marah melempar batu di dalam genggamannya kepada Cucum Mili. Lemparan Alma sebagai bocah perempuan tergolong sangat kuat, sebab batu itu melesat cepat.
Tang!
Batu lemparan itu terhenti oleh hadangan badan golok besar milik seorang anak buah Cucum Mili. Pemilik golok itu tergolong besar dengan tubuh tinggi besar seperti Debur Angkara, tetapi ia tidak memiliki kumis poni.
“Hah! Rupanya Bola Hitam ada padanya!” seru Cucum Mili sambil menunjuk Alma.
Terkejutlah Slamet Lara, Kepala Desa dan yang lainnya. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 349 Episodes
Comments
Senajudifa
kutukan cinta mampir lg
2022-07-14
2
Senajudifa
sandrina ngerti y
2022-07-14
3
Author yang kece dong
Aku mampir lagi thor...
2022-07-02
3