"Kak Erik ganteng." Puji Lea sambil bersandar di pintu kamar.
Sejak tadi ia memperhatikan Erik mematut dirinya di depan cermin.
Di akuinya Erik terlihat sangat menarik pagi ini, karena sehari-harinya jika di rumah Erik hanya memakai atasan kaos yang sederhana.
Baru kali ini ia melihat Erik berpakaian kemeja lengan panjang dan terlihat gagah.
"Pasti nanti banyak yang terpesona lihat penampilan Kak Erik," lanjut Lea sambil berjalan mendekat.
"Kalau nanti banyak yang terpesona kamu rela?" Lea hanya tersenyum menunduk berpura-pura membetulkan kerah kemeja Erik yang sedikit terlipat demi menghindari tatapan mata Erik.
"Buruan sarapan dulu kak, hari pertama jangan sampai terlambat loh." Lea berbalik keluar kamar menuju dapur.
Erik termenung menatap punggung Lea yang menjauh dari kamar.
Sudah hampir setengah tahun mereka menikah, tapi hanya rasa sepi dan hampa yang dirasakan di hati Erik.
Semakin hari Lea semakin terasa jauh dan tak tersentuh olehnya, meski saat ini Lea sudah menjadi istrinya sesuai harapannya sejak dulu.
Menikah, serumah, bahkan satu ranjang ternyata tidak menjamin terwujudnya pernikahan bahagia sesuai yang ia impikan selama ini.
Komunikasi mereka berdua sangat baik, selalu ada canda tawa tiap harinya, tidak ada pertikaian seperti halnya cerita-cerita yang sering ia dengar tentang pernikahan di luar sana tapi itu semua ternyata tidak cukup.
Masih ada yang terasa kurang dalam rumah tangga mereka .. mungkin itu cinta.
"Kaakk." Suara Lea memanggil dari ruang makan memecah lamunannya.
Seperti biasa saat di meja makan tidak ada pembicaraan berat antara mereka, Erik pun seakan lupa apa yang tadi ia pikirkan saat dalam kamar.
"Hati-hati di jalan." Lea tersenyum manis di samping motor yang siap jalan.
"Salim dulu dong." Erik memberikan tangannya untuk di cium Lea yang di sambut dengan terkikik geli karena masih merasa canggung.
...🔹️...
Erik melangkah dengan mantap memasuki area gedung perkantoran Graha Bumi Ananta, yang nantinya separuh dari waktunya akan dihabiskan di sana.
Setelah memberikan sekilas senyuman pada petugas keamanan yang terlihat bersemangat menjalankan tugasnya, Erik menuju ke arah lift dan ikut berdiri menunggu giliran bersama beberapa karyawan lainnya.
"Selamat pagi Pak Erik." Suara lembut dari arah belakang tubuhnya membuat Erik memutar kepala mencari arah sumber suara yang memanggil namanya.
"Ow, selamat pagi juga Bu Ghea." Erik menunduk dan tersenyum dengan sopan.
Sapaan singkat pagi itu di depan lift terhenti dikarenakan pintu lift terbuka dan mereka harus segera masuk ke dalamnya.
Erik berdiri tepat di belakang Ghea, harum rambut dan parfum yang dikenakan Ghea tanpa permisi masuk ke indera penciuman Erik dan tertanam di sana.
Pintu lift terbuka di lantai lima belas, beberapa orang keluar termasuk Erik dan Ghea. Mereka berjalan beriringan menuju ruang kerja berdinding kaca.
"Sepertinya kita seumuran jadi tidak perlu ada embel-embel panggilan bapak atau ibu.
Semua di team design kita saling memanggil hanya dengan nama kecuali Pak Rustam, karena hanya beliau yang jauh lebih senior usianya." Ghea menjelaskan sembari berjalan menuju ruangan.
"Ini meja kerja kamu, sudah di siapkan kemarin. Kalau butuh perlengkapan gambar dan alat tulis ambilnya di sana ya." Ghea membawa Erik ke meja yang masih terlihat bersih dan kosong lalu menunjukan lemari yang terletak di sudut ruangan, di mana tersedia banyak peralatan kantor dan gambar di dalamnya.
"Sebentar lagi Pak Danu datang, setelah itu kita biasa briefing pagi sebelum mulai kerja." Sebelum kembali ke tempatnya Ghea seperti biasa tak lupa meninggalkan sebuah senyuman.
Dari tempatnya duduk Erik dapat melihat meja kerja Ghea dari arah samping sehingga kalau ia mencuri-curi pandang tidak akan langsung diketahui pemiliknya.
Erik mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
Suasana ruangan sudah terlihat semakin ramai, ada yang langsung sibuk dengan pekerjaannya, yang wanita membetulkan make up nya.
Ada juga yang membuka bekalnya mungkin karena tidak sempat sarapan. Erik tersenyum puas, sepertinya ia akan betah berada di kantor ini.
Wajah para rekan barunya semua terlihat ramah, langsung tersenyum saat melihat dia sebagai orang baru.
"Baru masuk ya?" Sapa seorang pria muda yang sepantaran dengannya.
Benar kata Ghea tadi di ruangan ini yang terlihat senior hanya Pak Danu dan Pak Rustam, sedangkan team produksi tidak bekerja di ruangan ini.
Hanya saat meeting atau briefing pagi mereka berkumpul setelah itu kembali ke ruangan khusus team produksi.
"Erik." Uluran tangan Erik disambut hangat oleh teman barunya.
"Dio, yang paling tampan di ruangan ini." Sapaan Dio disambut kata huuu yang panjang dari dua karyawan wanita.
"Tidak usah dengarkan mereka berdua. Mereka berdua hanya sakit hati karena sudah aku tolak."
"Mimpiiii ...." Sahut seorang wanita yang sedang membenahi riasannya.
"Eeh kok tau kalau aku suka mimpiin kamu, tapi ga apa-apa karena semua di mulai dari mimpi ya kan sayang," lanjut Dio dengan gayanya yang tengil.
"Itu namanya Masha, jangan diincer sudah aku tandai bakal jadi istri." Dio menunjuk wanita yang tadi sempat beradu mulut dengannya.
"Yang itu namanya Febri, jangan diincer juga sudah hampir jadi hak milik Ardian." Lanjut Dio menunjuk sepasang pria dan wanita yang sedang berbagi sarapan dalam satu wadah yang sama.
"Kalau yang itu Pak Rustam, pria paling bijak di ruangan ini ... bapak kita." Terakhir Dio menunjuk seorang pria berumur dengan wajah yang teduh yang sedang mengerjakan sesuatu di atas mejanya.
"Kalau yang duduk di depan itu sudah tahu ya kan. Pak Danu manager bagian design dan produksi dan Ghea penanggung jawab team kita." Erik hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum mendengar teman barunya ini berceloteh.
"Kamu kalau mau cari gebetan harus di luar department ya, karena wanita di sini yang available hanya Ghea itu pun kalau kamu berani dekatin ... anak bos." Dio berbisik saat mengatakan dua kata terakhirnya.
Erik hanya terkekeh pelan, "Saya sudah menikah," sahut Erik perlahan.
"Wouuww ... sudah taken rupanya. Nikah muda bro?" Suara lantang Dio mengundang perhatian yang lain termasuk Ghea, yang sejak tadi yang tenggelam di hadapan laptopnya langsung mengangkat kepalanya dan melirik ke arah meja Erik.
Mendapat perhatian mendadak dari yang lain membuat Erik sedikit gugup.
Ia hanya menganggukan kepala dan tersenyum samar.
"Kita briefing dulu yuk, Pak Danu sudah datang." Ghea berdiri dan berjalan ke arah meja oval.
Setelah semuanya duduk berkumpul mengelilingi meja oval, Pak Danu selaku manager menyampaikan rencana proyek terbaru perusahaan mereka dan kendala di lapangan.
Bergantian dengan Reza kepala team produksi, Ghea sebagai penanggung jawab dari team design juga memaparkan progress dan planning dari team mereka.
Tampilan Ghea yang memukau baik secara fisik dan kematangannya dalam memberikan presentasi, membius mata Erik. Cara bicaranya yang tenang namun tegas, serta senyum yang tidak lepas dari wajahnya dalam sekejap tersimpan dalam memorinya.
...❤❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Cvmelati Travel
waduh thor... apakah iman Erik hanya setipis imin...
2023-10-20
1
Red Velvet
Beginilah lelaki, gak bisa liat yg bening dikit langsung deh tertanam di ubun2🥴
2023-03-25
0
Cahyaning Fitri
Wkwkwk, Lea baru sadar Erik ganteng...😂
2022-06-12
0