Tayanganpun selesai. Akhiran yang terkesan tergesa - gesa. Seperti ada orang yang bisa membahayakan prosesnya membuat video ini. Aku tertegun melihat video ini. Kalau benar yang mecca katakan, lalu aku harus bagaimana? Tapi ini juga belum ada bukti yang mecca sampaikan. Hanya asumsi, dugaan pribadi. Tapi kalau dibilang bohong, aku mengalami gangguan gaib yang bentuk rupanya merujuk pada peristiwa pembedahan perut.
"TIN TIN"
Lamunanku buyar saat kudengar ada suara klakson di depan rumah. Aku matikan tivi dan vcd playernya. Lalu aku berjalan ke depan untuk melihat siapa yang datang. Kulihat ada lima orang turun dari mobil. Mereka parkir di luar gerbang.
"Assalamualaikum"
Seseorang memberikan salam padaku. Aku kenal siapa dia. Ya, dia adalah pak kades. Yang di kanannya, aku yakin itu pak sekdes. Yang dua lainnya aku tidak tahu. Sepertinya masih perangkat desa. Dengan tergopoh - gopoh, mereka membawa kardus yang sepertinya cukup berat. Mereka meletakkan kardus itu di teras. Sedangkan yang paling belakang, aku yakin itu juragan prapto.
"Waalaikum salam"
Aku menjawab tanpa melangkahkan kaki untuk mendekat. Mereka juga berhenti tepat di depan lantai teras. Mereka menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Pertanda salam hormat untukku. Kulakukan hal yang sama, sebagai salam hormatku buat mereka.
"YaAlloh, pak kades. Maaf nih, nggak ada yang nyambut. Semua lagi pada pulang" lanjutku.
"Nggak papa mbak lilis, kami tahu kok. Kami juga ketemu bu arum sama pak mukti tadi, di balai desa. Gimana kondisi, sehat kan?" jawab pak kades.
"Alhamdulillah, segar pak. Bapak sendiri bagaimana kabarnya?"
"Alhamdulillah, selalu sehat dan bahagia. Hahahaha" jawabnya setengah berkelakar.
"Syukurlah. Pak sekdes, sehat juga kan?" Sapaku padanya.
"Alhamdulillah, bu arum. Eh, mbak, siapa?"
"Lilis" sahut pak kades.
"Iya, mbak lilis. Alkhamdulillah, sehat" lanjutnya.
"Syukurlah" komentarku sambil tertawa.
"Lalu, bapak - bapak yang lain, mohon maaf, dengan siapa ya? Lilis belum pernah lihat" tanyaku.
"Oh, ini pak mono, kaur kesra. Ini pak yudi, kaur pemangunan" jawab pak kades.
"Kalo yang satu ini, masa belum kenal?" Tanya pak kades setengah bercanda.
"Aduh, maaf banget pak. Lilis beneran belum tahu" jawabku.
"Ini juragan prapto" lanjut pak kades.
"Oh, ya Alloh, juragan prapto, yang punya toko bangunan, ya?" Seruku, seolah baru tahu.
"Betul mbak lilis"
"Waduh, maaf, pak. Saya beneran baru tahu. Salam kenal saja, buat pak mono, pak yudi, dan juragan prapto" kataku sambil kubuat senyum dan tingkah seolah malu.
"Iya, salam kenal juga, mbak lilis. Maaf nih, kemarin saya nggak ada di rumah. Jadi nggak ketemu"
"Oh, iya. Nggak papa juragan. Ini juga lilis sudah sangat berterimakasih, dikasih tempat sebegini bagusnya. Nggak kebayang, kapan punya rumah segede ini" jawabku masih berpura - pura.
"Ah, mbak lilis ini, jangan merendah gitu ah. Saya doakan, semoga mbak lilis sukses dikemudian hari. Punya rumah yang lebih gede dari rumah ini" komentar juragan prapto.
"Amiin" jawabku, pura - pura senang didoakan dia.
"Oh iya, mbak. Ini, kami dari pemdes, mau memberikan sedikit sembako. Sebagai bentuk tanggung jawab kami, karena telah meminta mbak lilis untuk dikarantina jauh dari bu arum dan pak mukti" kata pak kades.
"MasyaAlloh, banyak banget pak, sembakonya. Bisa buat sekeluarga, ini sih pak" komentarku.
"Ya tidak apa - apa. Malah kami seneng, kalau memang bisa begitu" jawab pak kades.
"Alhamdulillah. Ya Alloh, terimakasih banget lho, pak kades. Semoga kebaikan bapak - bapak sekalian dibalas Alloh dengan balasan berlipat - lipat" komentarku. Doaku pasti tidak aku maksudkan untuk si prapto itu.
"Amiin" jawab mereka serempak.
Hanya prapto yang tidak mengamini. Pandangannya seperti sedang memindai diriku. Atau lebih tepatnya, menelanjangi diriku. Dari ujung kepala sampai ujung kakiku, tak luput dari sapuan mata jalangnya.
"Oh iya pak. Aduh, gimana ya? Lilis mau nawarin ngeteh. Tapi lilis cuman sendiri"
"Oh, terimakasih, mbak lilis" potong pak kades.
"Nggak usah repot - repot. Kami hanya ingin melihat kondisi mbak lilis saja. Sama nyerahin sembako itu" lanjutnya.
"Oh, waduh, mohon maaf banget ya pak"
"Nggak papa mbak lilis. Melihat mbak lilis tetap enerjik, membuat kami senang. Semoga, sampai masa karantina selesai, mbak lilis tetap bugar dan energik begini"
"Amin, pak kades. Terimakasih atas doanya"
"Kalau begitu, kami langsung pamit ya mbak lilis" pamit pak kades.
"Loh, kok buru - buru amat, pak? Nggak duduk dulu?" Tanyaku basa - basi.
"Terimakasih, mbak lilis. Bukannya kami nggak sopan, tapi tujuan kami ke sini memang hanya begini"
"Ya Alloh, maaf banget ya, pak kades. Nggak ada yang bikinin minum"
"Iya, nggak papa, mbak. Kami pamit. Assalamualaikum" jawab pak kades.
"Waalaikum salam" jawabku.
Satu per satu mereka memasuki mobil dengan memberikan senyum padaku. Lain pak kades, lain prapto. Senyumnya pak kades terasa tulus, karena beliau menghormati ibuku, dan juga menghargaiku. Tapi senyum prapto, kalaupun aku belum tahu mengenai dia, belum menemukan vcd tadi, aku juga tetap merasa kalau senyumnya itu bukan senyum tulus. Senyum pemangsa yang yakin kalau mangsanya tidak akan bisa kabur. Dan dia pasti akan mendapatkan mangsanya itu.
Selepas mereka pergi, kucoba untuk mendorong kardus itu. Rupanya untuk di dorong saja, berat sekali. Ya sudah, aku biarkan saja. Toh aku juga tidak berniat untuk memakan isinya. Aku takut kalau isinya sudah dikasih guna - guna. Aku masuk ke dalam rumah, niat hati mau membereskan vcd player tadi.
"Loh, kok nggak ada?"
Meski tidak menyeramkan, tapi aneh kalau vcd, di dalam playernya bisa menghilang begitu saja. Apa bangsa jin juga mengerti mengenai vcd player? Tapi mengapa tidak ada jejaknya? Apalagi dari kemarin kan mereka menampakkan diri juga untuk memberikanku petunjuk. Terakhir buku jatuh, itu kan petunjuk juga. Lha ini kan petunjuk lengkap dan berharga. Masa dihilangkan?
Aku berjalan ke belakang, ke arah dapur. Sejenak aku perhatikan lemari besar itu. Tak ada tanda - tanda kalau lemari itu bekas di buka. Aku pusing, bingung. Bagaimana caranya makluk halus mengambil vcd?
Ya sudah, aku kembali ke kamar. Mengambil peralatan tulis dan buku catatanku. Lalu aku menuju halaman belakang. Aku bermaksud menuangkan penampakan lain yang aku lihat kemarin, ke dalam bentuk sketsa.
Sambil menggambar, aku merasa kalau hari ini ada yang berbeda. Semenjak kemunculan mereka di kamar mandi, mereka belum menggangguku lagi. Padahal hanpir sejam aku di ruang baca. Dan selama menonton vcd tadi juga, aku sama sekali tidak merasakan takut. Bahkan saat vcdnya hilang tadi, aku juga tidak takut.
"Lir ilir... Lir ilir... Tandure wus sumilir" ponselku berbunyi.
"Assalamualaikum, mas bagas" seruku gembira.
"Waalaikum salam, lilisku sayang. Apa kabar?"
"Alkhamdulillah, sehat mas. Mas sendiri apa kabar?"
"Alhamdulillah, sehat juga. Maaf ya, mas pergi nggak pamit"
"Hmm, lama - lama jadi biasa aku, ditinggal tanpa pamit"
"Yaa, jangan ngambek dong. Entar cantiknya pindah ke senapan lho" aku tersanjung mendengarnya.
"Emang kenapa kalo pindah ke senapan?"
"Kalo cantikan senapannya, bahaya. Kan tiap latihan aku peluk mulu. Hahaha"
"Dih dasar. Enakan juga meluk aku keles" sanggahku.
"Lah, dari awal juga, belum dikasih"
"Hahaha... Ya cewek kan butuh kepastian. Kalo udah pasti, jangankan meluk. Yang lain juga boleh"
"Ya aku kan juga pasti, cintanya sama dek lilis"
"Ya buruan, halalin dong" pintaku.
"Iya, sayang. Seperti yang aku bilang. Tiba saatnya aku mendapat ijin menikah, aku akan lamar dek lilisku sayang"
"Janji ya"
"Janji"
"Btw, mas bagas tugas kemana sih, kemarin?"
"Latihan"
"Ah, latihan mulu, kapan tugasnya?"
"Hahaha... Ya kalo ada perintah tugas, pasti bertugas lah"
"Iya deh, lilis percaya. Asal jangan boong. Bilangnya latihan, ternyata nyeleweng. Kalo ketahuan, hmm"
"Hahaha... Iya. Kan aku udah janji. Janji itu lebih berat dari sumpah. Kalo sumpah bisa ditebus, janji nggak bisa. Harus ditepati"
"Alhamdulillah. Semoga mas selalu setia dengan janji itu"
"Amin"
"Oh, iya. Aku denger kabar, dari ayah. Katanya, lilis dikarantina, ya?" Lanjutnya.
"Iya mas. Sebel tahu"
"Emang dimana?"
"Coba tebak. Katanya bisa telepati"
"SERSAN BAGAS" terdengar orang berteriak.
"SIAP" suara mas bagas
"Briefing"
"SIAP LAKSANAKAN" suara mas bagas lagi.
"Dek" panggilnya.
"Ya" jawabku.
"Maaf ya, mas harus pergi dulu"
"Iya. Hati - hati ya mas. Jalankan tugasmu"
"Terimakasih sayang. Assalamualaikum"
"Waalaikum salam"
"Tuuut"
Baru juga mau curhat, sudah menghilang lagi. Mungkin begini ya rasanya jadi ibu - ibu jalasenastri. Harus sabar dan rela ditinggal kapan aja.
"Lah, kalo lagi malam pertama, gimana? Hahahaha"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Hiatus
cicil baca ya mas othor. kmrn2 ga sempet komen. makin kesini makin keren tulisannya, wlwpun kdg lp tanda baca tp ga ngeganggu kok. hanya nama aja jgn lp diksh huruf kapital awalnya ya mas. semangat upnya😇😇
2021-12-07
0
Hiatus
bisaan bnr lilis😁
2021-12-07
0
Hiatus
koreksi sdkt ya mas othor, tanda sambungnya ga usah diksh spasi gpp.🤗
2021-12-07
0