...Pengorbanan dalam suatu hubungan itu diperlukan untuk tahu seberapa besar cinta kita, bukan membuktikan kepada pasangan tapi untuk diri sendiri agar ada alasan jelas untuk bertahan - Erik Saputra...
...🔻🔻🔻...
Sepulangnya Devi dari rumah mereka, Lea dan Erik lebih banyak berdiam diri.
Mereka enggan membahas topik yang terjadi di ruang tamu tadi. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.
Di sinilah saat ini mereka berdua, di ranjang duduk bersandar setelah makan malam.
"Kamu mau kemana ... ada rencana?" Erik mulai membuka percakapan.
Lea hanya menggeleng pelan.
"Ada saudara di luar kampung ini?" Lea kembali menggeleng lalu menunduk.
Erik menarik nafas dan menghembuskannya dengan berat sambil menengadahkan kepalanya menatap langit-langit kamar.
" ... ada sih tapi bukan saudara," sahut Lea tiba-tiba.
"Siapa?" Erik menoleh ke arah Lea.
"Temen sekelas aku namanya Nina, kak Erik ingat ga yang selalu sama-sama aku di sekolah?" Lea menegakkan tubuhnya dan merubah posisi duduknya menghadap ke Erik.
"Nina dan keluarganya kan pindah ke Surabaya sebelum upacara kelulusan, Papanya ada buka usaha di Surabaya ... aku masih sering ngobrol lewat medsos kok sama Nina. Aku bisa minta tolong sama Nina, untuk bantu carikan info tempat tinggal sementara selama kita di Surabaya." Lea terlihat bersemangat dengan mata berbinar.
Erik ingat betul siapa Nina ... Karenina nama lengkapnya. Sahabat Lea sejak di bangku sekolah yang agak ketus dan cerewet.
Mereka berdua selalu terlihat bersama. Gara-gara Nina ini juga banyak cowok yang mendekati Lea mundur teratur, karena tidak tahan dengan mulutnya yang pedas.
"Kamu benar mau pindah ke Surabaya?" Erik memastikan keyakinan Lea.
"Kalau kita pindah, bagaimana rumah ibumu dan rumah ini?" Erik menoleh ke arah Lea sekilas, lalu kembali lagi menengadah ke atas.
Sebenarnya berat bagi Erik untuk meninggalkan rumah warisan kedua orang tuanya ini.
Tapi ia juga mengerti kondisi Lea, dan betapa berbahayanya jika Pak Beni tahu jika anak yang dikandungnya ini adalah anaknya.
Lea tidak menjawab ia kembali bersandar di punggung ranjang, wajahnya terlihat muram dengan bibir sedikit mengkerucut. Hormon kehamilannya membuat Lea cepat sekali berubah suasana hatinya.
"Besok coba kamu tanyakan sama teman kamu si Nina itu, apa bisa carikan informasi rumah kontrakan, atau mungkin untuk awal kita kos dulu ... kamu ga keberatan?" Erik menoleh ke arah Lea dengan senyum dan tatapan teduhnya.
"Bener?" tanya Lea sambil mengangkat kedua alisnya.
"Iya, coba aja kamu tanyakan dulu. Bagaimana-bagaimananya nanti kita lihat lagi nanti. Sudah sekarang kita tidur dulu, ibu hamil ga boleh tidur malem-malem." Erik langsung mengambil posisi tidur diikuti Lea sambil tersenyum lega.
Mereka memang sejak awal pernikahan tidak tidur terpisah, namun mereka tidak sekalipun melakukan hubungan suami istri sebagaimana mestinya.
Erik bukannya tidak punya hasrat sama sekali, tapi dia tidak mau memaksakan keinginannya jika Lea tidak berkenan melakukan itu.
Tiap malam adalah siksaan bagi Erik. Bagaimana tidak seorang pria dewasa yang sudah menikah secara sah dengan wanita yang dicintainya sejak bangku sekolah, setiap malam tidur satu ranjang tapi tidak bisa disentuhnya.
Benar-benar bagai neraka panasnya suasana kamar tiap malam bagi pria normal seperti Erik.
Hanya penghuni kamar mandilah yang tahu perjuangan Erik melewati malam-malamnya.
Saat Lea sudah terlelap dan Erik sedang tinggi hasratnya, ia selalu melarikan diri ke kamar mandi sebelum nalurinya lebih menguasai pikirannya dan menyergap Lea.
Wajar sebetulnya jika Erik menuntut hal itu. Sebetulnya pernah beberapa kali Erik mencoba memulai namun reaksi Lea seperti ketakutan, berkeringat dingin dan pernah sampai menangis.
Karena itu Erik tidak berani lagi memaksa dan ia berniat untuk menunggu Lea pulih dari traumanya, tapi entah sampai kapan ia juga tidak tahu.
...🔹️...
Pagi harinya Lea tampak asyik duduk di dapur sambil mengetik sesuatu di handphone miliknya.
'Niin ... ini aku Lea.' Lea mengawali ketikannya di aplikasi chating berwarna hijau.
'Tauu lah ... basa basi banget kamu tuh, tumben biasa juga colek di instagram?' Balas Nina beberapa saat setelah pesan Lea terbaca.
'Hehehee ... masih di Surabaya kan kamu Nin?'
'Iyalah mau kemana lagi, papa minta aku belajar pimpin usahanya.'
'Enak deh kamu nin, sudah jelas arahnya.'
'Ya beginilah jadi satu-satunya anak yang ingin berbakti, tapi tidak seenak yang kamu pikirkan lah. Aku kan ga bisa memilih sesuai kemauan aku.'
'Disyukuri aja lah Nin, dari pada aku yang masih luntang-lantung belum ada kerjaan.'
'Laah ... bukannya kamu sudah kerja di tempat Pak Beni?, dah top markotop tuh kerja di sana Lea. Apalagi kamu jadi sekertarisnya langsung kan ... kamu keluar kerja?, kurang apa sih ?'
Hhmmm ... kurang apa ? ... nasibku kurang beruntung. Andaikan Nina tahu apa yang terjadi padaku, mungkin tidak berkata seperti itu. Batin Lea.
'Aku dah ga kerja Nin, aku dah merit.'
Tidak menunggu lama panggilan telepon dari Nina tampak di layar handphone Lea.
Drrttt ... drrtttt ...drrtttt.
Lea tersenyum geli melihat respon sahabatnya itu yang selalu antusias dengan berita yang dianggapnya hot.
"Hal----" Belum selesai ucapan pembuka Lea saat menerima telpon, Nina dengan tidak sabarnya setengah berteriak di ujung sana, "Kamu sudah nikaah?? ... sama siapaaa?? .. kapaan??, jahat banget kamu tuh nikah ga undang-undang, dah lupa kamu sama aku?!" Lea membiarkan Nina mengeluarkan semua kosakatanya.
"Siapa laki yang sungguh tidak beruntung itu heh?" Lea terkikik mendengar kata-kata Nina.
Lea tahu betul bagi dia kata-kata sahabatnya sama sekali tidak terdengar sebagai hinaan namun bentuk rasa sayangnya sebagai seorang teman.
"Kak Erik ..." tukas Lea singkat.
"Whattt ?? ... oww okelah kalau dia orangnya, berhasil
juga dia hahahaha ...." Nina tergelak.
"Eeh ... tapi kok mendadak?, ga mungkin kamu nikah ga undang aku. Minim kamu infolah aku, ya kan? ... ada apa?? ... hamidun??." Kalau bukan Nina yang bicara di ujung sana mungkin handphone yang di tangannya ini mungkin sudah dia banting.
Agak kaget Lea mendengar perkataan Nina. Walau memang benar adanya, tapi untuk saat ini tidak perlulah sahabatnya ini tahu persoalannya.
Semakin sedikit orang yang tahu akan semakin baik.
"Iisssh ngaco .. mana ada, kita kan saling cinta." Lea tersenyum geli seraya menutup mulutnya sendiri mendengar kata cinta untuk Erik yang keluar dari mulutnya.
"Preketeekk ...dia sih iya percaya aku, kamu mah gak!" Tak bisa menahan tawanya lagi, Lea tergelak mendengar sewotnya Nina.
Berbincang dengan sahabatnya ini benar-benar membangkitkan moodnya kembali. "Terus ada apa nih tumben-tumbenan kamu kontak aku, jadi curiga kan aku."
"Aku sama Kak Erik rencana pingin pindah ke Surabaya .. ngikutin kamu." Lea langsung pada topik tujuannya.
"Ngikut aku?, mau jadi gembel? ini aja masih jadi kacungnya papaku, bukannya suami kamu itu jalanin usaha design ya di sana."
"Kita maunya sih cari pasar lebih luas lagi, kamu kan tau kalo di sini bagaimana Nin, mentok gitu-gitu aja."
"Maksud aku tuh bukan mau jadi beban kamu di sana aahh, sensi amat. Mau minta tolong kalau jadi nih, aku sama Kak Erik pindah ke Surabaya bantuin cari tempat tinggal sementara ... rumah kontrak atau kos gitu. Aku sama Kak Erik kan sama-sama belum tau situasi kota besar. Temenin lah keliling-keliling kota Surabaya takut nyasar, kamu juga yamg sedih kalau aku hilang." Jelas Lea panjang lebar dengan suara yang agak di buat memelas.
"Eeeleehh ... nikah enak-enak aja kalian lupa sama cewek manis ini, di saat butuh aja nyariin ... syeebeel." Lea kembali terkikik mendengar Nina yang merajuk.
"Kapan mau kesini, bilang aja nanti aku jemput gelar karpet merah panjang buat menyambut pengantin baru," sindir Nina.
...❤❤...
Terima kasih masih mengikuti 🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Red Velvet
Aku suka tipe teman cerewet kaya Nina ini, biasanya mereka itu orgnya jujur.
2023-03-24
0
Cahyaning Fitri
Hidden Rich Twins mampir lagi...
2022-06-11
0
NAZERA ZIAN
semoga Nina benar benar teman yang baik, tidak bermaksud merusak rumah tangga Lea..
2022-03-31
0