empat pocong

Langit sudah gelap. Bukan hanya tertutup awan hitam nan tebal, mentaripun sudah kembali ke peraduannya. Sudah pukul delapan malam, tapi belum ada tanda - tanda hujan akan mereda. Sudah begitu, sinyal ponsel menghilang.

Aku persiapkan saja sebisaku untuk malam ini. Aku keluarkan persediaan lilin yang kutemukan di dapur. Kebetulan masih ada tiga biji. Berjaga - jaga kalau listrik padam. Lampu emergency nya entah diletakkan dimana oleh ibu. Tapi kebetulan, aku punya lampu emergency sendiri. Yang dicolok ke power bank. Kuletakkan semua di meja tamu.

Selimut tebal juga sudah aku persiapkan. Malam ini, aku berniat untuk tidur di sofa. Sambil menonton televisi. Saat ini, saluran televisi lokal sedang membahas cuaca ekstrim yang terjadi belakangan ini. Peringatan banjir dan tanah longsor dikeluarkan pemerintah kabupaten. BPBD juga disiagakan. Ada masukan dari warga lewat telepon, agar tim BPBD nya disebar per kecamatan. Sehingga penanganan saat terjadi bencana bisa dilakukan lebih cepat.

"Setuju kalo itu sih" celetukku.

Di desa tempat aku berada, ternyata juga masuk dalam pembahasan. Selain geger keracunan tadi pagi, ternyata pemerintah desa di sini, bergerak lebih cepat. Kalau tadi, penelepon baru menyampaikan idenya sekarang, di desa ini, peralatan berat dan perahu karet bahkan sudah siap sejak kemarin sore.

Tak tanggung - tanggung, ada delapan perahu karet yang disewa pemdes dari kabupaten lain. Termasuk excavator, dozer, dump truck, pompa air, truk tangki, serta peralatan lain, sudah siap siaga di halaman balai desa. Para pengawak perahu karet juga sudah bersiaga. Ada dari mahasiswa, damkar, dan relawan dari daerah lain. Beberapa diantaranya terlihat masih muda, tampan, dan gagah.

"Rumah ini kan pinggir kali, dijagain kek. Penghuninya cewek lho, sendirian lagi. Itu yang ganteng, kirim ke sini kenapa"

Aku tertawa sendiri menyadari kebodohanku. Televisi diajak bicara, sampai kiamat juga tidak akan menjawab.

"Peettt"

"Yaaa"

Tiba - tiba listrik mati. Seketika rumah menjadi gelap gulita. Ditambah langit juga gelap tanpa bulan.

"Bener kan. Aduh, mana lagi hape" keluhku. Aku bangkit dari rebahanku, mencari ponsel yang tadi aku letakkan di bawah kepalaku.

"Nah, ini dia"

Aku nyalakan layarnya. Tujuanku adalah tombol virtual untuk mengaktifkan lampu flash.

"HWAAAAAAAAAA"

"Sraak"

"BRUUUKK"

"HWAAAAAAAAAA"

Betapa terkejutnya aku, saat lampu flash ponselku menyala, aku menemukan sesosok pocong tergeletak di meja. Sontak aku balik badan dan bermaksud untuk lari. Tapi karena di belakangku ada sandaran punggung sofa, aku harus terjatuh dulu. Masih dengan berteriak kencang, aku berlari menuju kamar.

"Allohu la ilaha illa huwal khayyul qoyyum... "

Aku langsung lompat ke ranjang, dan bersembunyi di balik selimut tebal kasur ini. Sambil bibirku melafadzkan ayat kursi. Dengan harapan, makluk halus tadi segera menghilang dan tidak menggangguku lagi.

Cukup lama aku bersembunyi, menghilangkan ketakutan. Aku terus melafadzkan ayat - ayat suci alqur'an selama ketakutanku belum mereda.

Setelah sekian surat aku lafadzkan, rasa takut dalam hatikupun mereda. Aku beralih untuk mengumpulkan keberanian.

Beberapa menit berselang, aku mulai bersiap keluar dari selimut. Aku miring ke kanan, mengintip keadaan di luar.

"Hhhuuuuuufff"

Kusibakkan selimut itu, setelah aku merasa yakin kalau keadaan sudah aman. Dan aku berniat untuk duduk.

"HWAAAAAAAA"

Baru juga duduk, sudah ada sosok lain menungguku.

"HWAAAAAAAA"

Hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku tak bisa bicara, tak bisa bergerak, bahkan untuk merem pun, aku tak bisa. Praktis aku bisa melihat dengan jelas bagaimanna rupa penampakan kali ini.

"Huuu... Huuu... Huuu" aku mulai menangis.

Rupa makluk ini lebih mengerikan. Dia sama sekali tak mempunyai penutup. Wajahnya penuh dengan luka parut, jidatnya terbelah, bibirnya rusak tak berbentuk. Di bawah, perutnya tampak berlubang. Jeroannya berhamburan tak karuan.

"HUUAAAAAAAA"

Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Sangat dekat, sampai aku merasakan darahnya ada yang memercik ke wajahku.

"HWAAAAA.... HWAAAAA.... HWAAAA"

Aku berteriak lebih histeris. Belum juga menghilang makluk di hadapanku, di sampingku muncul satu makluk lagi. Dia bangun dari posisi tidur, dan muncul dari balik selimut. Bola mataku bisa melirik ke samping, tapi sama sekali tidak bisa untuk berkedip.

"HUAAAAAAAAAAA"

Kali ini bentuknya masih pocongan. Aku bisa memastikan kalau dia adalah perempuan. Kain kafannya hampir seluruhnya berwarna merah, dengan bagian bawah tercabik - cabik

"Hwaaaaaaaa"

Aku takut bukan main melihat pemandangan mengerikan di depanku. Tanpa aku tahu sebabnya, tiba - tiba isi perut si pocong itu keluar semua. Usus, lambung, hati, ginjal, semuanya keluar begitu saja. Seperti balon berisi air, yang ditusuk dengan jarum.

"Tes.... Tes.... Tes"

"HWAAAAAAAAAAA"

Belum cukup dengan dua penampakan, dari arah atas, muncul lagi satu pocongan. Dia tergantung pada seutas tali. Kondisinya sama, perutnya tersayat benda tajam. Jeroannya terlihat jelas di mataku. Darah dan kotoran dari usunya menetes - netes di kepalaku.

"BRUUUKKK"

"HWAAAAAAAAAAAA"

Ternyata tiga belum cukup. Tiba - tiba pangkuanku kejatuhan satu makluk lagi. Kali ini dia sama sakali tidak punya kain penutup, sama seperti yang pertama. Yang ini lebih parah. Hampir di sekujur tubuhnya tersapat sayatan. Dari kulit kepala sampai kulit kaki, banyak sekali yang terkelupas, seperti dikuliti. Tapi sama seperti yang lain, kulit perutnya hilang. Isi perutnya berhamburan di pangkuanku.

"HWAAAAAA..... HWAAAAA.... HWAAAAAA"

Selain yang terakhir, makluk - makluk itu semakin mendekatkan wajahnya. Aku merasa mereka ingin memakanku.

"HWAAAAA..... HWAAAAAAA"

Wajah mereka sudah menempel di wajahku. Aku masih tidak bisa bergerak untuk kabur. Hanya mataku saja yang tiba - tiba bisa aku gerakkan. Dan aku memilih untuk merem.

"HWAAAAAAAA"

Mereka mulai menancapkan gigi - gigi mereka di wajahku. Sebentar lagi kepalaku pasti remuk.

"Mbak..."

Aku merasa mendengar suara rere. Tapi jauh.

"HWAAAAAAAAA"

"Mbak.... Mbak lilis"

Itu suara rere. Tolong dong re, tolong.

"PLAK"

Aku merasa wajahku ditampar seseorang.

"MBAK LILIS"

"HAAAAAA"

Mataku seperti dipaksa untuk terbuka. Tapi bukan pocongan yang kutemui, tapi wajah rere.

"Mbak lilis kenapa?"

Tampak dia kebingungan. Dan aku juga bingung. Kok suasana sudah terang benderang? Tapi bukan terangnya lampu. Dan aku berada si sofa di depan tivi. Bukannya baru saja aku diserang di kamar?

"Mbak lilis" tegur rere lagi.

"Huuuufffftttt"

Aku duduk sambil menghela nafas berat. Paham aku sekarang. Ternyata makluk - makluk itu menyerangku dari alam bawah sadar, dari alam mimpi.

Terpopuler

Comments

Hiatus

Hiatus

wlw bacanya siang2 ttp berasa tkt😭

2021-11-18

1

lihat semua
Episodes
1 HARI 1
2 HARI 1 >TEROR PERTAMA<
3 HARI 2 Sholat bersama ibu
4 Adek yang kurindukan
5 Jalan -Jalan Ke Tanah Makam
6 Kejahilan Dari yang tak terlihat
7 sekelumit sejarah
8 suami baru ibu
9 sejarah, berlanjut
10 Hari 3 (kabar mengejutkan)
11 Mana bayiku?
12 empat pocong
13 HARI 4 Petunjuk dari yang tak terlihat
14 Aku Cemburu
15 nyata tapi tidak nyata
16 Ilusi atau teknologi?
17 intimidasi dari kamar mandi
18 prapto, ternyata
19 first sight of enemy
20 terkunci di gudang
21 mulai terlihat
22 jasad yang dibangkitkan
23 hampir tidak selamat
24 HARI 6 ( hampir tanpa jejak )
25 mata tak terlihat
26 di luar batas logika
27 firasat
28 kunci rahasia
29 kabar duka
30 kepergian mbak ida
31 malam satu suro?
32 no place to sad
33 satu melawan tak terhitung
34 lilis kesakitan
35 intrik prapto
36 jalan tembus, tapi buntu
37 kemarahan lembu bergola
38 HARI 9 - lilis tak sadarkan diri
39 lilis sadar
40 keajaiban
41 tetap ikuti prosedur
42 rahasia lantai gudang
43 puting beliung
44 hampir mati di tangan lembu bergola
45 alam para malaikat bergetar
46 hari 11 - boikot
47 boikot 2
48 selalu ada yang pertama
49 dukungan untuk lilis
50 dalam suasana boikot
51 tak boleh pulang, gudang sayur dipindah
52 mbok karsinah?
53 ritual akan segera dimulai
54 Hari 13
55 pembantaian
56 (lilis) tumbal terakhir
57 eksekusi
58 Akhirnya
59 happy ending
Episodes

Updated 59 Episodes

1
HARI 1
2
HARI 1 >TEROR PERTAMA<
3
HARI 2 Sholat bersama ibu
4
Adek yang kurindukan
5
Jalan -Jalan Ke Tanah Makam
6
Kejahilan Dari yang tak terlihat
7
sekelumit sejarah
8
suami baru ibu
9
sejarah, berlanjut
10
Hari 3 (kabar mengejutkan)
11
Mana bayiku?
12
empat pocong
13
HARI 4 Petunjuk dari yang tak terlihat
14
Aku Cemburu
15
nyata tapi tidak nyata
16
Ilusi atau teknologi?
17
intimidasi dari kamar mandi
18
prapto, ternyata
19
first sight of enemy
20
terkunci di gudang
21
mulai terlihat
22
jasad yang dibangkitkan
23
hampir tidak selamat
24
HARI 6 ( hampir tanpa jejak )
25
mata tak terlihat
26
di luar batas logika
27
firasat
28
kunci rahasia
29
kabar duka
30
kepergian mbak ida
31
malam satu suro?
32
no place to sad
33
satu melawan tak terhitung
34
lilis kesakitan
35
intrik prapto
36
jalan tembus, tapi buntu
37
kemarahan lembu bergola
38
HARI 9 - lilis tak sadarkan diri
39
lilis sadar
40
keajaiban
41
tetap ikuti prosedur
42
rahasia lantai gudang
43
puting beliung
44
hampir mati di tangan lembu bergola
45
alam para malaikat bergetar
46
hari 11 - boikot
47
boikot 2
48
selalu ada yang pertama
49
dukungan untuk lilis
50
dalam suasana boikot
51
tak boleh pulang, gudang sayur dipindah
52
mbok karsinah?
53
ritual akan segera dimulai
54
Hari 13
55
pembantaian
56
(lilis) tumbal terakhir
57
eksekusi
58
Akhirnya
59
happy ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!