Melamar?

Lyn pasrah mengikuti langkah Amina memasuki rumah. Ia didudukkan ke kursi. Wajahnya mendongak menatap mamanya yang berkacak pinggang di hadapannya.

“Kamu ini gimana sih? Kok, bisa-bisanya biarin Luth peluk kamu? Jangan biarkan pria itu ngelunjak. Mama ijinin kamu berteman sama dia, tapi bukan berarti dia bebas anu-anuin kamu, jangan-jangan si Luth itu suka sama kamu makanya dia deketin kamu?” omel Amina.

Pertanyaan Amina membuat Lyn tersipu malu, meski mamanya dalam situasi marah, namun saat mamanya mengira kalau Luth menyukainya, perasaannya jadi tak menentu.

“Tetangga kita itu kehidupannya berasal dari kelas bawah, jangan sampai besanan sama mereka. Amit-amit deh, mau dikemanain muka mama kalau mama bisa sampai besanan sama kelas menengah begitu. Mama bisa diejekin sama teman-teman mama. Makanya kamu jangan dekat sama Luth lagi, takutnya ia modus sama kamu,” kesal Amina.

“Mama apa-apaan sih? Jangan suudzon. Luth nggak seburuk yang mama kira. Luth Cuma mau mengambil hape aja tadi, tapi Lyn nggak kasih hape ke dia makanya terjadi insiden yang tadi,” jawab Lyn berusaha membela Luth.

“Terserah apa pun itu, yang penting kamu jangan dekat-dekat dia lagi. Payah urusan sama mereka.” Amina terus mengomel-ngomel meski sambil berjalan meninggalkan ruangan. Meski sudah berada di ruangan yang berlainan, Amina tetap terus mengomel.

Ya sudahlah, biarkan saja Amina mengomel. Lyn meninggalkan rumah. Berlari ke rumah sebelah. Satu-satunya keinginannya ekarang adalah mengetahui keadaan Luth setelah atraksi aneh yang Amina lakukan. Lyn benar-benar merasa tidak enak hati terhadap Luth.

Rumah Luth sudah familier baginya. Ia tidak perlu canggung saat memasukinya. Kali ini Lyn masuk lewat pintu belakang. Kalau lewat pintu depan, pasti mamanya akan mengetahuinya.

Lyn melihat Alisha sedang bercengkrama dengan Hud dan Luth. Mereka mengobrol. Melihat kehangatn yang tercipta di keluarga Luth, Lyn mengurungkan niatnya. Ia tidak ingin mengganggu kehangatan itu. Ia balik badan hendak pergi.

Kletek.

“Eh?” Tanpa sengaja kaki Lyn menendang pot bunga.

Sejurus pandangan pun tertuju ke arah Lyn.

“Loh, Lyn ada di sini. Ayo, sini duduk, gabung sama ibu. Ada kue nih, oleh-oleh dari Hud.” Alisha menunjuk kue terbalut keju dalam kotak.

Kebetulan. Lyn tidak mau menolak, ia pun mendekati Alisha. Lalu duduk saat wanita paruh baya itu menarik tangannya.

“Sini, duduk! Kue ini enak banget. Kamu cicipin, deh.” Alisha memotong kue dan memberikannya kepada Lyn.

“Makasih, Ibu.” Lyn pun memakan kue itu. sesekali mencuri pandang ke arah Luth. Pria itu tampak asik menatap layar ponselnya. “Bu, maaf soal kejadian tadi. Semua itu hanya salah paham. Ibu kan tau sendiri gimana mama, spaningnya tinggi. Suka ngomel-ngomel.”

Alisha tersenyum. “Nggak apa-apa. Yang penting kalian baik-baik ya, jangan berantem.”

Lyn lega, syukurlah Alisha bisa mengerti. “Luth!”

“Hm? Kenapa?” Luth masih fokus pada ponselnya.

“Kamu nggak apa-apa kan? Aku minta maaf soal tadi. Mama marah-marah sama kamu.”

“Yang marah-marah kan Tante Amina, bukan kamu. Trus kenapa kamu yang minta maaf?” ucap Luth menatap Lyn dengan alis terangkat.

“Aku mewakili mama minta maaf sama kamu,” lirih Lyn berkecil hati.

“Iya iya. Aku udah maafin. Aku paham banget sama sifat mamamu, kok. Kayak Mak Lampir. He heee…”

Lyn menggigit bibir bawah. Dasar Luth, suka sekali ngejekin mamanya. Ia mengerti Luth berkata begitu hanya sebata di lidah saja.

“Trus kenapa kamu malah ke sini, yang ada mamamu nanti datang kesini ngamuk lagi,” celetuk Luth.

“Aku mau mastiin aja kalau kamu baik-baik aja,” lirih lyn lagi.

“Aku baik-baik aja, malah Mas Hud yang kenapa-napa. Tuh, keningnya MAs Hud bisa sampai benjol begitu.”

Seketika pandangan Lyn tertuju ke kening Hud. “Maaf, Mas Hud. Lyn jadi ngerasa nggak enak.”

“Santai aja. Nggak apa-apa, kok,” jawab Hud, pria berusia tiga puluh tahun yang wajahnya tampak sangat dewasa. “Kamu nggak usah ngerasa nggak enak. Mas paham tadi itu nggak sengaja.”

“Makasih ya Mas, Hud.” Lyn tersenyum sampai matanya menyipit.

Hud mengangguk. Tatapannya kemudian tertuju ke arah bungsunya. “O ya, Luth, jadi kapan kamu ngelamar doi?” tanya Hud yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

Luth yang menjadi objek pembicaraan pun memasang ekspresi seius, apa lagi topic pembahasan kali ini sangat serius.

Muka Lyn memanas mendengar perkataan Hud. Kenapa tiba-tiba Hud membicarakan soal lamaran? Apakah yang dimaksud doi adalah dirinya? Ya Tuhan, muka Lyn seketika memerah.

.

BERSAMBUNG

Klik like sebelum next 🥰🥰

.

.

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

bukan kamu lah neng....cwe lain,...
mana mau mamamu sama luth

2022-04-03

0

Maulana Ahmad

Maulana Ahmad

wkwkwk ada yang gr nih

2022-01-17

0

nuri

nuri

lyn ..kmu keg-rn pa ngarep tu?

2021-12-24

0

lihat semua
Episodes
1 Super Hero Gagal
2 Bikin Tersengat
3 Tersenggol
4 Materi Oh Materi
5 Ingin Menyentil Ginjalnya
6 Kerinduan
7 Kepergok
8 Marah-marah
9 Dikejar Emak-emak
10 Melamar?
11 Tentang Gadis Pilihan
12 Selalu Ikhlas
13 Patah
14 Nembak Luth?
15 Ini Sangat Mengejutkan
16 Buku Panduan Kehamilan
17 Kejujuran
18 Ingin Memastikan
19 Pertanyaan Pertama
20 Butuh Pembuktian
21 Pengakuan
22 Mengejutkan
23 Gara-gara Lyn
24 Terluka
25 Apes
26 Air
27 Kabur
28 Fix, Lyn Calon Istri
29 Topi
30 Siap Hadapi Resiko
31 Tertunda
32 Ketemuan
33 Penculikan
34 Timun Bengkok
35 Bebas
36 Hei, Calon Istri
37 Haruskah Salah Paham Lagi
38 Sah
39 Petuah Bijak
40 Kamar Luth
41 Kikuk Sekali
42 Menjelang Malam Itu
43 Gerah
44 Telepon
45 Backstreet
46 Ponsel
47 Bayi
48 Tentang Hati
49 Srrrr
50 Sosok di Cermin
51 E eh..
52 Malam Pertama
53 Bersin
54 Bahagia
55 Senang Atau Sedih?
56 Ketahuan
57 Menghakimi
58 Permintaan
59 Terakhir Kali
60 Horor
61 Pergi
62 Ruang Cinta
63 Menipis
64 Syok
65 Parah
66 Senyuman Samar
67 Kesal
68 Emosi
69 Tidak Sudi
70 Istri Julid
71 Pahit
72 Satu Solusi
73 Keputusan
74 Air Mata
75 Sosmed
76 Lembur Terus?
77 Bukan Prasangka
78 Harus Ikhlas
79 Tanpa Beban
80 Dahsyat
81 Salah Kaprah
82 Tega
83 Lidah Pedas
84 Kepergiannya
85 Petuah Agung
86 Mencari Lyn
87 Endorse
88 Terkepung
89 Drama Konyol Namun Manis
90 Siapa Ayah Emran?
91 Kebahagiaan Yang Haqiqi
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Super Hero Gagal
2
Bikin Tersengat
3
Tersenggol
4
Materi Oh Materi
5
Ingin Menyentil Ginjalnya
6
Kerinduan
7
Kepergok
8
Marah-marah
9
Dikejar Emak-emak
10
Melamar?
11
Tentang Gadis Pilihan
12
Selalu Ikhlas
13
Patah
14
Nembak Luth?
15
Ini Sangat Mengejutkan
16
Buku Panduan Kehamilan
17
Kejujuran
18
Ingin Memastikan
19
Pertanyaan Pertama
20
Butuh Pembuktian
21
Pengakuan
22
Mengejutkan
23
Gara-gara Lyn
24
Terluka
25
Apes
26
Air
27
Kabur
28
Fix, Lyn Calon Istri
29
Topi
30
Siap Hadapi Resiko
31
Tertunda
32
Ketemuan
33
Penculikan
34
Timun Bengkok
35
Bebas
36
Hei, Calon Istri
37
Haruskah Salah Paham Lagi
38
Sah
39
Petuah Bijak
40
Kamar Luth
41
Kikuk Sekali
42
Menjelang Malam Itu
43
Gerah
44
Telepon
45
Backstreet
46
Ponsel
47
Bayi
48
Tentang Hati
49
Srrrr
50
Sosok di Cermin
51
E eh..
52
Malam Pertama
53
Bersin
54
Bahagia
55
Senang Atau Sedih?
56
Ketahuan
57
Menghakimi
58
Permintaan
59
Terakhir Kali
60
Horor
61
Pergi
62
Ruang Cinta
63
Menipis
64
Syok
65
Parah
66
Senyuman Samar
67
Kesal
68
Emosi
69
Tidak Sudi
70
Istri Julid
71
Pahit
72
Satu Solusi
73
Keputusan
74
Air Mata
75
Sosmed
76
Lembur Terus?
77
Bukan Prasangka
78
Harus Ikhlas
79
Tanpa Beban
80
Dahsyat
81
Salah Kaprah
82
Tega
83
Lidah Pedas
84
Kepergiannya
85
Petuah Agung
86
Mencari Lyn
87
Endorse
88
Terkepung
89
Drama Konyol Namun Manis
90
Siapa Ayah Emran?
91
Kebahagiaan Yang Haqiqi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!