Pagi pertama

Saat berada di kamar mandi, Lea berusaha mencoba membenahi pakaiannya kembali.

Tapi karena tidak bisa dibetulkan lagi, ia terpaksa membongkar koper untuk mencari baju tidur yang bisa dia gunakan.

Untungnya semua baju yang mereka bawa, belum sempat dimasukan ke dalam lemari. Jadinya ia tidak perlu kembali masuk ke dalam kamar dalam keadaan setengah telanjang seperti tadi.

Setelah di rasa cukup berbenah diri dan merasa siap menghadapi Erik. Lea kembali masuk ke dalam kamar dengan perlahan, berusaha tanpa mengeluarkan suara saat ia membuka pintu.

Dilihatnya Erik sudah terlelap dalam tidurnya, dengan perlahan Lea naik ke pembaringan di sisi Erik.

Dipandangnya wajah pria yang saat ini sudah berstatus resmi sebagai suaminya, Lea mengulurkan tangannya membelai pipi Erik.

Kak Erik sudah baik sekali sama aku selama ini. Kakak juga ga jelek kok, malah kelihatan tampan. Tapi kenapa ya aku kok ga punya getar-getar seperti rasa suka, apa mungkin belum ya? ... atau jangan-jangan apa yang Kak Erik bilang benar aku punya kelainan seksual?? ... hiiiiih, masak sih. Ga mungkin ah, aku masih terpesona lihat roti sobeknya Michelle Morrone, masih juga lemes lihat senyumnya ahjussi Gong Yo.

Lea resah tidak bisa tidur memikirkan kata-kata Erik, hampir semalaman hanya membolak balikan badannya dari miring memandang wajah Erik, lalu terlentang, miring ke kiri lalu kembali memandang wajah suaminya begitu terus berulang kali.

...🔹️...

Pagi pertama di rumah kontrakan baru, di warnai oleh aroma nasi goreng pedas dan suara ketokan palu di dinding.

"Good morning everybadeeehh." Terdengar suara melengking di pintu depan.

Nina masuk dari pintu depan yang terbuka, langsung terus menuju ke dapur mengikuti insting hidungnya.

Saat melewati Erik yang sedang memajang beberapa foto di dinding, Nina berhenti sebentar dan menunduk sok sopan.

"Waah ga sia-sia aku bangun pagi langsung meluncur ke sini, sudah di siapkan sarapan pagi aja." Nina mengambil piring dan hendak menyendok nasi goreng dari mangkok saji, dengan cepat Lea mengangkat mangkok nasi goreng menjauh dari jangkauan Nina.

"Weeitttsss nanti dulu, Kak Erik aja belum makan."

"Suruh cepatlah laki mu itu, dah lapar juga aku ini." Lea hanya mendengus kesal menghadapi temannya satu ini.

"Kaaakk, sarapan dulu." Tak berapa lama Erik datang mengambil tempat duduk di ujung meja.

Lea dengan telaten melayani Erik, menyendokan nasi goreng dan telur ke dalam piring dan juga menuangkan teh hangat.

"Sudah waktunya kontrol lagi sepertinya?" tanya Erik di sela-sela makan pagi mereka. Lea hanya mengangguk sambil mengunyah.

"Sudah berapa bulan?" tanya Nina sambil melongokkan kepala, berusaha mengintip perut Lea yang tersembunyi di bawah meja.

"Masuk lima bulan kayaknya, nanti di pastikan lagi kalau kontrol ulang. Eh Nin bidan di sini paling dekat di mana?"

"Ada dokter kandungan dekat sini keluarga besarku selalu kesana. Pertama ini aku antar aja dulu, kalian belum ada kendaraan juga kan. Nanti sementara aku pinjamkan dulu motorku, dari pada nganggur di rumah ga ada yang pakai, mending taruh di sini buat kalian berdua pakai kemana-mana. Tapi motor lama ga apa-apa kan?"

"Makasih loh Nina, baiikk banget sih kamu." Lea mengatupkan kedua tangannya di depan dada dan memasang mata puppy eyes.

"Kebaikanku ga gratis loh." Nina tersenyum penuh arti.

"Iya ...iya paham." Lea menyendokan kembali nasi goreng dan telur ke dalam piring Nina.

"Makasih sayaang kamu paling mengerti akkyuu." Kata Nina sok centil.

Mendengar kata sayang yang di tujukan padanya, teringat perbincangan semalam dengan Erik.

Lea melirik Erik tepat saat itu Erik pun melirik Lea dengan senyum tertahan.

"Nin, Kak Erik kira kita tuh berdua ada hubungan cinta-cintaan loh. Gara-garanya kita berdua suka saling rangkul, cupika cupiki." Lea berniat meluruskan pikiran Erik yang mengira bahwa dirinya tidak normal.

"Uhuuukk ... huuukk." Nina terbatuk tersedak makanannya sendiri.

"Amit-amiiitt Kak, aku masih suka pria yang berdada bidang bukan wanita yang ada tonjolan di dadanya kak." Sembur Nina emosi.

"Iya, maaf ... Lea sudah jelasin juga kok tadi malam." Erik tersenyum geli, setelah semalam menerima lirikan kesal dari Lea sekarang di tambah lirikan pedas dari Nina karena topik yang masih sama.

"Lea elus-elus deh tuh perutmu bilang amit-amit jabang bayiiiik, papanya punya pikiran yang aneh-aneh," tukas Nina kesal.

Setelah menyelesaikan sarapannya, mereka bertiga duduk di ruang tamu sambil menunggu jam masuk kantor Nina.

"Ini yang kamu minta kemarin." Erik meyerahkan sebuah map besar berisi kertas-kertas bergambar design.

"Wiihh, keren loh ini ... beneran. Klasik tapi ga jadul. Justru seperti ini nih harganya mahal." Nina membolak-balikan kertas gambar di pangkuannya.

Lea melirik gambar milik Erik yang diakui sangat bagus, baru ini ia mengamati, karena sebelumnya dia tidak terlalu menaruh perhatian pada kerjaan suaminya.

"Ini kubawa dulu ya kak, aku serahin ke team produksi dan proyek, kalau mereka setuju segera ku kabari. Aku cabut dulu, ntar sore siap-siap aku anterin kontrol si entun." Nina menunjuk perut Lea dengan dagunya.

"Enak aja namain anak aku entun," Sahut Lea sewot.

"Itu nama kesayangan penuh berkah dan doa dari auntie yang manis, dah ah aku balik dulu." Tanpa menunggu balasan dari Lea, Nina langsung melangkah keluar dari rumah.

...🔹️...

Sementara itu di kampung yang mereka tinggalkan, Pak Beni tengah dilanda kebingungan karena secara tiba-tiba Lea dan suaminya menghilang dalam semalam.

Rumah mereka kosong, rumah Lea sudah berganti pemilik.

Lea juga sudah memblokir panggilan telepon darinya.

Memang ia sadar bahwa Lea saat ini tidak lagi bisa dimilikinya, namun ia hanya bisa berharap untuk dapat bisa memandangi Lea cukup dari jauh saja.

Sekarang sehelai rambutnya pun tidak terlihat di kampung ini.

"Kamu ada andil apa dengan kepergian Lea?" Selidik Beni pada istrinya, saat mereka tengah duduk santai setelah makan malam.

Kedua anak laki-lakinya yang berumur tiga tahun dan lima tahun, sedang menonton televisi di dampingi pengasuh mereka.

"Maksudnya apa?" Devi masih menjawab dengan tenang sambil membaca majalah.

"Aku tahu beberapa hari ini kamu sering ketemu Lea, bahkan datang ke rumahnya .. benar?" Devi mengangkat wajahnya dari balik majalah.

Ditatapnya wajah suaminya dengan pandangan lelah.

"Iya ... lalu kenapa?"

"Kamu mengusir mereka?, kenapa?. Aku sudah tidak ada lagi niat mengganggu pernikahan mereka." Devi menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan sembari menaruh majalah di atas meja tamu.

"Aku tidak mengusir, hanya memberikan saran terkait usaha suaminya ... sebagai teman." Beni memicingkan mata curiga.

"Kenapa?, tidak percaya?" Devi memiringkan kepalanya menatap Beni.

"Aku akui, aku cemburu. Aku hanya sangat merasa bersalah sudah berkata kasar pada Lea di hadapan almarhum ibunya. Seharusnya aku melampiaskan semua kemarahanku juga padamu, bukan pada anak itu. Aku baru sadar dia hanyalah korbanmu." Devi sedikit menggertakan giginya geram sambil terus menatap suaminya.

"Aku tidak bermaksud menjadikan dia korban, aku serius ... hanya mungkin caranya salah." Beni terus membela diri.

"Apa salah juga jika aku berusaha melindungi apa yang menjadi hak ku dan juga anak-anak," lanjut Devi sambil memandang ke dua anaknya yang sedang tertawa di depan layar televisi tanpa memedulikan perkataan Beni sebelumnya.

"Jika seandainya benar aku menikah dengan Lea, kamu dan anak-anak tidak akan kehilangan haknya ... aku pastikan itu."

"Aku yang akan memintamu memilih jika itu benar terjadi. Jika kamu tidak bisa memilih ... aku dan anak-anak yang akan memilih pergi." Devi mengalihkan tatapannya kembali ke Beni yang berada di sampingnya.

Beni terperangah mendengar perkataan Devi, tatapan istrinya terdapat luka yang sangat besar.

Selama ini ia tidak menyadari dan tidak mau tahu tentang perasaan wanita yang sudah menemaninya dari nol, yang ada hanyalah mewujudkan obsesinya pada Lea.

Beni merengkuh pundak Devi dan mengecup puncak kepala istrinya seraya mendengungkan kata maaf berulang kali.

Devi terisak mendengarnya ada rasa bahagia, namun juga ada perasaan khawatir jika Beni tahu anak yang di kandung Lea adalah darah dagingnya apa yang akan terjadi?

...❤❤...

Terpopuler

Comments

Red Velvet

Red Velvet

Penasaran, kira2 nanti Beni tau gak yah kalau Lea hamil anaknya🤔

2023-03-25

0

Nonny

Nonny

ternyata dulu ak prnh bca bab awal di grup dulu
pantes udh ada di rak🤭🤭

2022-04-04

0

Santai Dyah

Santai Dyah

devi kelak beni pasti tau

2021-12-17

1

lihat semua
Episodes
1 Hancur
2 Aku bisa apa
3 Keputusan terbaik
4 Ini ga benar kan??
5 Menjaga fitrahMU
6 Belahan hati yang kembali hilang
7 Maaf
8 Kenapa datang lagi?
9 Pilihan
10 Keputusan
11 Melangkah
12 Melepas
13 Welcome to Surabaya
14 Salah Paham yang ... aneh
15 Pagi pertama
16 Awal yang baru
17 Pesona
18 Kecewa
19 Siapa kamu!
20 Suami?
21 Visual Kakak Erik
22 Baby Launching
23 Kamu dimana?
24 Flashback Erik
25 Hai namaku Bintang Maura Anersa
26 Kenalkan ini ...
27 Kamu tidak sendiri
28 William
29 Tolong Jujurlah
30 Kita bersalah
31 Keputusan bodoh?
32 Menuju dunia yang baru
33 Akhir antara kita?
34 Bimbang
35 Ganbatte !
36 Gossip Girl
37 Shopping time
38 Surat panggilan
39 Adu kuat
40 Bertemu lagi?
41 'Itu'
42 otewe pulang kampung
43 sekotak tissue
44 Jangan baper
45 Pigura foto
46 Ternyata dia
47 Makan ayam
48 Ketok Palu
49 Kamu yang masak
50 Pedekate
51 Cemburu?
52 Apa dia anakku?
53 Dia anakku!
54 Hak asuh
55 Take and Give
56 Camer
57 Otewe Sah
58 Sah? ... SAH!!
59 Aku bukan jodohnya
60 Papa Maura
61 Booomm
62 Otewe Honeymoon
63 Honeymoon di Pulau Eksotis
64 unboxing
65 Kehidupan baru
66 Raymond yang malang
67 Mencintaimu yang tidak mencintaiku
68 Konsultasi vs curhat
69 Malam Tahun Baru
70 Kegiatan pagi di awal tahun
71 Pesan singkat
72 Masa lalu
73 Kenangan
74 Curiga
75 Siapa dia?
76 Reuni
77 Racun yang harus disingkirkan
78 Jangan simpan amarahmu
79 Like a sister
80 Adek Maura
81 Kolaborasi
82 Ayah
83 Berdamai dengan masa lalu
84 Lucky Girl
85 Roller coaster bumil
86 As you wish baby
87 Calon baby yang ga sombong dan rendah hati
88 Ulat bulu yang gatal
89 Anya Geraldine
90 Meja makan yang panas
91 Istri vs ex istri
92 Jangan panik
93 Welcome baby girl
94 Bintang Kanaya Putri Sanjaya
95 Mama tiga anak
96 Ngemil masih boleh
97 Sang mantan yang berbahagia
98 Jangan ... jangan please
99 Aku minta maaf
100 Karma?
101 Mantan istri
102 Menua bersama
103 Papa Jangan Pergi
104 Give away
105 Annikin Anersa Nastiti
106 Bonchap : Maura
107 Bonchap : Alexander
108 Bonchap : Pesta bujang Lukman
109 Bonchap : Siap Bestie?
110 Bonchap : Hukuman
111 Bonchap : Bulan madu modal pinjaman
112 Promo Novel terbaru
113 Numpang lewat
114 Berbagi kebahagiaan
115 Promo Novel Tamat TIC
116 Promo MPB
117 Promo "Rumah untuk Hatiku"
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Hancur
2
Aku bisa apa
3
Keputusan terbaik
4
Ini ga benar kan??
5
Menjaga fitrahMU
6
Belahan hati yang kembali hilang
7
Maaf
8
Kenapa datang lagi?
9
Pilihan
10
Keputusan
11
Melangkah
12
Melepas
13
Welcome to Surabaya
14
Salah Paham yang ... aneh
15
Pagi pertama
16
Awal yang baru
17
Pesona
18
Kecewa
19
Siapa kamu!
20
Suami?
21
Visual Kakak Erik
22
Baby Launching
23
Kamu dimana?
24
Flashback Erik
25
Hai namaku Bintang Maura Anersa
26
Kenalkan ini ...
27
Kamu tidak sendiri
28
William
29
Tolong Jujurlah
30
Kita bersalah
31
Keputusan bodoh?
32
Menuju dunia yang baru
33
Akhir antara kita?
34
Bimbang
35
Ganbatte !
36
Gossip Girl
37
Shopping time
38
Surat panggilan
39
Adu kuat
40
Bertemu lagi?
41
'Itu'
42
otewe pulang kampung
43
sekotak tissue
44
Jangan baper
45
Pigura foto
46
Ternyata dia
47
Makan ayam
48
Ketok Palu
49
Kamu yang masak
50
Pedekate
51
Cemburu?
52
Apa dia anakku?
53
Dia anakku!
54
Hak asuh
55
Take and Give
56
Camer
57
Otewe Sah
58
Sah? ... SAH!!
59
Aku bukan jodohnya
60
Papa Maura
61
Booomm
62
Otewe Honeymoon
63
Honeymoon di Pulau Eksotis
64
unboxing
65
Kehidupan baru
66
Raymond yang malang
67
Mencintaimu yang tidak mencintaiku
68
Konsultasi vs curhat
69
Malam Tahun Baru
70
Kegiatan pagi di awal tahun
71
Pesan singkat
72
Masa lalu
73
Kenangan
74
Curiga
75
Siapa dia?
76
Reuni
77
Racun yang harus disingkirkan
78
Jangan simpan amarahmu
79
Like a sister
80
Adek Maura
81
Kolaborasi
82
Ayah
83
Berdamai dengan masa lalu
84
Lucky Girl
85
Roller coaster bumil
86
As you wish baby
87
Calon baby yang ga sombong dan rendah hati
88
Ulat bulu yang gatal
89
Anya Geraldine
90
Meja makan yang panas
91
Istri vs ex istri
92
Jangan panik
93
Welcome baby girl
94
Bintang Kanaya Putri Sanjaya
95
Mama tiga anak
96
Ngemil masih boleh
97
Sang mantan yang berbahagia
98
Jangan ... jangan please
99
Aku minta maaf
100
Karma?
101
Mantan istri
102
Menua bersama
103
Papa Jangan Pergi
104
Give away
105
Annikin Anersa Nastiti
106
Bonchap : Maura
107
Bonchap : Alexander
108
Bonchap : Pesta bujang Lukman
109
Bonchap : Siap Bestie?
110
Bonchap : Hukuman
111
Bonchap : Bulan madu modal pinjaman
112
Promo Novel terbaru
113
Numpang lewat
114
Berbagi kebahagiaan
115
Promo Novel Tamat TIC
116
Promo MPB
117
Promo "Rumah untuk Hatiku"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!