Aku Bukan Dia

Aku Bukan Dia

1

Di sebuah dapur restoran Spagetti yang sangat sibuk. Setiap orang mengerjakan pekerjaannya masing-masing, tak ada yang bersantai.

"Meja 14 dua pasta bolognese, satu aglio o lio dan dua carbonara. Kenapa kalian lambat sekali!"

teriak Davin kepada mereka yang ada di dapur.

Yudi, chef di sana, mendelik kemudian menyiapkan pesanan yang Davin teriakan. Yang lainnya pun secara otomatis menyiapkan bahan dan peralatan yang akan dipakai.

Yudi terlihat kesal, dia memang tak suka saat Davin yang merupakan manager baru datang dan mengambil alih restoran. Mereka selalu tak sejalan dan saling bertentangan. Namun Yudi tak bisa meluapkan kekesalannya, dia sangat membutuhkan pekerjaan itu dan mencoba bertahan.

"HEI....RANIA....!" teriak Yudi melampiaskan kekesalannya.

Rania terkejut, dengan tidak sengaja dia melempar wajan kecil yang sedang dia cuci. Semua orang juga terhenti sejenak saat Yudi berteriak.

Rania menutup matanya ketakutan, menelan ludah dan perlahan berbalik menghadap Yudi.

"Ya Chef!"jawab Rania dengan suara yang bergetar karena takut.

"CUCI YANG BENAR...MASA SISA MASAKAN TADI MASIH ADA DI WAJAN INI!"

intonasi suara Yudi sangat mencerminkan kemarahannya.

Rania menelan ludah nya lagi. Dia hanya bisa diam mengangguk.

"JAWAB! KAU BISA ATAU TIDAK? KALAU KAU TAK SANGGUP GANTIKAN SAJA DENGAN ORANG LAIN!"

Teriakan Yudi terdengar oleh Davin yang sedang membuka pintu dapur. Davin berlagak dan mengerutkan dahinya.

"Ada apa ini?" tanya Davin.

Rania menggerakkan tangannya dan mengucapkan agar Yudi tak mengatakannya pada Davin tanpa suara. Yudi hanya mendelik meski sudah paham dengan gerakan bibir Rania. Dia berbalik menghadap Davin.

"Tidak...ini urusan ku dengan anak buahku. Ku harap kau tak ikut campur!" jawab Yudi yang juga bersikap menyebalkan pada Davin.

Davin menghela nafas dan tersenyum sinis.

"Kalau begitu, kembali bekerja. Jangan sampai anak buah mu mengacaukan makan siang hari ini" jelas Davin.

Dia kembali keluar dan membantu pelayan yang lain melayani para tamu yang hendak memesan.

Rania kembali mencuci dengan bersih dan cepat. Dia sangat berusaha agar tak diteriaki lagi oleh Yudi. Chef yang sangat dia kagumi.

Makan siang telah berlalu, pelanggan yang datang mulai menurun. Pesanan pun bisa ditangani oleh Dana, assisten Chef. Sementara yang lainnya bisa istirahat dan makan sebentar. Namun Rania masih mencuci peralatan sisa yang menumpuk.

Yudi yang sedang istirahat sambil meminum Cappucino dinginnya, menatap Rania yang masih sibuk. Dia merasa sudah bersikap dan bicara terlalu keras selama ini pada Rania. Namun sikap Rania tak pernah berubah. Dengan menatap gelas Cappucino yang ada di tangannya, dia teringat kurir yang mengantarkannya berkata bahwa Cappucino ini pesanan Rania untuk nya.

"Cewek bodoh, jatuh cinta kok sama orang yang berteriak setiap hari padanya. Dimana pikirannya!" gumam Yudi.

Rania selesai dan berbalik, meski jauh, tepat matanya langsung menatap Yudi yang juga sedang memperhatikannya. Yudi tersedak sesaat sadar bahwa Rania tiba-tiba berbalik. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Rania tersenyum melihat Yudi meminum Cappucino dingin pesanannya. Sudah setahun mereka bekerja dalam satu restoran. Beberapa bulan terakhir Rania merasa Yudi sangat terlihat keren saat memasak meskipun sering nya dia diteriaki karena kurang konsentrasi saat bekerja. Sering sekali Rania memesankan minuman kesukaan Yudi dengan merahasiakan namanya pada kurir.

Namun seiring berjalan waktu, Yudi pun penasaran dan menanyakan siapa yang memesankan nya untuk dirinya. Akhirnya Yudi tahu bahwa Rania suka padanya. Namun karena Rania hanya tukang cuci piring di sana, Yudi menolak pernyataan Rania. Dia merasa bahwa dia berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dari Rania.

Rania menerima penolakan Yudi yang menurutnya memang masuk akal. Dia juga berpikir dirinya tak pantas menjadi pacar Chef yang terampil dan tampan. Namun Rania tetap menghargai dan bersikap seperti biasa. Yudi pun tak bisa berbuat apa-apa. Karena satu dua hal dia tak bisa menghindar untuk tak bertemu dengan Rania.

Rania menyantap makan siangnya dan merasa sudah senang meski hanya minuman dingin yang dia berikan diminum oleh Yudi. Menatap Yudi yang sudah akan mulai bekerja kembali. Pegawai lain hanya bisa tersenyum melihat kepolosan Rania yang tetap menyukai Yudi meski sering di teriaki.

Hari ini, pelanggan kali ini sangat sangat banyak membuat mereka sangat sibuk. Rombongan wisatawan datang secara tiba-tiba entah hendak datang atau hendak pergi kemana. Rania selesai dengan pekerjaannya, dia pulang terakhir setelah yang lainnya pulang terlebih dahulu.

Rania menghela nafas saat keluar dari pintu belakang restoran. Menatap langit yang sudah gelap, kedua tangannya masuk ke saku jaket Hoody nya. Dengan sedikit mengangkat bahunya dia kembali menghela nafas.

Dengan perlahan dia berjalan menuju halte. Beberapa orang terlihat masih nongkrong di dekat restoran tempat nya bekerja. Rania memperhatikan mereka, namun kembali mengalihkan pandangannya ke jalan, khawatir bus melewati nya. Dan benar saja, bus datang dan berhenti sebentar di halte. Rania tertinggal, dia berlari sekuat tenaga, berteriak agar supir berhenti untuk membawanya.

"Tungguuu......! Pak...! Rania belum naik! Pakk......!"

Bus berhenti, Rania sampai di depan pintu bus. Supir tertawa puas karena telah mengerjainya. Rania terengah-engah dan masuk sambil mencubit lengan supir langganannya.

"Pantesan aja langsung pergi! Bapak tahu kan kalo Nia masih jalan tadi?" ucap Rania yang duduk persis di belakang supir.

"Hahaha...biar olah raga dikit lah. Lu kan ngeluh beberapa hari belakangan kerjaan lu cuma diem" jelas Pak Rusdi sambil kembali menyetir.

"Wah...Pak. Hari ini, restoran rame banget. Lagi kedatangan wisatawan lokal. Ada juga pelanggan baru yang suka masakan rekomendasi Chef Yudi. Pokok nya sibuk banget, sampe susah duduk" jelas Rania dengan semangat.

"Oh...chef idola elu itu ya? Gimana kabar nya? Masih belum dia nerima perasaan lu?" tanya Pak Rusdi mengejeknya.

"Huhhhff....Bapak ko ngeledek gitu sih. Tapi iya juga sih Pak. Ga ada harapan, siapa lah aku ini Pak, hanya buruh cuci piring" ucap Rania berakting memelas.

Pak Rusdi tertawa terbahak-bahak. Rania pun tertawa meski sebenarnya dia sudah cape bekerja. Namun merasa terhibur dengan cara Pak Rusdi bicara dengannya.

Sampai di dekat gang rumah Rania, Pak Rusdi menghentikan bus.

"Dah, sono pulang. Jangan lupa, besok saya pesan 20 bungkus nasi kotak. Bawa sekalian pas lu berangkat kerja. Salam buat emak lu ya!" ucap Pak Rusdi.

Rania turun sambil mendengarkan pesan Pak Rusdi.

"Oke..oke..siap Bos!" jawab Rania.

Bus pergi, begitupun Rania. Malam itu gang masih ramai oleh para pemuda yang nongkrong sambil ngopi dan merokok juga melantunkan lagu-lagu galau dengan gitar mereka. Rania berpapasan dengan mereka, sambil ikut melantunkan lagu yang mereka bawa kan.

"Kau....jaga slalu hati mu...saat jauh dari ku, tunggu aku kembali...." senandung Rania dengan gaya dan seolah-olah berada dalam konser band yang menyanyikan lagu itu.

Dua pemuda berdiri menyambutnya, mereka membungkukkan diri seolah Rania adalah putri raja yang baru melewati mereka. Rania membalas perlakuan mereka dengan seolah-olah memiliki rok seorang putri dan berlagak. Mereka pun tertawa bersama menertawakan tingkah mereka sendiri.

"Mantaaaaap....! Thank you princes Rania....!" seru Dani salah satu dari mereka.

Rania membuat bulatan kecil dengan jari telunjuk dan jempolnya. Dia tersenyum dan masuk ke rumah yang cukup dekat dengan tempat mereka nongkrong.

"Assalamualaikum....!" seru Rania.

Tak ada yang menjawab, semua orang sudah tidur. Rania perlahan membuka kamar ibunya, benar saja ibunya sudah terlelap. Lalu, saat hendak menuju kamarnya, dia teringat tak melihat Ramadhan adiknya di sofa. Rania menghela nafas dan cepat paham dengan situasi ini. Ramadhan tak ada di sofa, jadi dia yang harus tidur di sana malam ini. Dengan menghela dia masuk kamar mandi dan membersihkan diri.

Selesai mandi, Rania teringat sesuatu.

"Oh iya, Ramadhan kan mau ujian masuk sekolah pilot! Apa dia sudah siap?" gumam Rania.

Saat hendak membuka pintu kamar nya, dia mengurungkan niatnya.

"Tidak, Ramadhan sudah sangat siap. Pertanyaan nya adalah....Apa tabungan gue udah cukup atau belum buat biaya nya selama di sana?" gumamnya lagi.

Rania duduk di sofa, sambil menyelimuti dirinya dengan sarung dia perlahan berbaring. Otak nya tak berhenti berpikir meski matanya sudah sangat mengantuk. Perlahan rasa kantuk mengalahkannya. Hari yang sangat sibuk hari ini, bus yang senang mengerjainya untuk lari malam-malam dan ranjang sofa khusus untuknya hari ini.

Huuffffhhhh.....

Rania Ramadhania putri dari pasangan Heru dan Vera. Adiknya bernama Aditya Ramadhan masih berusia 10 tahun saat ditinggal ayah mereka meninggal, sedangkan Rania berumur 14 tahun. Vera ibunya menjadi pedagang di pasar dadakan dekat rumahnya sepeninggal suaminya. Berjuang sendiri hingga Rania lulus SMA.

Lulus SMA, Rania langsung mencari kerja. Tak lama dia mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan di restoran Spagethi yang cukup terkenal di kota. Ya, tempat yang sama. Seiring berjalan waktu, kehadirannya sebagai pelayan membuat beberapa pelanggan menyukainya dan secara terang-terangan bersaing ingin mendapat perhatiannya. Namun Rania yang cuek membuat mereka semakin penasaran dengan Rania. Namun keadaan semakin kacau saat pelayan wanita yang lain merasa tak suka padanya. Rania terancam dipecat saat itu.

Vero manager saat pertama Rania masuk kerja, memahami keadaan Rania. Dengan melipat tangannya Rania memohon pada Vero untuk tak memecatnya. Dia sangat membutuhkan pekerjaan itu.

Vero menatapnya dengan rasa kasihan, di usia belia Rania harus bekerja keras untuk membiayai kehidupan keluarganya. Akhirnya Vero memindahkan Rania ke bagian dapur dan mencuci piring adalah pilihannya karena Rania tak bisa memasak.

Bertahan hingga sekarang, Rania tetap jadi tukang cuci piring. Vero sudah digantikan oleh Davin sekarang, posisi Rania tetap di sana. Belakangan Rania mengetahui bahwa Vero menitipkan Rania pada Yudi. Rania mendengar percakapan mereka.

"Yud, gue bakal pindah ke Semarang. Gue cuma nitip satu, tolong lu jagain Rania. Semarah apapun elu atas kecerobohannya atau kesalahannya jangan biarkan dia dipecat" ucap Vero pada Yudi.

Rania tak mendengar jawaban dari Yudi. Dia pergi ke dapur terburu-buru. Mereka bersikap biasa dan bekerja dengan biasa nya. Rania berusaha bekerja dengan baik dan cekatan. Meski sebenarnya kapasitasnya sudah maksimal. Pekerjaan mencuci piring di restoran itu memang seharusnya dikerjakan oleh lebih dari satu orang. Namun Yudi ingin Rania bisa cekatan dan mampu menyamai kecepatannya.

Penghasilan sebagai tukang cuci piring lumayan besar karena dia melakukan pekerjaan itu sendiri. Namun cita-cita Ramadhan membuat Rania harus bekerja ekstra lagi agar bisa mencapainya. Ibunya juga dengan terang-terangan menekan Rania untuk fokus mencari uang untuk mendukung cita-cita Ramadhan.

Suara adzan di mesjid jelas terdengar dan membangunkan Rania. Dengan berat dia bangun dan membuka matanya. Rasa kantuknya masih memeluknya, saat Rania hendak kembali berbaring terdengar suara pintu terbuka dari kamar mandi.

"Bangun....! Siapin sarapan buat Ramadhan, dia berangkat pagi buat les. Ujiannya sebentar lagi jadi dia harus rajin les" jelas ibunya.

Rania kembali bangun dan berdiri dengan matanya yang masih tertutup, dia berjalan menuju kamar mandi hendak mencuci wajahnya yang masih mengantuk.

"Eh....malah masih merem. Buka matanya ntar lu jatoh lagi!" seru Ibunya.

Rania terhenti di meja makan dekat tumpukan pesanan nasi kotak.

"Pesenan Pak Rusdi udah ibu pisahin di meja, dah dikereskin. Tinggal nganter, uangnya lu simpen buat nambahin biaya adik lu ujian" ucap Ibunya.

Rania hanya membuka mulutnya sambil melihat bibir ibunya yang terus bicara.

"Kebiasaan deh, ga pernah jawab!" keluh ibunya.

"Iya bu, Rania denger. Rania masih ngumpulin nyawa nih!" ucap Rania sambil membasuh wajahnya.

"Ibu berangkat. Inget bikinin nasi goreng buat Ramadhan. Gak tau kenapa dia suka banget ma nasi goreng lu. Sampe ga mau sarapan kalo ga pake nasi goreng buatan lu. Salamualaikum!" ibunya keluar.

"Emak emak, bisa banget nyerocos nya. Huuh!" gumam Rania.

Hari mulai siang, Ramadhan melahap semua nasi goreng yang dibuat kakaknya. Rania masih mengganti baju setelah lama menunggu Ramadhan yang juga ganti baju.

Rumah kecil itu hanya terdapat 2 kamar. Satu kamar kecil yang digunakan ibunya untuk tidur. Kamar yang hanya cukup untuk tempat tidur kecil dan satu lemari plastik. Sedangkan kamar yang satunya lebih besar sedikit, namun hanya kasur kecil yang cukup di sana. Tumpukan buku dan lemari baju Rania dan Ramadhan memenuhi kamar itu.

"Kak, aku berangkat ya!" seru Ramadhan.

"Lu udah makan kan?" jawab Rania dengan teriak.

"Udah..! Assalamualaikum" jawab Ramadhan.

"Waalaikumsalam. Bagus, jadi kan emak gua ga nyerocos kalau lu ga makan" gumamnya di depan kaca sambil menyisir rambutnya.

Keluar dari kamar, Rania menatap rumahnya yang sepi lagi. Dia mengambil tas selendang kecilnya dan mengambil pesanan nasi kotak. Terlihat sangat kerepotan, Rania menaruh satu keresek dan kembali ke dalam mengambil yang satunya lalu mengunci pintu rumah kecilnya.

Dia berjalan dengan tangan yang penuh dengan keresek nasi kotak menuju pasar dadakan tempat ibunya berjualan kopi dan nasi. Terlihat ibunya yang sedang sibuk melayani pelanggan. Tak banyak bicara, Rania memasukan kunci ke dalam saku celana ibunya. Sambil mencium ibunya, dia pamit dan kembali berjalan menuju pul bus tempat Pak Rusdi bekerja. Cukup jauh, namun akan sayang ongkos jika harus memakai bajai atau taksi mengantarkannya.

Seorang pria keluar dari mobil dan merapikan jasnya. Tak melihat Rania sedang kerepotan membawa banyak keresek, pria itu hampir menabraknya. Rania terkejut dan takut nasi kotaknya rusak. Namun pria itu hanya menatapnya. Dengan membuka kacamata hitamnya, dia seolah ingin secara jelas melihat wajah Rania.

"Waduh Pak, hati-hati donk kalo mau keluar dari mobil lihat dulu apa ada yang lewat!" ucap Rania kesal.

Rania juga terdiam saat melihat wajah pria itu. Tampan dan bersih. Pakaiannya rapi dan wanginya tercium hingga semeter lebih. Lagi lagi Rania menelan ludahnya, entah karena kagum atau takut.

"DILA!" ucap pria itu.

Rania mengerutkan dahinya. Dia pun menghela dan mengerti dan berpikir bahwa pria itu tak mau disalahkan.

"Oke ga apa-apa, lagi pula saya ga jatuh. Barang saya pun baik- baik saja. Permisi!" ucap Rania melewatinya.

Pria itu masih tak percaya, dia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Dina!"

"Ya kak Bondan ada apa?"

"Kamu bilang Dila di Amerika kan? Dia ga mau kembali ke sini karena Beni sangat possesif terhadapnya"

"Iya, kata temennya dia lagi mau ujian masuk universitas di sana? Emang kenapa kak?"

"Dia mirip banget. Mirip banget"

"Siapa kak? Kak Bondan ini ngomong apa sih?"

"Kita harus bicara, nanti makan siang kita ketemu di My Spagheti"

Bondan menutup telponnya dan mengikuti Rania hingga ke pul bus. Dia melihat Rania menyerahkan bungkusan keresek pada seorang pria paruh baya. Terdengar suara orang-orang di sana yang menyapanya dengan sangat akrab.

Rania membuat lelucon sambil menunggu Pak Rusdi menghitung uang untuknya.

"Tebak-tebakan ya, di kandang ada lima bebek di kali dua, jadi jumlahnya berapa?" tanya Rania pada para supir di sana.

"Tujuh donk neng!" jawab salah satu dari mereka.

"Salah!"

jawab Rania dengan cepat sambil mengambil uang yang diberikan Pak Rusdi.

"Lah, trus berapa? Lu kan tadi bilang di kandang ada lima bebek di kali dua jadi jumlahnya tujuh" jelas supir yang menjawab tadi.

"Sepuluh lah! Bye! Makasih ya, selamat menikmati. Lain kali pesennya banyak ya!" jawab Rania sambil pergi.

Semua supir yang masih bingung menghitung dan mengucapkan kembali soal yang Rania ajukan. Pak Rusdi menjelaskan dan mereka pun tertawa terbahak-bahak.

Rania berjalan menuju halte bus hendak bekerja. Hari ini bus nya terlambat, jadi dia menunggu agak lama.

Bondan masih melihatnya dari dalam mobil. Sambil mengambil gambarnya lewat ponselnya. Bicara sendiri seolah tak percaya dengan apa yang dia lihat.

Rania melihat bus datang dan bersiap menghentikannya. Namun saat naik dan hendak duduk, dia mendapat telpon.

"Rania! Emak lu Ran, cepet ke sini Ran" ucap suara wanita ditelponnya.

Tanpa berpikir panjang dia menyuruh supir berhenti dan keluar lagi dari bus. Rania berlari menuju pasar dadakan. Selain suara wanita yang menelponnya, Rania mendengar teriakan beberapa orang. Dia semakin khawatir saat mengingat ibunya berjualan masakan. Kemungkinan kebakaran atau hal yang lainnya.

Sampai di dekat pasar, Rania terhenti dan mengambil nafas dalam. Matanya melihat langit diatas pasar dadakan tempat yang dia tuju, ada sedikit asap hitam. Terengah dan menelan ludah, pikirannya benar-benar tak bisa membayangkan apa yang terjadi. Diapun kembali berlari.

Terlihat banyak orang sedang membantu memadamkan api. Petugas kebakaran pun sedang mengeluarkan alat-alat untuk menyemprotkan air. Rania berlari hendak menyerobot masuk ke dalam pasar. Namun seorang petugas menahannya.

"Tunggu dek, jangan! apinya masih besar!" seru petugas itu.

"Ibu...ibu saya lagi jualan nasi tadi di dalam Pak. Tolong....saya harus bawa dia keluar!" Rania menangis tersedu-sedu.

Tiba-tiba seorang wanita memanggilnya.

"Rania! Ini...di sini....!" teriak wanita itu.

Tangannya menunjuk pada ambulans yang hendak pergi. Rania berlari dan melihat orang yang ada di dalamnya.

"IBU!" teriak Rania sambil memeluk tubuh ibunya yang tak sadarkan diri.

"Kompornya meledak, tubuhnya terpental. Kakinya luka kena meja yang terpental" jelas teman ibunya.

"Kamu keluarga nya? Silahkan masuk, ibu Vera harus cepat dibawa ke rumah sakit!" ucap perawat pria.

Tanpa bicara apapun Rania masuk dan menemani ibunya. Sirine ambulance terdengar kuat di telinga nya. Wajah ibunya yang kotor karena debu dengan mata tertutup. Kakinya terluka parah, meski sudah mendapatkan pertolongan pertama, darahnya tetap mengalir dari lukanya. Rania mengusap kepalanya dengan kedua tangan. Melihat kondisi ibunya seperti itu, dunia serasa runtuh.

Di restoran.

Semua orang sudah siap dan Yudi hendak melakukan breefing. Namun matanya mencari seseorang yang tak biasanya datang terlambat.

"Mana Rania?"

Dani bertanya seolah mempermudah Yudi untuk mencari tahu keberadaan Rania.

"Iya, tumben dia terlambat. Dia kan harus menyiapkan bahan sebelum kita mulai" ucap Rendy.

Tiba-tiba Nuri datang dari arah pintu keluar.

"Rania, dia ga bisa datang!" ucap Nuri dengan nafas yang tersengal karena berlari.

"Kenapa?" tanya Dani.

"Ibunya...ibunya mengalami kecelakaan saat berjualan di pasar. Sekarang dia menunggu ibunya dioperasi di bagian kakinya" jelas Nuri sambil mengatur nafasnya.

"Jadi kau yang menggantikannya hari ini?" tanya Yudi datar.

"Ya Chef!" jawab Nuri.

"Ok, karena biasanya bahan sudah siap, kali ini masing masing dari kalian melakukan dua pekerjaan sekaligus. Para wisatawan masih ada di sini untuk beberapa hari kedepan. Kita beruntung dapat sekaligus mempromosikan masakan kita pada mereka. SIAP SIAP, SEMANGAT!" seru Yudi.

"SIAP CHEF!" jawab semua orang.

Dani dan Nuri membicarakan sikap Yudi.

"Gila, sama sekali gak ada simpati simpatinya. Walaupun dia tak bisa membalas perasaan Rania setidaknya dia kan teman kerja, masa sama sekali tak ada ucapan mendoakan atau basa basi lain" gumam Nuri.

"Ssssthhhh...!" Dani memperingati Nuri untuk diam.

Yudi berdiri tepat di belakangnya dan dia pun menyadarinya. Namun Yudi tak merespon, dia hanya memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan Nuri.

"Potong dadu, kalau yang ini serong!" tunjuk Yudi pada wortol dan buncis yang ada di hadapan Nuri.

"Ya Chef!" jawab Nuri dengan nada pelan.

Yudi keluar dan menemui Davin di kantornya. Yudi masuk tanpa mengetuk, membuat Davin yang sedang menerima telpon terkejut.

"Ok, nanti aku telpon lagi" ucap Davin pada orang yang menelponnya.

"Rania tidak masuk karena terjadi kecelakaan pada ibunya. Gue cuma mau bilang itu!"

Yudi langsung pergi lagi. Davin menghela, wajahnya terlihat kesal dengan sikap Yudi. Namun seolah terbiasa dengan tingkahnya.

Yudi kembali ke dapur. Belum ada pelanggan. Dia melepas apron nya.

"Dan, masih ada waktu sebelum makan siang. Gue ada perlu dulu sebentar, lu handle sebentar ya. Gue usahain nyampe sebelum jam makan siang" ucap Yudi.

"Ok!" jawab Dani dengan singkat.

Semua orang terheran dan saling menatap. Beberapa dari mereka membicarakan sikap Yudi apalagi Nuri yang sudah menjadi teman seperjuangan Rania.

Terpopuler

Comments

Pujiati

Pujiati

Salam kenal kak,
Semangat 💪
Mampir juga ya kak jika berkenan di Ujian Kesetiaan pejel_manis. Terimakasih

2022-05-30

4

Shinbe

Shinbe

Perkenalkan, ini salah satu novel ku yang ku tulis di Noveltoon (manggatoon). Terimakasih sudah mampir. Jangan lupa SUKA dan KOMENTARI ya. Aku masih belajar dan akan terus belajar menjadi penulis yang baik. Saran dan kritik yang membangun dari teman semuanya semoga jadi penyemangat ku untuk menulis lebih baik lagi.😘😘😘

2021-10-11

6

lihat semua
Episodes
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 151
152 152
153 153
154 154
155 155
156 156
157 157
158 158
159 159
160 160
Episodes

Updated 160 Episodes

1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
151
152
152
153
153
154
154
155
155
156
156
157
157
158
158
159
159
160
160

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!