Mana bayiku?

Aku balik kanan dan memperhatikan ruang demi ruang di lantai dua. Entah mengapa, aku merasa ada sesuatu di sana.

"Bismillahirrohmanirrohim"

Kuawali pagi ini dengan basmalah. Kupasrahkan segalanya hanya kepada Tuhanku semata. Mengapa pagi - pagi sudah pasrah? Karena aku sendirian. Pas ada ibu, tidak ada gangguan berarti. Tapi kalau tidak ada ibu, seperti kemarin, dengan sombongnya penghuni tak terlihat di sini, menjahiliku.

Mungkin mereka masih tertawa - tawa, setelah sukses membuatku ketakutan sedemikian rupa. Tapi jangan lupa, aku masih di sini. Dan aku akan tetap di sini untuk dua belas hari lagi.

Kalau memang masih penasaran, silakan coba lagi. Ini, aku bawain pengki sama sapu. Aku mau beberes di lantai dua.

"Tok tok tok"

Ku ketuk pintu ruang di paling depan. Tertulis, ruang baca.

"Assalamualaikum, ya ahli ghoib"

Aku mencoba memberikan salam kepada penghuni tak terlihat di rumah ini. Barangkali mereka ada yang bermukim di ruangan ini.

"Aku mau bersihin ruangan ini. Kalo mau kenalan, boleh kok. Tapi tolong jangan bahayain aku ya. Aku kan manusia, punya jasad kasar. Kalo kejedot, sakit. Oke"

Aku bicara seolah - olah ada orang di depanku. Tak ada reaksi atas ucapanku semoga mereka paham.

"Waaaww"

Aku terpukau melihat isi dari ruangan ini. Aku tak tahu ukuran kamar ini, panjangnya mungkin kisaran sepuluh meter, lebarnya mungkin tujuh meteran. Seluas itu, isinya buku - buku dan arsip.

Walau berdebu cukup tebal, tapi aku masih bisa melihat dan membaca tulisan yang ada di sampul buku - buku itu. Deretan rak buku di sisi kiri, terisi dengan buku - buku pengetahuan yang berhubungan dengan bangunan. Mulai disain, ilmu bahan, Perhitungan beban, sampai tata kota.

Ada juga buku pengetahuan tentang rancang bangun di masa lalu. Dari jaman batu, jaman besi, sampai jaman sejarah. Pengetahuan tetang rancang bangun monumen - monumen megah dunia, seperti piramida mesir.

Ada buku - buku dengan tulisan jepang. Ada tulisan kecil di raknya, rancang bangun gedung tahan gempa. Memang, jepang memang negara dengan seribu bencana. Dengan kecerdasan diatas rata - rata, wajar kalau mereka sukses membangun gedung - gedung tahan gempa.

Ada juga buku - buku yang membahas rancang bangun benteng, bunker, termasuk ada juga yang membahas tentang rancang bangun silo rudal balistik antar benua.

"Busyet, kampus gua kalah ini, perpustakaannya" komentarku.

Dengan kemoceng lawas yang aku temukan di dapur, aku bersihkan kacanya.

"Teeeeng... "

"Haaa"

Aku terkejut mendengar suara kencang di dekatku, seperti suara musik. Tapi bukan dari ponselku.

"Teng teng teng.... Teeeeeeettt"

Dengan langkah perlahan tanpa suara, aku berjalan ke arah pintu. aku merasa ada orang asing yang masuk, ingin berbuat jahat.

"Teeeet.... Tet tet tet"

Suara orkestra itu masih mengalun, membahana di seantero ruangan. Kusiapkan kemocengku. Kusiapkan ujung gagangnya yang melengkung sebagai senjata.

"Tep.... Tep.... Tep" aku melangkah pelan. Aku berhenti di ujung lorong antar rak buku.

"HYAAAAA"

Aku hunuskan gagang kemocengku ke depan. Lalu aku tarik lagi dengan kuatnya.

"Teeeeet..... Teeet teeet"

"Loh, nggak ada siapa - siapa?" Gumamku.

Tapi aku tidak langsung tenang. Aku periksa semua lorong antar rak, ternyata kosong. Aku cari ke luar, tidak ada siapa - siapa.

"Hmm, siapa juga bisa masuk. Kan pintunya aku kunci semua" gumamku

Aku kembali lagi ke dalam. Aku baru sadar, mungkin ini cara makluk halus menyapaku. Ini lebih baik, menurutku. Lebih sopan, dan tidak berbahaya.

"Jangan nongol tiba - tiba ya. Aku belum pernah liat bangsa kalian. Yang kalem ya" kataku.

Entah mereka mau mengerti atau tidak.

Tidak ada lagi kejutan lain setelah aku bilang begitu. Ya sudah, aku lanjutkan saja acaraku bersih - bersih.

Selain buku - buku pengetahuan, banyak juga arsip - arsip lama disimpan di sini. Tapi bukan arsip semacam penawaran, penagihan, atau semacamnya. Tapi lebih pada arsip berupa gambar, lembar data material, amdal, dan semacamnya. Termasuk ada juga data - data tender yang pernah diikuti. Semuanya rapi dalam kemasan folder.

Ada satu rak yang isinya tentang data rencana. Semua isinya rencana. Ada folder yang isinya peta topografi, dari era enam puluhan, sampai sembilan puluhan. Ada folder yang isinya tentang potensi dari setiap kecamatan. Mengerucut pada infrastruktur utama untuk mengeksplorasi potensi itu. Termasuk infrastruktur pendukungnya.

Ada satu rak isinya data pembiayaan. Tidak tertulis jelas apa nama perusahaan jasa pembiayaannya. Tapi banyak sekali buku yang ada di rak pembiayaan ini. Mungkin buku - buku itu adalah data - data orang yang dibantu pembiayaannya dalam mendirikan sebuah bangunan.

Membaca setiap tulisan yang bisa kubaca, membuatku tak merasa kalau ternyata semua rak sudah aku bersihkan. Kacanya bersih, raknya juga bersih luar - dalam.

"DAAAKK"

"PRAAANG"

"Astaghfirulloh"

Untuk kedua kalinya di pagi ini aku terkejut. Suaranya dari kamar sebelah, ruang gym. Seperti kaca pecah. Aku berlari menghampiri ruang tersebut.

"Ceklek"

"Astaghfirulloh, barbel?"

Bagaimana ceritanya, barbel lima kilo, yang dudukannya menempel di dinding sisi kiri bisa terbang ke dinding sisi kanan, dekat pintu? Dan menabrak cermin besar yang menempel di tembok sisi kanan.

"Endi bayiku?"

Aku membaca tulisan yang muncul di kaca.

"Endi kafanku?"

Lanjutku membaca tulisan di bawahnya.

"Endi kan, mana. Mana bayiku? Mana kafanku?"

Aku berusaha menterjemahkan tulisan itu. Mengapa mereka menanyakan bayi? Bukankah kalau ada ibu hamil, meninggal saat melahirkan, dia termasuk syahid? Bukankah seharusnya tempatnya di 'iliyyin? Tempat yang dirindukan banyak orang jika mati nanti.

Lalu, mengapa pula ada yang menanyakan kafan? Aku belum mendengar cerita pencurian kafan. Lagipula buat apa? Kalaupun buat pesugihan, bukankah biasanya hanya talinya saja yang diambil?

"DAAAARRRRR"

"HWAAAW"

Keterkejutanku kali ini meruntuhkan benteng keberanian dalam hatiku, yang sedari tadi aku bangun. Aku berjongkok, dan menutup kedua telingaku. Pintu ruang gym ini tertutup dengan kerasnya. Seperti ada yang membanting.

Beberapa saat telah berlalu. Belum ada gangguan lain yang aku dengar. Aku memberanikan diri untuk membuka mataku. Aku langsung melihat ke belakang, dimana pintu itu berada. Benar, tertutup rapat.

"Endi bayiku?"

"HWAAA"

Aku terkejut ada yang berbisik di telinga kiriku.

"Huuuuu.... Huhuhu"

Berlanjut dengan suara tangisan seorang wanita. Tapi aku tak melihat sosok apapun.

"Endi bayiku?"

"Endi bayiku?"

"Endi bayiku?"

Suaranya semakin lama semakin banyak. Semakin riuh, dan semakin dekat.

"Plek" sebuah tepukan

"Eh" aku balik kanan

"HWAAAAAAAAAA"

Aku berteriak sekencang yang aku bisa. Di depan wajahku, ada wajah lain dalam bungkusan kain putih. Hidungnya tersumpal kapas. Wajahnya hampir busuk.

"HWAAAAAAAA"

Aku berlari ke arah pintu

"CKLEK CKLEK CKLEK CKLEK"

"TOLOOOOOOOONG"

"CKLEK CKLEK CKLEK CKLEK"

Entah kenapa, pintu yang tidak ada kuncinya, saat ini tidak bisa dibuka.

"Endi bayiku?"

Wajah itu sudah di pundak kiriku

"HWAAAAAAAAA"

"TOLOOOOOOOONG"

"CKLEK CKLEK CKLEK CKLEK"

"Endi bayiku?"

"TOLOOOOOOOONG"

"KLAAAAKK"

Pintu terbuka.

"HWAAAAAAAAAA"

Aku langsung berlari tunggang langgang keluar dari ruang gym itu. Aku turun dan lari ke halaman depan. Untungnya aku tidak mencabut anak kunci pintu depan. Bisa langsung di buka.

"Astaghfirullohaladzim"

Aku baru berhenti saat menyadari aku sudah diluar halaman. Ya, aku berlari sampai jalan yang menuju kebun pisang.

"Huuuuufftttt"

"Astaghfirullohaladzim"

Aku duduk di pinggir jalan samping rumah. Aku duduk bersandar pada pondasi taman. Sambil memandangi sungai yang mengalir di seberang jalan.

"Astaghfirullohaladzim"

"Astaghfirullohaladzim"

"Astaghfirullohaladzim"

Aku terus melafadzkan istighfar untuk menenangkan hatiku. Aku benar - benar tak menyangka, sepagi ini akan ada penampakan sebegitu jelasnya.

"Kenapa dia ngotot nanyain bayinya ya? Ada apa dengan bayinya?" Gumamku.

"Astaghfirullohaladzim"

Rasa takutku masih belum juga mereda.

"Enggak, bukan. Dia bukan ruh, dia bukan arwah. Baik orang berbakti maupun orang durhaka, masing - masing udah disediakan tempatnya menunggu kiamat. Tidak akan bisa kembali ke dunia. Itu pasti jin. Itu pasti jin"

Aku berusaha menggunakan logikaku. Mengeluarkan setiap referensi yang pernah aku baca maupun aku dengar.

"Bismillahilladzi La Yadhurru Ma’asmihi Syai’un fil Ardhi wa Laa fis Sama’i wa Huwas Sami’ul ‘Alim”

Aku melafadzkan doa, agar diberi keselamatan. Berhadapan langsung dengan makluk itu benar - benar membuatku malu. Karena sampai detik inipun, aku masih merasa takut. Tapi masih takut terhadap makluk halus, bukan yang menciptakan makluk itu.

"La haula wa la quwwata illa billah"

Aku bangkit dari dudukku. Menikmati angin yang semilir. Kemudian beranjak kembali ke halaman rumah. Sampai di halaman rumah, aku teringat sosok tadi. Tapi setelah tadi aku berdoa, sekarang aku jadi tak setakut tadi. Dengan kata lain, mereda. Dan muncul keinginan dalam hatiku untuk menuangkan sosok tadi ke dalam sebuah gambar.

"Bismillah"

Aku mantapkan hati, melangkahkan kaki, masuk ke dalam rumah. Sempat aku melihat ke atas, ke pintu tadi. Jantungku berdetak cepat. Masih terbuka, tapi sosok tadi tidak terlihat. Aku masuk ke dalam kamar, mengambil buku catatanku, dan kotak alat tulisku. Kemudian aku kembali ke halaman depan.

Kumulai menggoreskan pensilku di kertas bergaris. Menyambungkan garis demi garis. Bentuk wajahnya yang aku prioritaskan lebih dulu. Kubuat semirip mungkin. Siapa tahu, ada yang mengenali wajah ini. Dan tahu sejarah wanita ini.

"Tes... Tes"

Di buku catatanku, terbentuk tetesan air.

"Yah hujan. Padahal belum mendung"

Baru saja aku berkomentar begitu, tiba - tiba suasana menjadi gelap. Awan hitam seperti dikumpulkan semua di atas desa ini.

"Astaghfirulloh"

"KRATAK KRATAK KRATAK"

"Hujaaan"

Aku langsung berlari ke dalam rumah, menghindari terpaan hujan. Aku tak habis pikir, cuaca di sini bisa berubah secepat ini.

"Huufftt"

Semoga tidak sampai malam. Kalau sampai malam tidak reda, alamat sendiri lagi. Aku lanjutkan gambar sketsaku di ruang tamu. Untuk pertama kalinya, aku menggambar makluk yang bisa muncul di hadapanku kapan saja.

"Alhamdulillah"

Akhirnya selesai juga sketsa ini. Semoga ada informasi mengenai misteri rumah ini. Jam di ponselku sudah menunjukkan pukul sebelas empat puluh lima. Waktunya untuk menyiapkan makan siang. Dengan hujan yang selebat ini, aku jadi tidak yakin kalau rere akan kembali ke sini. Kalaupun kembali, itu pasti menunggu hujan berhenti.

Ya sudah, aku tinggalkan alat tulisku di meja ruang tamu. Dan beranjak menuju dapur. Olahan semur yang tadi tidak jadi dibuat rere, rasanya ingin aku jadikan.

"Pembuktian" celetukku.

Ya, bisa saja ini dijadikan pembuktian. Bahwa aku juga bisa memasak.

"Seeeng.... Seeeeeng"

Aromanya menggoda lidah untuk segera menyantapnya. Dan tak lama kemudian, semur ayam sudah terhidang cantik di meja makan. Sayang rere tidak hadir. Ya sudah aku nikmati sendiri hasil karyaku ini.

"Alhamdulillah"

Kenyang juga akhirnya. Tidak perlu mewah. Tujuan dari makan kan, mengenyangkan perut agar terbentuk energi.

Lamat - lamat aku mendengar suara adzan dalam derasnya guyuran hujan. Pertanda waktu sholat telah tiba. Aku tak boleh menunda. Harus aku segerakan, agar hajatkupun disegerakan oleh Gusti Alloh.

"Seeeerrr"

Kuambil wudhu. Kurasakan suhu airnya dingin. Hujan yang belum seberapa lama ini, sanggup menurunkan suhu benda yang diguyurnya.

Saat aku membentangkan sajadah, aku jadi teringat momen indah kemarin. Momen dimana aku menjadi makmum dari orang yang sangat aku rindukan. Sayangnya siang ini aku belum berkesempatan merasakannya lagi

"Allohu Akbar"

Kumulai ibadahku siang ini. Dalam setiap kalimat yang aku baca, aku mencoba menghadirkan Gusti Alloh dalam hatiku. Karena aku tak bisa melihatNya, tapi Dia sudah pasti melihatku.

"PRAANNG"

Aku terkejut hampir lompat. Saat aku ruku' di rokaat ke tiga, ada yang melemparkan gelas di sajadahku. Gelas itu pecah berkeping - keping, tepat di area sujudku. Untungnya tidak ada yang mengenai wajahku. Saat i'tidal, aku sempat berpikir, bagaimana caranya aku mengatasi serpihan kaca itu? Aku putuskan untuk bergeser ke kiri satu langkah. Area di situ bersih dari serpihan kaca. Dan akupun bisa sujud dengan aman.

"PRAAANK"

Melihatku bisa menghindari bahaya, tampaknya membuat yang usil tadi tidak senang. Di rokaat ke empat, kembali ada gelas yang pecah di area sujudku. Kali ini tidak hanya satu, mungkin ada tiga. Jadi sepanjang tiga langkah ke kiri, ada pecahan kaca di area sujud. Untungnya, area di belakangku tidak ada hambatan. Jadilah, sesaat sebelum sujud, aku melangkah mundur satu langkah. Sehingga aku bisa menghindari serpihan kaca itu.

"Assalamualaikum warohmatulloh"

Akhirnya, aku bisa menyelesaikan sholatku dengan baik. Kusebarkan pandangan ke seluruh ruangan. Tak ada tanda - tanda jejak orang.

Aku biarkan dulu berserekan begitu. Aku lanjut wiridan dulu sampai doa. Baru aku beranjak ke belakang memgambil pengki dan sapu.

Aku baru sadar, kalau aku diganggu pas sholat, sekalipun mataku melihat, tapi aku merasa tenang. Aku tidak takut, bahkan bisa tersenyum. Selesai membersihkan pecahan gelas, aku langsung ke ruang tamu. Menyalakan tivi untuk menghilangkan bosan

Terpopuler

Comments

Hiatus

Hiatus

sumpah baca ini aku scrollnya pelan loh, tkt tau2 ada visualnya🤣

2021-11-18

2

Hiatus

Hiatus

koreksi ya mas othor.
disain = desain. 😊

2021-11-18

2

lihat semua
Episodes
1 HARI 1
2 HARI 1 >TEROR PERTAMA<
3 HARI 2 Sholat bersama ibu
4 Adek yang kurindukan
5 Jalan -Jalan Ke Tanah Makam
6 Kejahilan Dari yang tak terlihat
7 sekelumit sejarah
8 suami baru ibu
9 sejarah, berlanjut
10 Hari 3 (kabar mengejutkan)
11 Mana bayiku?
12 empat pocong
13 HARI 4 Petunjuk dari yang tak terlihat
14 Aku Cemburu
15 nyata tapi tidak nyata
16 Ilusi atau teknologi?
17 intimidasi dari kamar mandi
18 prapto, ternyata
19 first sight of enemy
20 terkunci di gudang
21 mulai terlihat
22 jasad yang dibangkitkan
23 hampir tidak selamat
24 HARI 6 ( hampir tanpa jejak )
25 mata tak terlihat
26 di luar batas logika
27 firasat
28 kunci rahasia
29 kabar duka
30 kepergian mbak ida
31 malam satu suro?
32 no place to sad
33 satu melawan tak terhitung
34 lilis kesakitan
35 intrik prapto
36 jalan tembus, tapi buntu
37 kemarahan lembu bergola
38 HARI 9 - lilis tak sadarkan diri
39 lilis sadar
40 keajaiban
41 tetap ikuti prosedur
42 rahasia lantai gudang
43 puting beliung
44 hampir mati di tangan lembu bergola
45 alam para malaikat bergetar
46 hari 11 - boikot
47 boikot 2
48 selalu ada yang pertama
49 dukungan untuk lilis
50 dalam suasana boikot
51 tak boleh pulang, gudang sayur dipindah
52 mbok karsinah?
53 ritual akan segera dimulai
54 Hari 13
55 pembantaian
56 (lilis) tumbal terakhir
57 eksekusi
58 Akhirnya
59 happy ending
Episodes

Updated 59 Episodes

1
HARI 1
2
HARI 1 >TEROR PERTAMA<
3
HARI 2 Sholat bersama ibu
4
Adek yang kurindukan
5
Jalan -Jalan Ke Tanah Makam
6
Kejahilan Dari yang tak terlihat
7
sekelumit sejarah
8
suami baru ibu
9
sejarah, berlanjut
10
Hari 3 (kabar mengejutkan)
11
Mana bayiku?
12
empat pocong
13
HARI 4 Petunjuk dari yang tak terlihat
14
Aku Cemburu
15
nyata tapi tidak nyata
16
Ilusi atau teknologi?
17
intimidasi dari kamar mandi
18
prapto, ternyata
19
first sight of enemy
20
terkunci di gudang
21
mulai terlihat
22
jasad yang dibangkitkan
23
hampir tidak selamat
24
HARI 6 ( hampir tanpa jejak )
25
mata tak terlihat
26
di luar batas logika
27
firasat
28
kunci rahasia
29
kabar duka
30
kepergian mbak ida
31
malam satu suro?
32
no place to sad
33
satu melawan tak terhitung
34
lilis kesakitan
35
intrik prapto
36
jalan tembus, tapi buntu
37
kemarahan lembu bergola
38
HARI 9 - lilis tak sadarkan diri
39
lilis sadar
40
keajaiban
41
tetap ikuti prosedur
42
rahasia lantai gudang
43
puting beliung
44
hampir mati di tangan lembu bergola
45
alam para malaikat bergetar
46
hari 11 - boikot
47
boikot 2
48
selalu ada yang pertama
49
dukungan untuk lilis
50
dalam suasana boikot
51
tak boleh pulang, gudang sayur dipindah
52
mbok karsinah?
53
ritual akan segera dimulai
54
Hari 13
55
pembantaian
56
(lilis) tumbal terakhir
57
eksekusi
58
Akhirnya
59
happy ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!