HARI 2 Sholat bersama ibu

"Assholaaaatu khoirum minan naum"

Lamat - lamat kudengar suara adzan. Saat aku mencoba membuka mata, kamar ini sudah terang benderang. Rupanya listrik sudah menyala kembali.

"Ibu?"

Tak kudapati ibu di sisiku. Tapi aku mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Benar, tak lama kemudian, ibu muncul dari kamar mandi.

"Eh, anak ibu udah bangun"

Ibu menyapa dengan senyuman manis. Senyum yang aku sendiri bahkan sudah lupa. Tapi lamat - lamat, aku mengenang masa - masa antara aku usia tiga sampai lima tahun. Sapaan itu, aku mengenalnya.

"Yuk, bangun mbak. Wudhu" lanjut ibu.

Aku duduk, ibu duduk di tepian ranjang. Tangannya cekatan memakai masker sekali pakainya Sekilas aku melihat ibu tampak bingung. Ya, pastinya. Di wajahku pasti tampak sesuatu olehnya.

"Kenapa mbak?" Tanya ibu.

Sapaan itu, untuk ke sekian kali ibu mengatakannya semenjak aku datang. Sapaan yang sudah enam belas tahun tidak aku dengar. Ingin sekali aku memeluknya. Memeluk sepenuhnya. Tapi aku masih takut, karena kondisiku saat ini. Sedekat inipun seharusnya tidak boleh.

"Mboten, mboten bu" jawabku.

"Eh, embak masih bisa bahasa jawa?" Tanya ibu terkejut.

"Hehehe... Sedikit bu. Kalo denger doang, ngerti bu. Tapi buat ngomong, perlu belajar lagi deh, kayaknya" jawabku sambil meringis malu.

"Hahaha... Iya, ndak apa - apa. Yuk, wudhu"

"Iya"

Aku beringsut ke pinggir, dan berjalan meninggalkan beliau. Dalam balutan air wudhu, air mataku meleleh. Mengiringi rasa dihatiku, yang penuh dengan haru, sedih, dan juga bahagia, yang berebut ingin keluar.

"Embak bawa mukena kan?" Tanya ibu.

Aku yang baru keluar kamar mandi, cukup terkejut dibuatnya. Untung aku tidak teriak.

"Bawa bu" jawabku.

Kukeluarkan mukenaku dari dalam tas. Mukena spesial, yang tak pernah aku tinggalkan. Mukena yang sangat ketat aku jaga.

"Loh?"

Tampaknya ibu mengenali mukena ini. Tapi aku pura - pura tidak tahu saja.

"Ada apa bu?" Tanyaku.

Ibu tak langsung menjawab. Tapi memperhatikanku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mata ibu tampak berkaca - kaca.

"Ndak, ndak papa. Embak jadi imam gih" jawab ibu tergagap.

"Nggih yang sepuh dong bu. Masa yang muda" tolakku halus.

Ibu tergelak mendengarku menyelipkan bahasa jawa halus. Tidak ada perdebatan lagi. Ibu mengangguk tanda setuju. Untuk pertama kalinya, setelah enam belas tahun lamanya, aku sholat dengan ibu lagi. Entah, apakah dulu aku pernah berjamaah dengan ibu atau belum. Aku tak ingat.

"Allohu Akbar"

Bergetar suara ibu melafadzkan kalimat suci itu. Bergetar pula seluruh tubuh ini mendengar dan melafadzkannya pula. Setiap kalimat yang ibu baca lantang, serasa menghujam keras dalam sanubariku. Apalagi ibu membacakan surat al - a'la dan al - ghasiah, dalam dua rokaat, subuh ini.

Dalam sujud ini, kutumpahkan semua keluh kesah hatiku pada Alloh 'Azza wa Jalla. Keinginanku untuk segera pulih dari covid, agar aku bisa memeluk kembali ibu yang kurindukan selama ini.

"Assalamualaikum warohmatulloh"

Kalimat pamungkas dalam sholat, yang sering membuatku merasa sedih. Sering saat salam ini, ingatanku melayang pada momen enam belas tahun lalu. Tak bisa aku menahan diri lagi.

Langsung aku sodorkan tanganku. Sambutan dari ibu tak sedetikpun aku tunda. Langsung aku mencium telapak tangannya, dan aku bersujud di pangkuannya. Tangis kerinduanku tak bisa aku tahan lagi. Membuncah sejadi - jadinya. Cukup lama ibu mengelus - elus kepalaku. Dan aku menikmati setiap elusan itu.

"Kita bikin sarapan yuk, mbak" celetuk ibu.

Aku tersentak dari lamunanku. Perlahan aku mundur teratur. Duduk kembali sambil memandang bingung.

"Ibu yang masak. Embak, mandi aja" lanjut ibu.

Senyumnya mencairkan suasana. Entah apa arti senyuman itu. Apa ibu berfikir, aku tidak bisa memasak, ya? Ya sudah, biar saja. Aku pamit untuk mandi. Ibu keluar kamar dengan tertawa kecil. Benar kalau begini, aku dianggap tidak bisa memasak. Aku hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Krieeeeeett"

"Blem"

"Astaga"

Begitu aku masuk kamar mandi, rasanya seperti ada orang yang memperhatikanku. Tapi kan aku hanya sendiri. Aku perhatikan betul - betul sekelilingku. Plastik bening tebal pembatas bathtub aku singkap. Tidak ada siapa - siapa. Di atasku hanya ada plafon. Aku yakin di atasnya sudah mentok dengan beton cor. Tapi karena sering nonton film action bareng ayah, aku jadi tidak langsung yakin.

"Tok tok"

"Tok tok"

"Tok tok"

Aku ketuk setiap sisi dinding, memastikan bahwa dinding kamar mandi ini semuanya tembok. Jangan sampai ada dinding yang ternyata berbahan kayu atau triplek. Berarti sudah dimanipulasi. Termasuk plafon di atasku.

"Tembok semua" gumamku.

Tapi entah mengapa, hatiku tetap merasakan gelisah. Seolah - olah ada orang di dekatku, tapi aku tidak bisa melihatnya. Bulu - bulu di tanganku tiba - tiba merinding.

"Astaga"

Melihat bulu - bulu tanganku meremang, aku berjalan lagi keluar kamar mandi. Aku hela nafas panjang, dan aku bersiap kembali lagi.

"Bismillahirrohmanirrohim. Allohumma inni a'udzubika minal khubusi wal khobaits"

Kuucapkan doa itu dengan sepenuh hati. Dengan kedua tangan tengadah di depan wajah. Setelah itu, kulangkahkan kaki kiriku untuk masuk ke kamar mandi.

"Bleb"

"Aahh"

Aku terkejut mendapati ruangan ini mendadak gelap.

"Bleb bleb bleb"

"Byaar"

Lampu itu berkedip lagi sambil mengeluarkan suara frekuensi rendah. Setelah beberapa kali kedipan, lampu itupun menyala lagi, dan tidak berkedip lagi. Kuedarkan pandangan mataku. Sejauh dinding yang bisa aku sapu, tak kulihat ada yang berbeda. Tapi hatiku sudah tak lagi gelisah.

Episodes
1 HARI 1
2 HARI 1 >TEROR PERTAMA<
3 HARI 2 Sholat bersama ibu
4 Adek yang kurindukan
5 Jalan -Jalan Ke Tanah Makam
6 Kejahilan Dari yang tak terlihat
7 sekelumit sejarah
8 suami baru ibu
9 sejarah, berlanjut
10 Hari 3 (kabar mengejutkan)
11 Mana bayiku?
12 empat pocong
13 HARI 4 Petunjuk dari yang tak terlihat
14 Aku Cemburu
15 nyata tapi tidak nyata
16 Ilusi atau teknologi?
17 intimidasi dari kamar mandi
18 prapto, ternyata
19 first sight of enemy
20 terkunci di gudang
21 mulai terlihat
22 jasad yang dibangkitkan
23 hampir tidak selamat
24 HARI 6 ( hampir tanpa jejak )
25 mata tak terlihat
26 di luar batas logika
27 firasat
28 kunci rahasia
29 kabar duka
30 kepergian mbak ida
31 malam satu suro?
32 no place to sad
33 satu melawan tak terhitung
34 lilis kesakitan
35 intrik prapto
36 jalan tembus, tapi buntu
37 kemarahan lembu bergola
38 HARI 9 - lilis tak sadarkan diri
39 lilis sadar
40 keajaiban
41 tetap ikuti prosedur
42 rahasia lantai gudang
43 puting beliung
44 hampir mati di tangan lembu bergola
45 alam para malaikat bergetar
46 hari 11 - boikot
47 boikot 2
48 selalu ada yang pertama
49 dukungan untuk lilis
50 dalam suasana boikot
51 tak boleh pulang, gudang sayur dipindah
52 mbok karsinah?
53 ritual akan segera dimulai
54 Hari 13
55 pembantaian
56 (lilis) tumbal terakhir
57 eksekusi
58 Akhirnya
59 happy ending
Episodes

Updated 59 Episodes

1
HARI 1
2
HARI 1 >TEROR PERTAMA<
3
HARI 2 Sholat bersama ibu
4
Adek yang kurindukan
5
Jalan -Jalan Ke Tanah Makam
6
Kejahilan Dari yang tak terlihat
7
sekelumit sejarah
8
suami baru ibu
9
sejarah, berlanjut
10
Hari 3 (kabar mengejutkan)
11
Mana bayiku?
12
empat pocong
13
HARI 4 Petunjuk dari yang tak terlihat
14
Aku Cemburu
15
nyata tapi tidak nyata
16
Ilusi atau teknologi?
17
intimidasi dari kamar mandi
18
prapto, ternyata
19
first sight of enemy
20
terkunci di gudang
21
mulai terlihat
22
jasad yang dibangkitkan
23
hampir tidak selamat
24
HARI 6 ( hampir tanpa jejak )
25
mata tak terlihat
26
di luar batas logika
27
firasat
28
kunci rahasia
29
kabar duka
30
kepergian mbak ida
31
malam satu suro?
32
no place to sad
33
satu melawan tak terhitung
34
lilis kesakitan
35
intrik prapto
36
jalan tembus, tapi buntu
37
kemarahan lembu bergola
38
HARI 9 - lilis tak sadarkan diri
39
lilis sadar
40
keajaiban
41
tetap ikuti prosedur
42
rahasia lantai gudang
43
puting beliung
44
hampir mati di tangan lembu bergola
45
alam para malaikat bergetar
46
hari 11 - boikot
47
boikot 2
48
selalu ada yang pertama
49
dukungan untuk lilis
50
dalam suasana boikot
51
tak boleh pulang, gudang sayur dipindah
52
mbok karsinah?
53
ritual akan segera dimulai
54
Hari 13
55
pembantaian
56
(lilis) tumbal terakhir
57
eksekusi
58
Akhirnya
59
happy ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!