Gaun Terindah
"Hubungi Selondra. Kita ke sana sekarang" kata Alrega setelah berada dalam mobilnya.
Zen yang mendengar menautkan alisnya, sebab biasanya bila tuannya itu membutuhkan sebuah pakaian maka ia cukup menelponnya, mengatakan ia ingin pakaian seperti apa yang sesuai dengan tema, lalu cukup Zen yang mengambil barangnya jika sudah siap.
Tapi sekarang Alrega ingin langsung datang ke butik Sellondra. Mungkin ada pakaian khusus yang ingin ia cari di sana. Atau ia memang sedang senang saja. Zen masih mencoba menyelami keinginan Alrega, meski demikian ia tetap menghubungi Selondra untuk mengabarkan kalau Alrega akan mengunjungi butik-nya.
"Pakaian seperti apa yang tuan inginkan? Agar Sello siapkan sekarang? tanya Zen pada Alrega dengan earphon ditelinganya, sedang ia masih mengemudi dengan perlahan.
"Siapkan beberapa pakaian untuk perempuan itu." kata Alrega dari kursi penumpang belakang.
'Apa? untuk nona Sella maksudnya? Bukankah anda sudah mengirim baju yang bagus untuk nona? untuk apa lagi kali ini. Apa ini maksud anda bersenang-senang?'
"Baik." kata Zen dan kembali berbicara dengan Sellondra.
Zen segera mengatakan pada Selondra, agar perancang busana terkenal itu memilihkan gaun yang bagus untuk Sella. Mereka bercakap-cakap sebentar tentang selera Alrega dan gaun rancangan terbaru tahun ini dengan mementingkan tema dan suasana. Zen mengakhiri panggilan setelah mengatakan profil Sella.
"Pilihkan perhiasannya juga." kata Alrega. Sesaat setelah Zen mengakhiri panghilannya.
"Maaf, tuan. Tapi Selo memilih barang yang pasti sesuai dengan pakaian yang ada di butiknya. Karena kedatangan kita mendadak. Jadi ia akan menyiapkan seadanya, tuan bisa memilihnya sendiri nanti yang tuan sukai."
"Hmm"
Mereka berdua kembali disibukkan pikirannya masing-masing. Alrega saat ini sedang berpikir tentang saham. Siapa yang bilang jadi seorang pimpinan itu lebih enak dan bisa santai?
Mereka memang tidak sibuk seperti kebanyakan karyawan yang ada menjadi bawahan mereka, tidak jarus repot merevisi laporan keuangan bulanan, sebab itu sudah menjadi tugas seorang sekertaris yang menjadi bawahan Zen. Ia hanya perlu memeriksa kebenaran isinya, menyesuaikan dengan agenda mereka, menandatangani semua berkas yang sudah sempurna. Itu saja, terlihat mudah, kan?
Tapi kesibukan sebenarnya sebagai pemimpin adalah menjaga kestabilan keuntungan perusahaan dan membicarakannya melalui banyak kerjasama. Keuntungan perusahaan ini yang nantinya akan dikembalikan untuk perkembangan perusahaan dan kesejahteraan karyawan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu itu.
Mereka harus lebih banyak menggunakan otak mereka untuk berfikir tentang menambah kekuasaan, meningkatkan kemajuan usaha, atau tentang melebarkan sayap perusahaan mereka agar bisa terbang lebih jauh dan lebih tinggi. Menjaga saham-saham perusahaan agar tetap pada rate yang seimbang. Memperhatikan fluktuasi semua saham perusahaan disetiap kondisi. Semua itu adalah tugas mereka sebagai pimpinan.
Jadi, tidak mengherankan bila sebuah nama brand, corporate atau sebuah group usaha, memiliki berbagai perusahaan dalam berbagai sendi dan jenis yang bermacam-macam. Misalnya sebuah nama brand yang bergerak di bidang properti, mereka tidak hanya membangun satu gedung untuk puluhan apartemen tapi juga banyak gedung yang tersebar di berbagai lokasi dengan ketinggian dan besar gedung yang berbeda-beda dengan jumlah apatemen di dalamnya yang berbeda pula. Bahkan bukan cuma gedung apartemen, tapi gedung sebuah mall, hotel dan taman hiburan adalah milik satu brand perusahaan.
Setelah beberapa menit melewati jalan yang agak macet. Akhirnya mereka sampai disebuah butik yang cukup besar dan dijaga oleh beberapa pengawal. Butik Selondra adalah butik tempat kalangan atas memesan baju mereka. Perancang busana terkenal itu mempunyai beberapa pelanggan khusus seperti keluarga Alrega yang dikenal dengan keturunan Nigiro Leosan. Tuan Nigiro adalah eorang pria keturunan Jepang Indo yang sukses tahun sembilan puluhan.
Setelah memeriksa pakaian yang dipilih oleh Selondra Alrega merasa puas. Ada tiga gaun berbeda gaya dan model serta warna berada dalam beberapa kotak, lengkap dengan sepatu dan tasnya.
"Apakah, perhiasan ini kira-kira cocok untuk gadis itu. Kenapa kau tak membawanya kesini? Biar aku bisa melihatnya."
"Apa yang ingin kau lihat?"
"Ah, yaa.. hanya ingin tahu saja seperti apa wanitamu?" kata Sellondra.
"Aku tidak butuh pendapatmu" jawab Alrega menerima kotak perhiasan yang sederhana tapi elegan.
"Ya, ini saja. Aku tidak tahu seleranya"
"Seperti apa dia, apakah dia sama dengan Deli?" tanya Selondra tanpa melihat ekspresi Alrega yang tiba-tiba masam.
"Ekhem!" Zen berdehem memberi isyarat pada Selondra.
"Maksudku, apakah gaya berpakaian gadis itu bagus atau tidak?" tanya Selondra.
Selondra merasa kalau tidak masalah mengatakan nama Delisa, walau ia tahu bagaimana kisah dari perjalanan cinta mereka berdua. Tapi Ini tidak biasa, seorang Alrega datang ke butiknya hanya untuk mencari pakaian wanita. Dulu saat Alrega masih berhubungan dengan Delisa juga tidak seperti ini. Bisa jadi itu karena Delisa memiliki butiknya sendiri.
Mendengar kata-kata Selondra, Alrega menarik sedikit ujung bibirnya. Rasanya ia harus memberi pelajaran cara berpakaian pada gadis itu. Ini menarik, mengingat setiap kali bertemu, Sella selalu berpakaian ala anak jalanan saja. Rasanya menyenangkan mengerjainya nanti.
"Tidak sama, dia sangat berbeda." kata Alrega.
'Bahkan dia sedikit bodoh. Haha'
"Apa kau akan menikahinya? Aku tahu, kau tidak akan mendekati wanita kecuali kau serius dengannya. Aku penasaran. Jangan lupa untuk mengudangku nanti."
"Hmm... Buatka juga baju pengantin untuk dia."
"Aku tidak bisa membuatnya kalau aku tidak mengenal orangnya. Bawa dia kesini kapan-kapan"
"Zen, mana hp-ku. Tunjukkan fotonya." kata Alrega sambil mengulurkan tangan.
Zen memberikan ponsel milik Alrega yang ia keluarkan dari saku bagian dalam jasnya. Zen selalu membawa ponsel milik Alrega itu seperti menjaga barang yang sangat berharga. Setelah Alrega memegang ponselnya ia menunjukkan foto Sella yang diambil saat berada di atas atap gedung waktu itu. Selondra mengerutkan alisnya saat melihat foto seorang gadis pada ponsel Alrega.
"Oh, dia gadis yang cantik..." komentar Sellondra. Membuat Alrega tersenyum tipis.
'Apa Rega serus akan menikahi gadis ini? Sepertinya dia bukan tipenya.'
"Baiklah, aku sudah membayangkan baju pengantin seperti apa yang cocok untuk dia, sepertinya dia gadis yang sederhana. Kapan kau membutuhkan nya?" Kata Sellondra lagi.
"Tolong siapkan secepat mungkin, tuan akan menikah bulan depan." kata Zen yang sejak tadi hanya menyimak, kini bersuara.
"Apa? Waktunya secepat itu? Yang benar saja. Itu tidak sampai satu bulan dari sekarang?" kata Sellondra protes. Setidaknya ia harus menyiapkan pakaian pengantin itu minimal dua atau tiga bulan.
'Dasar arogan.'
"Benar." jawab Zen lagi. "Jadi siapkan yang terbaik. Anda mengerti maksud saya kan?"
'Kalau begitu, pilihan pakaian pada baju yang sudah ada saja.'
"Baiklah. Aku akan menyiapkannya nanti." kata Sellondra mengakhiri negosiasi mereka.
Setelah selesai membungkus semua yang sudah mereka dapatkan hari itu, Alrega dan Zen kembali mengendarai mobil mereka menuju rumah Sella. Karena Alrega yang meminta Zen untuk mengantarkannya langsung pada Sella, ia ingin tahu bagaimana reaksi gadis itu.
Alrega sudah banyak bertemu dengan berbagai tipe orang, ia seakan tahu tipe orang-orang seperti Sella yang tidak memiliki apa-apa selain harga dirinya. Meski demikian, orang seperti ini akan sangat menjaga harga dirinya dengan baik sehingga tidak mudah. menerima sesuatu secara cuma-cuma karena belas kasih orang lain.
Sesampainya disana, sudah hampir gelap dan toko Sella sudah tutup. Zen mengetuk pintu nya perlahan, sementara Alrega hanya duduk menunggu di mobil, tapi ia tetap bisa melihat semuanya dari jendela mobil yang terbuka.
Setelah beberapa saat pintu terbuka, tampak Sella dengan pakaian rumahan yang terkesan asal. Ia memakai celana pendek dan kaos oblong yang kebesaran.
"Kau..?" kata Sella terkejut. "Untuk apalagi kesini. Ini sudah malam." ia mendelikkan matanya setelah tahu siapa yang ada dipintu rumahnya malam ini.
'Apa dia juga ada di sini, atau hanya duduk di mobilnya? Aku tak ingin ibu, Rejan dan Runa salah faham'
Sella celingak celinguk memeriksa seseorang yang mungkin bersama Zen sekarang.
"Sayang...! Siapa tamunya!" kata Flinna dari dalam ruang.
"Bukan siapa-siapa, bu!" jawab Sella sambil menutup pintu dan dia keluar. Mereka berdua berdiri berhadapan di teras rumah.
"Maaf, nona. Sudah mengganggu istirahat anda" kata Zen.
"Akh, tidak perlu perlu basa-basi, Ada apa?" jawab Sella ketus.
Walaupun Sella bersikap menyebalkan, laki-lai itu tetap sopan, karena Zen tahu Sella adalah calon nona mudanya kelak.
"Ini dari tuan Alrega untuk nona. Semoga anda menyukainya" kata Zen sambil menyerahkan beberapa kotak dalam paperbag pada Sella.
"Apa ini?" tanya Sella sambil melongok isi dalam tas itu. " Bawa kembali, aku tidak membutuhkannya." kata Sella setelah tahu, ia asongkan kembali tas itu pada Zen.
"Tolong diterima, nona. Dan ucapkan terimakasih pada tuan." kata Zen tidak menerimanya.
"Katakan padanya, aku tidak butuh."
"Nona, sebaiknya diterima saja. Agar urusan saya di sini cepat selesai." kata Zen bersiap untuk beranjak dari tempat itu.
"Ah, iya. Biar mereka cepat pergi.'
"Tunggu." kata Sella sambil mengikuti langkah Zen mendekati mobil dan ia melihat Alrega yang duduk disana dengan mata yang tak lepas memandang dirinya. Sementara Zen berdiri di samping Sella.
"Apa semua barang yang kami terima beberapa hari ini adalah kiriman dari anda, tuan?" kata Sella sedikit membungkuk pada Alrega.
"Hmm" gumam Alrega sambil mengangguk.
"Tuan, sebenarnya kami tidak membutuhkannya, bisakah anda ambil kembali semua barang-barang itu, dan juga pakaian ini?" kata Sella dengan suara rendah, sambil mengulurkan paperbag yang ada ditangannya.
Mendengar ucapan itu, Alrega menarik nafas dalam, lalu berkata.
" Aku tidak suka kalau aku ditolak." jawab Alrega datar.
"Saya hanya takut anda akan menjadikannya sebagai hutang yang harus saya bayar."
Alrega hampir saja tertawa dengan anggapan yang didengarnya dari Sella ini. Bukankah semua orang yang selama ini ia temui pasti akan senang menerima barang-barang bagus seperti itu secara gratisan.
Semua orang, benar, kan?
'Dan teruslah berfikir seperti itu'
"Itu bagus.Tapi kau menolaknya?" tanya Alrega, menatap tajam Sella dan gadis itu mengangguk.
"Kau harus membayar dua kali lipat kalau mengembalikannya." jawab Alrega sambil menutup kaca jendela mobilnya.
"Saya permisi, nona. Ucapkan terimakasih pada tuan nanti lewat ponsel baru anda." kata Zen sambil memasuki mobil, tanpa melihat pada wajah Sella yang pucat karena ucapan Alrega yang sulit baginya untuk dicerna.
'Sialan! Apa maksudnya?'
Setelah Zen dan Alrega pergi dengan mobilnya, Sella membuka isi kotak-kotak pakaian itu yang membuat Sella tercengang.
"Gaun terindah yang pernah ibu lihat" kata Flinna yang tiba-tiba datang mendekati Sella yang sedang tertegun melihat semua barang di meja. Ia kemudian duduk di sofa.
"Ibu..."
"Sekarang jujur pada ibu, siapa laki-laki itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
El 1
❤️❤️❤️❤️❤️
2022-03-15
6
Aris Pujiono
kasian sella
2022-01-22
5
Hanum Anindya
Sella kaaburbsama sama Zen 😊
2022-01-13
6