Malam itu, Duchess Margaret tidak bisa tidur nyenyak di dalam kamarnya. Lilin sepenuhnya sudah padam, menyisakan kegelapan yang memekakkan indra manusia terlebih lagi suara guntur yang saling bersahut-sahutan liar di luar sana. Sudah dua jam berbaring, namun sang duchess tidak kunjung lelap. Ia menyibak selimutnya lalu duduk. Memanggil pelayan yang berdiri di depan pintu kamarnya dengan suara parau.
"Pelayan!"
Seorang wanita bertubuh kurus masuk dengan pandangan tertunduk.
"Apakah duke sudah pulang?" tanyanya seraya mengelus lembut permukaan perutnya yang cukup besar.
Pelayan tersebut terlihat ragu. Matanya tampak bergerak liar membenahi lantai marmer yang ia pijak. Tapi sepertinya lagi-lagi dia akan gagal untuk memilah kata yang bagus.
"S-sudah, Your Grace."
"Apakah dia ada di kamarnya?"
Terjadi keheningan sesaat sebelum pelayan tersebut mengatakan, "Ya."
Sang duchess tahu akan keragu-raguan pelayan tersebut. Tanpa menunggu lama, ia segera memakai mantel dari bulu domba untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalutkan kain sutra tipis. Pelayan wanita itu lagi-lagi ingin mencegah, terlihat dari gesturnya yang menyatakan keberatan.
"Eum ... duchess, apakah sebaiknya Anda tidur saja? Hari semakin larut dan itu tidak baik untuk ibu hamil. Tolong kasihani bayi Anda," ujarnya setengah memohon.
"Bayiku akan lebih kasihan jika dia tidak tahu dengan perbuatan ayahnya sendiri," ujar Margaret yakin. Ya, dia yakin pasti ada sesuatu yang Duke of Lumiere bawa dari ekspansinya ke wilayah Timur bersama Putra Mahkota.
Sesuatu yang sudah menjadi hobinya.
"Your Grace!"
Pelayan tersebut tidak dapat menahan Margaret lebih jauh saat wanita terhormat itu sudah melewati ambang pintu. Langkahnya tegas, seolah mempertegas dirinya juga bahwa apapun yang terjadi, kali ini sang duchess akan bertindak. Ia muak dengan segala kepalsuan di hidupnya, terlebih lagi harus berpura-pura saling mencintai padahal perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan. Duke of Lumiere tidak pernah mencintainya sekeras apapun sang duchess berusaha. Pria itu ... tidak pernah sudi menerima kehadiran Margaret di hatinya.
Sementara itu, pelayan yang mengekor di belakang Margaret hanya bisa pasrah dengan keputusan nyonya besarnya. Sese —nama pelayan itu— hanya bisa berdoa. Dia menyayangi duchess dan calon bayinya. Ia berharap, sesuatu yang buruk tidak akan menimpa mereka berdua. Itu saja sudah cukup, Sese tidak menginginkan hal lainnya, sungguh.
Kamar utama terletak di tengah-tengah kastil. Benar-benar gelap andai tidak ada obor yang menyala di depan pintu kamar utama. Margaret menarik napasnya, lalu mendorong handle pintu berukir rumit itu dengan hati yang bercampur aduk.
Di sana. Di atas ranjang yang bahkan jarang dia tiduri. Margaret melihat Zachary, suaminya sedang berbagi kehangatan dengan wanita lain. Tubuh mereka digelung selimut tebal, namun Margaret tahu mereka tidak mengenakan apa-apa di balik selimut itu karena bahu telanjang Zachary terekspos dari tempatnya berdiri.
Sungguh suami yang tidak tahu diri. Disaat dirinya tengah hamil, sang duke justru asik bersama wanita lain. Margaret sakit hati. Sama seperti ribuan pisau menancap dan menyayat hatinya tanpa ampun. Selama ini bukannya tidak tahu, Margaret hanya diam. Pernikahannya ini sudah berada di jalur yang tidak sehat.
"Inikah yang kau sebut bekerja?" tanya Margaret dingin. Memecahkan kehangatan kedua insan yang saling berpelukan itu.
Zachary buru-buru berbalik. Bukannya takut, seringai keji justru terbit dari bibirnya saat tahu Margaret memergoki kegiatannya dengan si mistress kesayangan. Ia memakai kembali celananya, lalu menyuruh Margaret mendekat seolah apa yang sudah ia perbuat bukanlah sebuah kesalahan yang patut diperdebatkan.
"Aku tidak sedang bekerja, tapi ini hasil pekerjaanku. Perkenalkan, dia Britney Cleorine, kekasihku yang sebentar lagi akan berubah statusnya menjadi istri."
Wanita bersurai hitam itu tersenyum lebar. Tidak terlihat rasa bersalah sama sekali setelah berduaan bersama suami sang duchess. Entah karena ia bodoh tidak bisa membaca situasi, atau memang sengaja, Britney justru mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Aku Britney dari timur!"
Sungguh tidak sopan sama sekali. Dari sikapnya, Margaret langsung tahu bahwa Britney pasti bukanlah seorang bangsawan terhormat.
"Kau tidak ada pekerjaan, kan, duchess? Ku harap setelah ini tolong perhatikan Britney. Beri apapun yang terbaik untuknya sama seperti yang selalu kau berikan padaku, mengerti?"
Kering. Sudah kesekian kalinya Zachary berhasil menorehkan luka dalam di lubuk hati istrinya. Tidak ada lagi air mata yang tersisa untuk malam ini. Tidak ada. Sebagai ganti atas rasa sakitnya, Margaret justru tersenyum tipis yang sarat akan kesedihan. Menatap suami dan selingkuhannya itu bergantian.
Dan lagi, istri mana yang rela melayani selingkuhan suaminya dengan senang hati? Dengan menyuruhnya berlaku demikian, apakah Zachary sudah gila?
Lelah. Mungkin malam ini adalah titik terendah bagi Margaret.
"Dowager Duchess, orang yang memaksa kita terikat di dalam pernikahan ini sudah tidak ada. Itu berarti aku sudah bebas dalam menentukan pilihanku, kan?" ujarnya dengan nada tertahan.
Selanjutnya Margaret berusaha kembali bersuara. Ia akan melakukan hal tabu untuk wanita di Sasania. Tapi ia yakin jika keputusannya ini tidak akan pernah membuatnya menyesal.
"Ceraikan aku, Duke of Lumiere."
Ia memilih untuk mengakhiri masa penderitaannya. Selamanya. Tanpa disadari oleh siapapun, Britney tersenyum licik di balik selimutnya.
Tawa terbahak menggema. Sang duke justru tertawa sebagai tanggapan atas penderitaan istrinya. Bukan tawa ironi, ia benar-benar tertawa seolah puas dengan keputusan tersebut.
"Ingin bercerai? Masih ada muka kembali ke rumah keluargamu, wanita sampah?" ejeknya disertai tatapan menghina.
Margaret mencengkram perutnya. Perasaan cinta terhadap duke itu kini hilang tak berbekas digantikan oleh perasaan benci yang begitu mendominasi. Apakah ini perasaan bayinya? Apakah calon anaknya ini begitu membenci ayahnya sampai Margaret bisa ikut merasakan perasaannya?
Atau Margaret harus memberikan kesempatan kedua kepada Zachary. Ia tidak ingin bayinya membenci sang ayah.
"Keputusan terakhir, Your Grace. Ceraikan aku atau ... buang semua wanita-mu itu," ujarnya bergetar.
"Aku sudah memiliki putra darinya bahkan sebelum mengenalmu, Margaret. Bagaimana bisa aku berlaku seperti itu?" Duke terkekeh. Malam inilah yang dia tunggu, menyingkirkan istri sahnya demi Britney seorang. "Jika bercerai adalah kemauanmu sendiri, maka baiklah. Mulai malam ini, kita tidak memiliki hubungan apapun lagi jadi segeralah pergi dari kastilku."
Memang tidak bisa dipertahankan. Margaret hanya bisa tersenyum getir atas pernyataan suaminya yang tak berhati itu.
"Baiklah, aku akan membawa Declan—"
"Declan pewarisku, kau tidak berhak membawanya ikut ke mansionmu yang kecil." Zachary melirik sekilas perut Margaret yang buncit. "Bawa saja bayimu itu. Aku tidak membutuhkannya."
Selama ini Margaret diam saat dihina. Tapi kali ini, dia tidak tinggal diam. Membalas perkataan suaminya yang kasar, wanita hamil itu sempat tersenyum menantang.
"Bayiku ini akan menjadi sumber rasa sakit hatimu di masa depan. Ingatlah itu, Zachary."
Dan malam itu. Di tengah malam yang disertai hujan lebat tak berkesudahan, Margaret yang dibantu oleh pelayan setianya, Sese, keluar dari kediaman Duke of Lumiere. Meninggalkan kutukan yang tanpa diketahui oleh siapapun, begitu menggema di relung dada sang duke.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
semangat thor lanjutkan
2023-03-05
1
Zulvianti
hemmm sabar ya, Tuhan akan membalas perbuatannya
2022-03-17
0
senja
"sumber rasa sakit" gak sll negatif kan, kayak cemas dkk kan sakit juga
2022-01-31
0