Aku Cemburu

Kalau malam sebelumnya hujan lebat, malam ini kondisinya berbeda. Langit penuh dengan bintang. Bulan juga bersinar dengan percaya diri. Walaupun masih beberapa hari lagi menjelang bulan purnama. Aku mengajak rere untuk menggelar karpet di halaman depan. Makan malam di sana. Rere setuju dengan ideku. Jadilah kita menggelar karpet ala - ala piknik begitu.

"Assalamualaikum"

Lagi asyik - asyiknya bercanda sambil menikmati cemilan, perhatian kita dialihkan oleh tamu yang datang. Dengan motor metik bongsor, mereka memasuki halaman depan.

"Waalaikum salam"

Kita menjawab dengan kompak. Lalu bergegas berdiri untuk menyambut. Seperti sebelumnya, rere langsung melangkah mendekat, untuk bersalaman dan mencium tangan. Sedangkan aku, aku hanya bisa menyapa dari jarak dua meteran.

"Udah kelar rapatnya, bu?" Tanya rere.

"Udah, sayang" jawabnya.

"Kenapa pak, senyam - senyum sendiri?" Tanya rere.

"Bapak bangga banget, tahu" jawabnya.

"Bangga kenapa?"

"Ibumu yang hebat, bapak ikut tenar"

"Maksudnya?"

"Iya, ibu kan sukses urus PPKM. Nah orang sini kan manggil ibu, kebanyakan sebut nama bapak. Eh, keterusan deh. Sampe pak bupati juga, manggil ibu, ibu mukti. Ya ikut tenar dong, bapak. Hahahaha"

"Ya bapak juga sukses kali. Ibu juga sering cerita, betapa ibu bangga dengan kegigihan bapak. Bener - bener dari nol, sampe segede sekarang" sahut rere.

Entah kenapa, melihat kemesraan mereka, aku jadi kurang suka. Ada perasaan cemburu melihat ibu bermesraan dengan laki - laki lain.

Aku masih ingat, bagaimana dulu ibu begitu mesra dengan ayah. Bersamaku lari - lari di halaman. Kejar - kejaran, jadi maling dan polisi. Masih kuingat juga, bagaimana dulu aku sama ayah, berebut tidur berbantal pangkuan ibu. Tapi aku sadar, cerita itu telah lama berlalu. Tidak ada yang bisa disalahkan. Semua sudah suratan takdir.

"Mbak"

Sebuah sapaan membuyarkan anganku.

"Embak kenapa? Kok matanya berkaca - kaca? Mbak ngerasain apa? Demam, pilek, pusing?" Lanjut ibu.

"Enggak"

Aku menjawab sambil menggelengkan kepala. Aku agak menjauh, saat ibu akan menyentuhku.

"Embak nggak papa kok bu. Embak ikut bangga, dengan kesuksesan ibu" lanjutku berbohong.

"Oh, embak. Sampe segitunya. Terbang nih ibu, disanjung terus" kelakar ibu.

"Hmpf... " Aku tergelak mendengarnya.

"Ini lagi bikin acara apa?" Tanya pak mukti.

"Itu, embak ngajak bikin acara ala - ala piknik, gitu. Mumpung langit lagi cerah. Banyak bintang, bulan juga keliatan, tuh" jawab rere.

"Wah, boleh juga idenya. Pas banget, ibu bawa pisang goreng nih" sahut ibu.

"Yeeeeiii" rere bersorak kegirangan.

Aku hanya bisa tersenyum. Di satu sisi, aku bahagia melihat ibu bahagia. Tapi aku tak bisa berbohong pada diriku sendiri, kalau aku masih merasa cemburu.

"Oh, iya. Embak ngambil jurusan apa?" Tanya pak mukti.

"Oh, teknik mesin, yah" jawabku agak

tergagap. Pak mukti dan ibu saling pandang.

"Teknik mesin?" Tanya ibu.

"Iya bu. Ketularan ayah sih. Haha" jawabku.

"Oh" respon ibu.

Aku merasa, ibu ingin berkomentar lebih. Tapi tampaknya, ibu tidak enak sama pak mukti kalau harus berkomentar tentang ayah. Apalagi sampai memujinya.

"Emang ayah sekarang kerja di bidang apa, mbak?" Tanya rere

"Permesinan. Bubut, frais, grinding, semacamnya" jawabku.

"Nggak ngerti. Hahaha..." Komentar rere.

"Berarti, perbaikan mesin mobil, truk, gitu ya?" Tanya pak mukti.

"Bukan sih, yah. Lebih ke mesin kapal"

"Mesin kapal? Gede dong?" Tanya rere penasaran.

"Ya, gede. Udah gitu, nggak bisa sembarangan. Kalo mesin mobil sih, ayah udah nggak pegang. Udah bosen"

"Itu gimana ngangkutnya, mbak? Muat gitu, bengkelnya?"

"Ya nggak satu glondongan dibawa semua. Cuman yang rusak aja yang dibawa. Itu juga gede banget"

"Oh. Susah ya mbak, benerin mesin kapal?"

"Susahnya tu, ngurusin yang nggak keliatan mata"

"Pake demit gitu?"

"Hais, ngurusin besi kok pake demit. Ada - ada aja adek ini" tukas ibu

"Hahahah"

"Maksud mbak, struktur mikro. Atom lah, gampangannya"

"Sampe ngurusin atomnya segala?"

"Iya. Sampe jadi perpustakaan tahu, rumah. Saking banyaknya referensi"

"Wah, sangar dong"

"Berarti nanti mbak mau buka bengkel sendiri, gitu?" Tanya ibu.

"Belum kepikiran sih bu. Paling enggak, ya gedein bengkelnya ayah.

"Oh, udah punya bengkel sendiri?"

"Alhamdulilkah, udah bu"

"Hmm, terus, siapa yang mau lanjutin sayur nih?" Tanya pak mukti.

"Rere dong" jawabku.

"Ih, kok gitu. Adek kan mau, " kilah rere, tapi tak diselesaikan kalimatnya.

"Hahaha.... Iya dek, bapak ngerti. Bapak cuman bercanda kok"

Aku tertawa melihat rere salah tingkah. Kami terus menggoda rere, sampai rere ngambek. Aku dilempar pisang goreng. Untuk beberapa saat, suasana berubah menjadi hening. Masing - masing kami sibuk menikmati cemilan yang terhidang di tengah - tengah karpet.

"Oh ya, bu. Lilis tadi nemu buku, isinya data - data orang yang pernah ngajuin kredit bahan bangunan di tokonya mbah dipo suryo" celetukku.

"Oh ya, dimana?" Tanya ibu.

"Di lantai dua, ruang paling depan" jawabku.

"Oke, terus?"

"Ada dua belas data, yang punya kesamaan"

"Kesamaan, oke. Kesamaannya apa, mbak?"

"Kesemuanya, pemohonnya perempuan. Statusnya sebagai seorang istri. Sebagian sudah punya anak"

"Loh, kok?"

"Itu dia, bu. Suaminya ada, tapi kenapa yang jadi pemohon, malah istri. Sedangkan suaminya hanya jadi saksi"

"Oke, i'm listening"

"Dari dua belas itu, semuanya di take over sama asuransi. Tapi tidak dijelaskan sebabnya apa"

"Boleh ibu lihat?"

"Uum, buku aslinya sih, lilis balikin ke atas. Tapi lilis udah salin untuk yang dua belas itu" jawabku sambil menyodorkan buku catatanku.

Tampak ibu membolak - balik buku catatanku. Tiap - tiap nama yang beliau baca, beliau berikan anggukan kepala, sebagai respon.

"Semuanya sudah meninggal, mbak" jawab ibu.

Terpopuler

Comments

marni sumarni

marni sumarni

nyimak ya kk thor.. like jg bunga nya... yg smgt utk lnjut smpe nnti end jgn berhenti tengah jln... mmg jd oenulis itu g mudah.. aq sebagai reader cm bisa blng smgt

2021-11-06

1

lihat semua
Episodes
1 HARI 1
2 HARI 1 >TEROR PERTAMA<
3 HARI 2 Sholat bersama ibu
4 Adek yang kurindukan
5 Jalan -Jalan Ke Tanah Makam
6 Kejahilan Dari yang tak terlihat
7 sekelumit sejarah
8 suami baru ibu
9 sejarah, berlanjut
10 Hari 3 (kabar mengejutkan)
11 Mana bayiku?
12 empat pocong
13 HARI 4 Petunjuk dari yang tak terlihat
14 Aku Cemburu
15 nyata tapi tidak nyata
16 Ilusi atau teknologi?
17 intimidasi dari kamar mandi
18 prapto, ternyata
19 first sight of enemy
20 terkunci di gudang
21 mulai terlihat
22 jasad yang dibangkitkan
23 hampir tidak selamat
24 HARI 6 ( hampir tanpa jejak )
25 mata tak terlihat
26 di luar batas logika
27 firasat
28 kunci rahasia
29 kabar duka
30 kepergian mbak ida
31 malam satu suro?
32 no place to sad
33 satu melawan tak terhitung
34 lilis kesakitan
35 intrik prapto
36 jalan tembus, tapi buntu
37 kemarahan lembu bergola
38 HARI 9 - lilis tak sadarkan diri
39 lilis sadar
40 keajaiban
41 tetap ikuti prosedur
42 rahasia lantai gudang
43 puting beliung
44 hampir mati di tangan lembu bergola
45 alam para malaikat bergetar
46 hari 11 - boikot
47 boikot 2
48 selalu ada yang pertama
49 dukungan untuk lilis
50 dalam suasana boikot
51 tak boleh pulang, gudang sayur dipindah
52 mbok karsinah?
53 ritual akan segera dimulai
54 Hari 13
55 pembantaian
56 (lilis) tumbal terakhir
57 eksekusi
58 Akhirnya
59 happy ending
Episodes

Updated 59 Episodes

1
HARI 1
2
HARI 1 >TEROR PERTAMA<
3
HARI 2 Sholat bersama ibu
4
Adek yang kurindukan
5
Jalan -Jalan Ke Tanah Makam
6
Kejahilan Dari yang tak terlihat
7
sekelumit sejarah
8
suami baru ibu
9
sejarah, berlanjut
10
Hari 3 (kabar mengejutkan)
11
Mana bayiku?
12
empat pocong
13
HARI 4 Petunjuk dari yang tak terlihat
14
Aku Cemburu
15
nyata tapi tidak nyata
16
Ilusi atau teknologi?
17
intimidasi dari kamar mandi
18
prapto, ternyata
19
first sight of enemy
20
terkunci di gudang
21
mulai terlihat
22
jasad yang dibangkitkan
23
hampir tidak selamat
24
HARI 6 ( hampir tanpa jejak )
25
mata tak terlihat
26
di luar batas logika
27
firasat
28
kunci rahasia
29
kabar duka
30
kepergian mbak ida
31
malam satu suro?
32
no place to sad
33
satu melawan tak terhitung
34
lilis kesakitan
35
intrik prapto
36
jalan tembus, tapi buntu
37
kemarahan lembu bergola
38
HARI 9 - lilis tak sadarkan diri
39
lilis sadar
40
keajaiban
41
tetap ikuti prosedur
42
rahasia lantai gudang
43
puting beliung
44
hampir mati di tangan lembu bergola
45
alam para malaikat bergetar
46
hari 11 - boikot
47
boikot 2
48
selalu ada yang pertama
49
dukungan untuk lilis
50
dalam suasana boikot
51
tak boleh pulang, gudang sayur dipindah
52
mbok karsinah?
53
ritual akan segera dimulai
54
Hari 13
55
pembantaian
56
(lilis) tumbal terakhir
57
eksekusi
58
Akhirnya
59
happy ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!