"Ibu, tidak harus laki-laki yang memberi hadiah seperti ini, perempuan juga banyak yang saling memberi hadiah pakaian," kata Sella menjawab ibunya yang sejak kemarin sangat penasaran.
Sella menatap semua gaun yang ada dalam kemasan kotak yang menarik itu dengan perasaan yang aneh. Tiba-tiba saja muncul kehangatan dalam hatinya. Ia sudah lama tidak pernah diberi hadiah. Terahir ia menerima hadiah dari ayahnya sebelum semua masalah pahit itu terjadi.
Saat itu ulang tahunnya yang terahkir dirayakan. Setelah itu ia tak pernah lagi merayakan ulang tahunnya bahkan tidak pernah menerima hadiah. Ia merasa tidak percaya dengan kenyataan yang ia hadapi saat ini.
Ia sebagai wanita yang menbenci laki-laki mungkinkah akan jatuh hati pada mahkluk yang dibencinya itu, bahkan ia sedang merasa berbeda kali ini.
'Apa ini. Berlebihan sekali. Aku tidak bisa menerimanya. Ini terlalu mewah untukku. Aku tidak biasa memakai pakaian seperti ini. Tapi apa katanya tadi, aku harus membayarnya dua kali lipat, kalau aku menolaknya. Ini gila. Bagaimana aku mendapatkan uang untuk membayarnya?'
"Kalai bukan laki-laki, rasanya aneh. Kecuali orang itu merasa sangat berhutang budi padamu." sahut Flinna dengan ragu.
"Ah, iya. Mungkin saja."
"Cobalah, ini bagus untuk mu. Sepertinya laki-laki yang memberikan semua itu begitu mencintaimu" kata Flinna dengan senyum manis dibibirnya.
'Ibu, bahkan aku belum mengatakan apapun soal perasaanku.'
Sella tidak mengatakan apapun pada ibunya tentang perjanjian pernikahannya. Sebab ia belum mendapatkan kepastian tentangnya. Apalagi ia masih berharap bahwa perjanjian ini hanya gurauan semata.
"Apa maksud ibu? Belum tentu laki-laki itu menyukaiku. Aku juga tidak bisa menerima semua ini apalagi harus memakai pakaian seperti ini."
"Sese, ibu rasa, hanya seorang laki-laki yang mengirim hadiah seperti ini pada wanita yang disukainya. Jadi hargai dia, terimalah."
"Ibu. Aku masih belum bisa mengusir semua perasaan benciku."
"Sampai kapan kamu mau seperti ini. Sudah ibu bilang, kalau nasib kita tidak akan sama. Dan tidak semua laki-laki seperti ayahmu."
"Kakak!" tiba-tiba Rejan mendekat dan mengambil sebuah kotak ponsel dari tumpukan kotak pakaian Sella.
Kotak itu terselip di bawah kotak perhiasan yang diabaikan Sella. Ia benar-benar tak ingin mencobanya.
"Ini ponsel keluaran baru merk ini. Luarbiasa bukan, kak? Dia pasti sangat mencintaimu." kata Runa antusias.
'Tidak begitu. Dia hanya membuatku sangat terikat hingga aku seolah menggantungkan leherku ditangannya dan aku tidak bisa kabur darinya seumur hidup. Atau aku harus membayarnya sebagai hutang. Apanya yang luarbiasa?'
"Kalau kamu belum bisa mengatakan apapun pada ibu tentang ini. Baiklah, sampai kapanpun ibu akan menunggumu bicara. Atau justru laki-laki itu sendiri yang akan mendatangiku" kata Flinna beranjak meninggalkan Sella dan Rejan, yang masih mengemasi barang-barang itu kedalam kamar Sella dan Runa.
'Aku akan mengatakan kalau aku sudah memastikan dia tidak berbohong dan benar-benar akan menikah denganku.'
"Apa kakak tidak akan menggunakan ponsel ini?" kata Rejan setelah tiba di kamar Sella, kedatangan mereka ke kamar itu menarik perhatian Runa yang masih belajar.
Runa tidur satu kamar dengan Sella, hanya terpisah ranjangmya saja. Ia seperti tidak terkejut dengan semua yang ia lihat, sebab ia sempat melihat kejadian diteras rumah dari jendela kamar.
"Tidak" jawab Sella datar.
"Kalau begitu, berikan padaku. Aku akan dengan senang hati menerimanya" kata Rejan.
"Jangan, kau tidak mau mati sekarang kan? Siapa tahu hp ini sudah dipasangi peledak dan akan meledak bila ponsel dinyalakan. Lalu kita mati bersama"
"Mana mungkin. Kakak terlalu mengada-ada" kata Rejan. Membuat Runa terkekeh.
"Aku serius. Atau mungkin sudah ada alat pelacak didalamnya. Kita sedang diawasi sekarang dan kamu tidak akan bisa kemanapun."
"Itu menandakan kalau orang itu sangat mencintaimu tak ingin kakak kabur darinya" jawab Runa setelah dari tadi hanya diam.
'Iya. Agar aku tak bisa kabur darinya. Tapi bukan karena cinta. Haha'
"Sudah, pergilah tidur dan jangan campuri urusanku lagi." kata Sella.
"Kakak, aku sudah dewasa. Aku sebentar lagi kuliah dan aku bisa melindungi kalian semua, bagaimana aku bisa tidak berurusan dengan semua ini?" kata Rejan.
"Ah, kau benar. Jadi, persiapkan dirimu. Cobalah untuk mendapatkan beasisiwa."
"Aku sangat ingin mendapatkan rekomendasi dari tuan Rega. Kuharap kalian benar-benar akan menjadi suami istri."
"Anak pintar, mana mungkin hanya mengandalkan rekomendasi? Jangan terlalu berharap aku akan menikahi pria seperti dia!" tukas Sella kesal pada Rejan.
"Kakak, bahkan dia punya beberapa hotel bintang lima. Siapa yang tidak mau mendapatkan rekomendasi dari orang seperti dia?"
"Ck! Hotel bintang lima apanya? Seorang Jenderal saja bintangnya hanya sampai empat." Sella menjawab dengan berkelakar.
"Aku akan berdo'a untukmu kak Sella, agar kamu tidak membenciku lagi. Dan segera menikah"
"Aku tidak membenci adikku sendiri"
"Tapi kakak begitu membenci semua laki-laki. Aku juga laki-laki, kak!" Rejan tampak kesal juga.
"Omong kosong apa lagi, Rejan. Tidur sana, pergi ke kamarmu!' bentak Sella.
'Semoga do'amu berhasil'
Sella pergi ke tempat tidurnya untuk merebahkan diri. Tak lama terdengar notifokasi tanda sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
"Nona, apa anda belum mengaktifkan ponsel baru anda?"
Bunyi pesan pada hp Sella, siapa lagi yang mengirim pesan seperti itu kalau bukan Zen.
"Belum" tulis Sella. Tanpa ragu-ragu. Ia seakan tahu kalau ponsel itu memiliki sesuatu didalamnya.
"Ucapakan terimakasih pada tuan Rega langsung dari ponsel itu." kata pesan itu. Tidak ada pesan lagi setelahnya.
Sella segera mengaktifkan ponsel pemberian Alrega dan dadanya bergemuruh melihat foto Alrega yang ada pada layar ponsel, gambar yang bagus. Perasaannya kembali menghangat.
'Apa mungkin aku akan bisa merubah rasa ini karena dia. Mungkin kah? Ahk... Kenapa kamu setampan ini si?'
"Apa kau senang?" kata sebuah pesan masuk begitu ponsel dinyalakan.
'Ah, aku benar kan. Pelacak dalam ponsel ini langsung terhubung padanya begitu diaktifkan. Sialan! Ayo selesaikan ini dengan cepat.'
"Iya, tuan. Saya senang." tulis Sella sebagai jawabab agar memuaskan pihak Alrega, ia ingin agar urusan aneh ini segera berakhir.
"Bagus." jawaban pesan itu.
'Menyebalkan'
"Terimakasih atas semua yang sudah anda berikan" jawab Sella. Entah kenapa tindakan dan hatinya selalu berlawanan. Ia merasa munafik, bahkan menipu dirinya sendiri. Ya, itu hanya reaksi dari ketidakberdayaannya bila berhadapan dengan Alrega
Pria itu memang tidak ada didekatnya, tapi tatapan mengintimidasi laki-laki itu seolah mengawasinya bahkan seperti ada ribuan pedang yang terhunus padanya saat ini.
Menurut Sella, mata pria itu indah, mata pria itu terasa sangat dalam menyedotnya dengan kuat, hingga sebelum ia sempat berbuat sesuatu, tatapan mata itu sudah menuntutnya untuk menyerah.
"Aku tahu" kata pesan itu lagi. Membuat Sella mencebikkan bibirnya. Tidak ada pesan apapun lagi setelah itu.
Sella melihat-lihat isi aplikasi dan fitur dalam ponsel, saat itu matanya terbelalak ketika melihat nama orang yang mengiriminya pesan.
"Apa. Suami tampan? Jadi suami saja belum." kata Sella menggerutu.
Kata-kata Sella membuat Runa menoleh dan tersenyum melihat tingkah kakaknya.
Dengan kesal ia mengganti nama dalam ponsel itu dengan nama Dark Devander.
"Nah, nama ini lebih cocok denganmu" kata Sella sambil tersenyum puas memandang foto Alrega pada layar ponsel.
"Nama siapa, kak? Dia pacarmu, ya? Kenapa kakak tidak pernah cerita denganku, kalau kakak punya pacar?" tanya Runa.
"Aku memang tidak punya pacar."
"Aku lihat pria keren yang tadi mengunjungi kakak di teras."
"Sudah, tidak usah membahasnya. Tidurlah." kata Sella tegas. Kemudian ia sendiri tertidur.
-
Mobil hitam mengkilat itu berjalan perlahan mengimbangi kemacetan kota. Kemacetan biasa yang terjadi setiap hari saat jam sibuk dipagi atau sore hari. Sebenarnya kemacetan seperti itu sangat dibenci Alrega, tapi ia salah, sudah bangun kesiangan pagi ini.
Tidurnya yang tidak pernah nyenyak itu tidak terjadi lagi. Bahkan ia semalam bermimpi tentang gadis berambut ikal rintik-rintik yang manis tertawa pada dirinya, suara tawa yang lembut, sedikit sengau dihidung. Suara itu terasa lucu dibenaknya. Tungggu, apakah gadis itu adalah Sella, dan Alrega menganggap semua yang berhubungan dengan Syalu lucu?
"Tuan, apa anda bermimpi buruk seperti biasanya?" tanya Zen dari balik kemudi.
"Tidak" jawab Alrega pelan. "Hanya mimpi yang aneh."
'Aneh seperti apa, ayo cerita kan padaku.'
"Apa anda bisa tidur nyenyak?"
"Iya. Tadi malam adalah tidurku yang paling nynyak sejak dua tahun terakhir." kata Alrega.
'Itu bagus, anda akan lebih fokus dan tenang saat bekerja nanti.'
Tiba-tiba suara ponsel berdering dari ponsel Alrega yang ada pada Zen. Laki-laki yang sedang mengemudi itu melihat ponsel sambil mengemudikan mobil perlahan, kemacetan belum terurai.
"Tuan, ini tuan besar yang menelpon. Apa anda mau menerimanya?"
"Berikan padaku." kata Alrega, sambil mengulurkan tangannya. Zen memberikan ponsel Alrega pada pemiliknya.
"Halo. Ayah." kata Alrega setelah menempelkan ponsel ditelinganya.
Alrega diam sejenak lalu menyahut perkataan orang yang berbicara di ponselnya dengan suara pelan.
"Baiklah aku akan kesana. Nanti malam." Setelah berkata seperti itu, Alrega melemparkan pomsel begitu saja di kursi kosong sebelahnya. Ia menhembuskan nafas dalam.
"Zen, apa ayah tahu soal wanita itu?"
'Wanita mana lagi kali ini? Bisakah anda menyebutkan namanya?'
"Mungkin. Bisa tahu bisa juga tidak."
"Sejak kapan kau tidak jelas seperti ini?" Tanya Alrega yang sedikit kesal.
"Sejak sekarang. Sepertinya anda perlu berhati-hati kalau tuan besar tidak menyukai keputusan anda."
"Ck. Itu urusanku. Kadang beberapa hal kita tidak harus berhati-hati."
''Memang urusan anda, tapi melibatkanku.'
"Kita ke Kaki Langit malam ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
El 1
❤️❤️❤️❤️👍👍👍👍
2022-03-15
5
Aris Pujiono
gas keun nikah
2022-01-24
6
Aris Pujiono
ayo gas keun nikah
2022-01-23
6