Siapa kamu!

Suasana di pagi ini saat sarapan, tidak seperti biasanya yang penuh celotehan Lea dan senyuman Erik.

Lea lebih banyak berdiam diri hanya berbicara seperlunya. Ia bukan marah karena semalam Erik berkata dengan nada tinggi untuk yang pertama kalinya, tapi karena takut melakukan kesalahan lagi.

Erik pun sama, rasa bersalah menguasai hatinya melihat Lea yang sedari tadi menghindar bersitatap mata dengannya.

"Jadwal periksa kandungan lagi hari apa?" Erik membuka percakapan, walaupun sebenarnya ia pun sudah tahu kapan jadwal Lea harus kembali ke dokter.

"Mulai bulan ini sudah harus dua minggu sekali periksanya karena sudah jalan delapan bulan." Lea mengangkat wajah sejenak menatap Erik lalu menundukan kepalanya kembali.

"Bulan depan sudah waktunya lahir?, dan kita belum mempersiapkan apa-apa? ... astaga." Erik meraup kasar wajahnya.

Ia merasa sedikit bersalah karena sudah mengabaikan Lea.

"Kak Erik ga perlu khawatir aku sudah beli lewat online shop, masih beberapa sih hanya yang dirasa perlu aja."

"Nanti sore ya, tunggu aku pulang kantor kita jalan beli beberapa kebutuhan lagi. Kamu juga sudah lama ga jalan-jalan kan?" Lea mengangkat wajahnya mengangguk dan tersenyum tipis pada Erik.

"Kak, aku ijin mau keluar sebentar nanti siang ya."

"Mau kemana?, kamu lagi hamil besar ... bahaya, kalau ada perlu tunggu aku aja."

"Sebentar saja kak, aku nanti naik taxi online, bukan angkot jadi aman aku ga akan kecapaian." Erik mengerutkan keningnya, namun akhirnya mengalah karena berharap Lea kembali sedikit lebih ceria.

'Ya sudah ga apa-apa, tapi kasih kabar kalau mau jalan lalu infokan plat nomer kendaraan juga foto drivernya kirim ke aku ya ... jangan lupa." Lea mengangguk senang.

Melihat senyum lebar yang terbit dari wajah Lea, Erik merasa lega.

Sepeninggal Erik berangkat kerja, Lea dengan cepat menyelesaikan pekerjaan rumah dan bersiap berangkat.

Ia sudah membuat janji dengan psikiater yang ditemukan semalam pada situs halaman pencarian handphone-nya.

Setelah berada di dalam taxi online, Lea segera mengirim pesan berisi plat kendaraan dan foto wajah driver kepada Erik, yang langsung dibalas dengan pesan hati-hati di jalan.

Lea mengamati alamat dan nama klinik yang akan di tuju menurut supir taxi online yang ia naiki, tujuannya tidak seberapa jauh.

Hati Lea sedikit berdegup, apa benar langkahnya mendatangi psikiater?

Apa nanti yang akan diperiksa?, apakah seperti dokter memeriksa pasien?

"Sudah sampai bu, itu klinik yang ibu cari." Sopir taxi online memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah biasa yang terlihat cukup besar, namun ada sebuah pintu yang terpisah bertuliskan :

...dr. Lukman Laksmana, SpKJ...

...Psikiater Kesehatan Jiwa...

Lea merasa ragu karena melihat kata kesehatan jiwa yang terpasang di papan nama, masa iya aku gila?

"Ibu sudah daftar?" Saat akan berniat mundur, seorang wanita bertanya dari pintu yang terbuka. Lea hanya mengangguk lalu masuk kedalam.

Sudah kepalang tanggung walaupun ragu untuk menjalani pemeriksaan, tapi karena sudah sampai apa salahnya dicoba dulu.

Setelah menjawab beberapa pertanyaan singkat tentang data pribadi dari wanita yang ternyata merupakan asisten dokter, Lea dipersilahkan masuk ke ruang periksa.

"Selamat siang Ibu Bintang Amalea?" sapa dokter Lukman yang perawakannya terlihat sedikit halus untuk ukuran seorang pria.

Suaranya yang lembut cukup menenangkan Lea. "Saya panggil siapa nih namanya Bintang? atau Amalea?'

"Lea, dok." dokter Lukman mengangguk tersenyum dan menulis sesuatu di kertasnya.

"Usia berapa bulan kandungannya Lea? ... saya panggil nama saja tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, dok. Usia kandungan jalan delapan bulan."

"Kita duduk di sana yuk, biar sedikit lebih santai." dokter Lukman mengarahkan Lea untuk duduk di sofa single setengah tidur yang terlihat sangat nyaman. Sedangkan dokter Lukman duduk di bangku tepat di sisi Lea.

"Ada keluhan apa Lea sampai kamu memilih untuk datang konsultasi di sini?" dokter Lukman memulai pembicaraan.

"Saya merasa tidak normal."

"Tidak normal seperti bagaimana maksudnya, mungkin Lea bisa kasih penjelasan sedikit?"

" ... mmm ... kelainan seksual." Lea merasa sangat malu sekali mengatakan itu. Ia menyesal kenapa tidak memilih dokter wanita.

Tapi melihat wajah dokter yang biasa saja saat ia mengatakan kelainan seksual, Lea merasa kembali percaya diri.

"Boleh ceritakan kelainan seksual seperti apa yang kamu alami?"

"Saya tidak bisa di sentuh suami ... maksud saya kalau suami saya ingin menyentuh saya untuk berhubungan intim, saya merasa sangat ketakutan, badan saya serasa sulit digerakan."

"Suami pernah melakukan kekerasan fisik, memukul misalnya?" Lea menggeleng.

"Sejak kapan rasa ketakutan ini Lea rasakan saat di sentuh suami?"

"Sejak awal menikah." dokter Lukman yang sedang menulis di bukunya, sontak mengangkat kepalanya menatap Lea heran.

"Apa suami memaksa anda untuk berhubungan intim?" tanya dokter Lukman sambil melihat ke arah perut Lea yang besar.

"Kami belum pernah ...." Lirih suara Lea mengucapkan hal itu sambil membuang pandangannya ke arah jendela.

Dokter Lukman menarik nafas panjang perlahan, lalu menaruh buku serta pena di pangkuannya.

"Boleh ceritakan tentang kehamilanmu Lea?" Lembut suara dokter Lukman terdengar di telinga Lea.

Seketika itu air matanya luruh tak tertahan di pipi, tapi tanpa isakan yang terdengar.

"Tidak apa-apa, lepaskan semua. Kapanpun kamu siap bercerita ... saya akan menunggu."

Ingatan Lea kembali ke malam di mana Beni menjamah tubuhnya. Beni memang tidak melakukannya dengan kasar, yang membuat hatinya sakit adalah figur yang selama ini ia pandang sangat baik, pria dengan keluarga yang terlihat sempurna dan harmonis, orang yang ia percaya setelah ayah dan ibunya tega melakukan hal keji padanya dengan dalih cinta.

Ia merasa seakan salah satu pondasi hidupnya hancur dalam semalam, di tambah lagi jejak kejadian malam itu, saat ini ia bawa dalam perutnya.

Seumur hidupnya tiap ia melihat anaknya ia juga akan memandang masa lalunya.

Perlahan namun pasti cerita kejadian demi kejadian meluncur dari bibir Lea.

Semua kesakitan di hatinya perlahan ikut luruh bersama air mata yang ikut tumpah.

Dokter Lukman dengan tenang dan sabar mendengar dan membiarkan Lea mengeluarkan semuanya.

"Suamimu tahu siapa orangnya dan bagaimana kejadiannya?"

Lea mengangguk, "Dia teman saya sebelumnya, begitu tahu saya hamil ia yang meminta untuk menikahi saya." Dokter Lukman mengangguk sambil tersenyum.

"Apa yang Lea rasakan saat suami ingin menyentuh lebih intim?"

"Takut." Gestur badan Lea berubah, dahi mengkerut dengan nafas mulai tersengal.

"Tidak apa-apa Lea, tapi suamimu bersikap baik bukan?" Lea mengangguk kembali, tubuhnya pun kembali terlihat santai.

"Lihat saya Lea ...." Perlahan Lea memutar wajahnya menghadap dokter Lukman.

"Sudah lebih merasa lebih baik sekarang?" Lea mengangguk pelan.

"Baik Lea, saya tidak perlu memberikan resep apapun untuk kamu, karena kamu baik-baik saja. Apalagi kamu sedang mengandung ... kamu mencintai calon bayimu?"

Mendengar dokter Lukman mengatakan calon bayimu, Lea merasa bayi ini hanya miliknya, hatinya menghangat diusapnya perut yang sudah terlihat semakin besar.

"Tetap fokus hanya kepada calon bayimu, tidak perlu memikirkan apa-apa untuk saat ini. Yang kamu butuhkan hanyalah ... memaafkan dirimu sendiri, dan obat yang paling manjur adalah anakmu. Saya yakin saat anakmu lahir, dan kamu melihat bayimu yang sangat lucu perlahan-lahan ketakutanmu dan kekhawatiranmu akan hilang."

"Saya tidak gila kan dok?" dokter Lukman tertawa pelan mendengarnya.

"Kamu baik-baik saja Lea, hanya rasa trauma masa lalu masih membekas dan itu wajar. Tidak semua orang yang mengalami hal yang sama seperti kamu, dapat pulih dengan cepat dan menurut saya kamu termasuk wanita yang kuat sampai sejauh ini. Butuh proses dan waktu untuk benar-benar pulih dan itu juga butuh dukungan dari orang terdekat. Jika kamu tidak keberatan, konsultasi berikutnya suami bisa diajak juga ya."

Setelah berbincang ringan sejenak dengan dokter Lukman, suasana hati Lea mulai membaik dan merasa sangat optimis bisa menjalani hari-hari selanjutnya.

Dokter Lukman memberikan kartu nama beserta nomer handphone-nya jika sewaktu-waktu Lea membutuhkan konsultasi dari rumah, mengingat hari di mana Lea akan melahirkan semakin dekat ia tidak akan bisa sering datang.

Sambil menunggu taxi online yang ia pesan, Lea bertukar pesan dengan Nina yang menanyakan apakah Erik pulang untuk makan siang hari ini. Lea mengatakan tidak karena ia sedang berada di luar rumah saat ini.

Tak berapa lama taxi online yang ia pesan datang dan berhenti di depan pagar klinik. Lea masuk di bangku belakang penumpang sambil terus bertukar pesan dengan Nina.

"Siapa kamu!" Lea terlonjak mendengar suara bariton dari arah bangku depan sopir.

...❤❤...

Terpopuler

Comments

Red Velvet

Red Velvet

salah masuk mobil itu Lea🤔

2023-03-25

0

💝GULOJOWO💝

💝GULOJOWO💝

waduuuuhhhh 🤭

2021-12-11

2

Michelle

Michelle

semangatt

2021-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 Hancur
2 Aku bisa apa
3 Keputusan terbaik
4 Ini ga benar kan??
5 Menjaga fitrahMU
6 Belahan hati yang kembali hilang
7 Maaf
8 Kenapa datang lagi?
9 Pilihan
10 Keputusan
11 Melangkah
12 Melepas
13 Welcome to Surabaya
14 Salah Paham yang ... aneh
15 Pagi pertama
16 Awal yang baru
17 Pesona
18 Kecewa
19 Siapa kamu!
20 Suami?
21 Visual Kakak Erik
22 Baby Launching
23 Kamu dimana?
24 Flashback Erik
25 Hai namaku Bintang Maura Anersa
26 Kenalkan ini ...
27 Kamu tidak sendiri
28 William
29 Tolong Jujurlah
30 Kita bersalah
31 Keputusan bodoh?
32 Menuju dunia yang baru
33 Akhir antara kita?
34 Bimbang
35 Ganbatte !
36 Gossip Girl
37 Shopping time
38 Surat panggilan
39 Adu kuat
40 Bertemu lagi?
41 'Itu'
42 otewe pulang kampung
43 sekotak tissue
44 Jangan baper
45 Pigura foto
46 Ternyata dia
47 Makan ayam
48 Ketok Palu
49 Kamu yang masak
50 Pedekate
51 Cemburu?
52 Apa dia anakku?
53 Dia anakku!
54 Hak asuh
55 Take and Give
56 Camer
57 Otewe Sah
58 Sah? ... SAH!!
59 Aku bukan jodohnya
60 Papa Maura
61 Booomm
62 Otewe Honeymoon
63 Honeymoon di Pulau Eksotis
64 unboxing
65 Kehidupan baru
66 Raymond yang malang
67 Mencintaimu yang tidak mencintaiku
68 Konsultasi vs curhat
69 Malam Tahun Baru
70 Kegiatan pagi di awal tahun
71 Pesan singkat
72 Masa lalu
73 Kenangan
74 Curiga
75 Siapa dia?
76 Reuni
77 Racun yang harus disingkirkan
78 Jangan simpan amarahmu
79 Like a sister
80 Adek Maura
81 Kolaborasi
82 Ayah
83 Berdamai dengan masa lalu
84 Lucky Girl
85 Roller coaster bumil
86 As you wish baby
87 Calon baby yang ga sombong dan rendah hati
88 Ulat bulu yang gatal
89 Anya Geraldine
90 Meja makan yang panas
91 Istri vs ex istri
92 Jangan panik
93 Welcome baby girl
94 Bintang Kanaya Putri Sanjaya
95 Mama tiga anak
96 Ngemil masih boleh
97 Sang mantan yang berbahagia
98 Jangan ... jangan please
99 Aku minta maaf
100 Karma?
101 Mantan istri
102 Menua bersama
103 Papa Jangan Pergi
104 Give away
105 Annikin Anersa Nastiti
106 Bonchap : Maura
107 Bonchap : Alexander
108 Bonchap : Pesta bujang Lukman
109 Bonchap : Siap Bestie?
110 Bonchap : Hukuman
111 Bonchap : Bulan madu modal pinjaman
112 Promo Novel terbaru
113 Numpang lewat
114 Berbagi kebahagiaan
115 Promo Novel Tamat TIC
116 Promo MPB
117 Promo "Rumah untuk Hatiku"
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Hancur
2
Aku bisa apa
3
Keputusan terbaik
4
Ini ga benar kan??
5
Menjaga fitrahMU
6
Belahan hati yang kembali hilang
7
Maaf
8
Kenapa datang lagi?
9
Pilihan
10
Keputusan
11
Melangkah
12
Melepas
13
Welcome to Surabaya
14
Salah Paham yang ... aneh
15
Pagi pertama
16
Awal yang baru
17
Pesona
18
Kecewa
19
Siapa kamu!
20
Suami?
21
Visual Kakak Erik
22
Baby Launching
23
Kamu dimana?
24
Flashback Erik
25
Hai namaku Bintang Maura Anersa
26
Kenalkan ini ...
27
Kamu tidak sendiri
28
William
29
Tolong Jujurlah
30
Kita bersalah
31
Keputusan bodoh?
32
Menuju dunia yang baru
33
Akhir antara kita?
34
Bimbang
35
Ganbatte !
36
Gossip Girl
37
Shopping time
38
Surat panggilan
39
Adu kuat
40
Bertemu lagi?
41
'Itu'
42
otewe pulang kampung
43
sekotak tissue
44
Jangan baper
45
Pigura foto
46
Ternyata dia
47
Makan ayam
48
Ketok Palu
49
Kamu yang masak
50
Pedekate
51
Cemburu?
52
Apa dia anakku?
53
Dia anakku!
54
Hak asuh
55
Take and Give
56
Camer
57
Otewe Sah
58
Sah? ... SAH!!
59
Aku bukan jodohnya
60
Papa Maura
61
Booomm
62
Otewe Honeymoon
63
Honeymoon di Pulau Eksotis
64
unboxing
65
Kehidupan baru
66
Raymond yang malang
67
Mencintaimu yang tidak mencintaiku
68
Konsultasi vs curhat
69
Malam Tahun Baru
70
Kegiatan pagi di awal tahun
71
Pesan singkat
72
Masa lalu
73
Kenangan
74
Curiga
75
Siapa dia?
76
Reuni
77
Racun yang harus disingkirkan
78
Jangan simpan amarahmu
79
Like a sister
80
Adek Maura
81
Kolaborasi
82
Ayah
83
Berdamai dengan masa lalu
84
Lucky Girl
85
Roller coaster bumil
86
As you wish baby
87
Calon baby yang ga sombong dan rendah hati
88
Ulat bulu yang gatal
89
Anya Geraldine
90
Meja makan yang panas
91
Istri vs ex istri
92
Jangan panik
93
Welcome baby girl
94
Bintang Kanaya Putri Sanjaya
95
Mama tiga anak
96
Ngemil masih boleh
97
Sang mantan yang berbahagia
98
Jangan ... jangan please
99
Aku minta maaf
100
Karma?
101
Mantan istri
102
Menua bersama
103
Papa Jangan Pergi
104
Give away
105
Annikin Anersa Nastiti
106
Bonchap : Maura
107
Bonchap : Alexander
108
Bonchap : Pesta bujang Lukman
109
Bonchap : Siap Bestie?
110
Bonchap : Hukuman
111
Bonchap : Bulan madu modal pinjaman
112
Promo Novel terbaru
113
Numpang lewat
114
Berbagi kebahagiaan
115
Promo Novel Tamat TIC
116
Promo MPB
117
Promo "Rumah untuk Hatiku"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!