Semua Untuk Ibu
Kegundahan memenuhi hati Sella, sebab ia dibuat heran dengan kiriman yang datang untuk dirinya, ibu dan juga adiknya. Kiriman dari orang yang misterius.
Ada prasangka dalam hatinya bila yang mengirim beberapa barang mahal dan bermerk terkenal itu dari Alrega, namun Sella segera membuang prasangka itu jauh-jauh. Mana mungkin kan, kilahnya berulang kali.
"Silahkan tanda tangan di sini, nona." kata kurir.
Seseorang itu, kali ini mengirim sebuah sofa besar warna putih dengan design yang sangat bagus. Ada mobil box yang terparkir dihalaman rumah yang mengantarkannya.
"Maaf, saya tidak memsan barang ini" kata Sella ramah. "Mungkin anda salah kirim barang. Tolong bawa kembali pada mengirimnya."
"Tidak, nona. Alamat dan namanya benar, ini nama anda, kan. Nona Sella?" kata kurir laki-laki yang memakai topi hitam sambil menyodorkan sebuah struk barang.
"Iya, tapi siapa pengirimnya, karena saya juga tidak memesan barang seperti ini. Buat apa? Rumah kami sudah sempit." kata Sella, seraya masuk kedalam toko.
Ia mengabaikan kurir itu sementara sofa berkualitas itu sudah berada di depan pintu rumahnya. Dan ternyata bukan hanya sofa yang dikirim seseorang itu, tapi juga beberapa perabot rumah tangga lainnya.
"Kami tidak tahu siapa mengirimnya. Tugas kami hanya mengantarkan saja." kata kurir itu lagi.
"Biar aku saja." kata Flina, ia mendekati kurir dan menandatangani struk pengirimannya, lalu mengawasi para kurir menurunkan semua barang sampai selesai. Wanita itu mirip seorang bos yang mengawasi pekerjanya.
"Ibu, aku tidak mau menanggung resikonya bila ternyata pengiriman ini salah, dan bukan kita yang berhak menerima" kata Sella setelah kurir dan mobil box yang mengantarkan barang pergi.
"Tapi alamat dan nama yang ada disana tidak salah. Katakan pada ibu, apa kamu berbuat sesuatu yang ibu tidak tahu. Apa kamu sudah jadi malaikat bagi seseorang, dan dia membalas kebaikanmu dengan cara seperti ini?" tanya Flinna sambil menggamit tangan Sella dan duduk di sofa baru mereka yang masih berantakan.
"Tidak, bu. Semua barang itu buat ibu. Itu hadiah dariku" kata Sella sambil tertawa kecil. Tawa renyah yang lucu.
"Tapi, aku merasa kamu menyembunyikan sesuatu dari ibu."
"Sesuatu apa? Aku tidak punya sesuatu yang bisa kusembunyikan."
'Kecuali penipuan itu, dan hukuman pernikahan yang harus aku dapatkan. Ibu, sungguh aku akan mati secara perlahan nanti, tapi aku tidak bisa mengatakan semua padamu saat ini'
"Kalau kau memang tidak menyembunyikan sesuatu, maka tidak akan ada masalah dengan semua barang ini."
"Tenanglah ibu. Tidak ada masalah. Percayalah." Sella mencoba menenangkan ibunya. Padahal hatinya sendiri butuh ketenangan.
'Hei, hati. Ini terlalu bagus untuk sebuah hukuman kan? Mana ada seorang terhukum justru merasa dicintai. Ini lucu'
Ini adalah barang yang kesekian kali harus ia terima selama satu pekan belakangan, tanpa tahu siapa mengirimnya. Alrega kah? Rasanya ia belum pernah mengenal orang yang terlihat kaya, selain Alrega. Sebanyak apa kekayaan pria itu sebenarnya? Barang-barang ini sudah terlalu berlebihan menurutnya.
Sella bukan gadis manja, ia terbiasa mendapatkan segala sesuatu dengan bekerja keras, ia tidak terbiasa menerima baranga dari orang lain secara cuma-cuma. Kecuali, sembako santunan dari pemerintah kota yang didapat atas nama ibunya.
Apalagi yang Sella terima kali ini adalah barang-barang bagus berkualitas baik yang mungkin bisa ia beli dengan menabung selama beberapa tahun. Sulit sekali ia menerimanya.
Berbeda dengan Rejan dan Runa sang adik yang begitu bergembira dengan barang-barang untuk dirinya. Anehnya semua tas, sepatu juga beberapa stel pakaian bermerk itu sangat pas dibadan mereka seolah mereka telah membeli untuk diri sendiri.
Kehidupan adalah perputaran dari hari kehari, dari perubahan keperubahan. Setiap keadaan akan menyebabkan munculnya keadaan lain. Namun bisa jadi yang dibenci justru lebih sering menimpa manusia dari pada kesenangan.
Sella masuk ke kamarnya yang kecil, yang hanya cukup untuk ukuran single badnya dan satu lemari pakaian dan sebuah meja ukuran kecil tempat menyimpan beberapa barang perawatan tubuhnya.
Ia menatap dirinya sendiri di cermin, menopang tubuhnya dengan kedua tangan di atas meja. Wajahnya yang halus, hidung yang kecil, bibir sedikit tebal dan dagu yang tirus. Tidak ada yang istimewa, kulinya tidak putih tapi kuning langsat yang cerah. Semua biasa saja, tapi secara keseluruhan, ia gadis yang manis dan menarik.
"Apa yang ada pada diriku hingga pria itu mau menikah denganku. Benarkah karena kesalahanku itu, atau karena hal lain?" kata Sella pada dirinya sendiri.
"Apa aku pantas? Apa aku pantas? Kenapa laki-laki harus ada di dunia ini? Mereka semua selalu saja ingin menang sendiri" air mata mulai menetes.
Airmatanya kembali menetes, padahal dulu ia memutuskan untuk tidak menangis lagi dalam hal apapun sejak ia harus menanggung semuanya sendiri.
"Kakak, ini hebat. Lihatlah" kata Rejan tiba-tiba memasuki kamarnya.
Dengan terburu-buru Sella menghapus airmatanya. Ia melihat pada Rejan yang memakai baju, celana serta sepatu baru. Adik-adiknya sudah terbiasa keluar masuk begitu saja ke kamar Sella.
Tak lama masuk juga Runa dengan semua barang-barang baru, yang ia terima hari ini. Dari mulai baju sampai sepatu dan tas bermerk, melekat ditubuhnya.
"Kakak, ini pakaian keluaran terbaru merk ini." katanya sambil menunjukkan sebuah lable produk dalam kotak. "Harganya mahal kak. Aku sudah mengeceknya di internet. Bahkan merk ini tidak discount bulan ini. Bagaimana kakak bisa bertemu orang sebaik ini?"
"Jadilah anak baik, kamu akan mendapatkan orang yang baik juga" kata Sella lembut, ucapannya bukanlah jawaban yang diinginkan adiknya.
Sella keluar kamar, meninggalkan adik-adiknya yang mematut-matut diri mereka di depan ceemin. Ia masih melihat semua yang ada di rumahnya dengan rasa tak percaya. Ia bergelut dengan hatinya, berusaha mengusir rasa khawatir kalau ternyata nanti, semua barang yang sudah mereka gunakan akan dihitung sebagai hutang.
'Ck. Tidak selalu kan... Bahwa orang baik akan mendapatkan yang baik juga. Ahk. Kadang kata-kata bijak itu membuat orang terpedaya saja.'
"Kira-kira kiriman apa lagi yang akan kita dapatkan besok?" kata Runa pada adiknya, Rejan. Kini mereka sudah berkumpul kembali di ruang tamu rumah mereka.
"Hais. Kalian ini. Jangan mengharapkan apapun lagi. Hari ini adalah hari terakhir kita mendapatkan kiriman seperti ini." kata Sella sedikit kesal.
"Padahal aku masih penasaran dan berpikir kalau besok adalah hari kiriman khusus untuk kakak" kata Runa cemberut.
"Tifak, tidak ada barang untuk kakakmu ini. Semua Itu adalah hadiahku untuk kalian" kata Sella sambil tersenyum.
Kedua adik Sella mencebik, ia jelas melihat Sella berbohong bahwa semua barang itu pemberian kakak mereka.
***
Sementara itu di ruangan Alrega.
"Apa kau sudah mengirim semua barang rumah tangga kepada keluarganya?" kata Alrega dari kursi kebesarannya. Ia memutarnya kekiri dan kekanan.
"Sudah, tuan." kata Zen tanpa menatap Alrega yang tersenyum tipis. Ia masih fokus dengan beberapa berkas di sofa.
"Bagaimana reaksinya?" kata Alrega.
Ia mencondongkan badannya ke depan meja, menggunakan kedua siku tangannya untuk menopang badannya. Zen menoleh, ia melihat ekspresi datar yang biasa menghiasi wajah Alrega, terlihat sesikit berkurang.
'Apa anda menyuakai gadis berambut ikal itu?'
"Dia sangat senang, tuan. Bahkan ia memuji barang-barang yang anda kirimkan."
"Benarkah? Bagus. Besok kirim pakaian dari Selondra khusus untuknya. Lengkap dengan perhiasannya" kata Alrega dengan mata berbinar.
"Kapan anda akan menikahi nona Sella." Zen bertanya tiba-tiba.
"Siapa, Sella?"
"Nama gadis itu, Sella. Sellamirani, tuan."
"Hmm... Kapan hari ulang tahun perempuan itu?"
'Apa maksud anda ulang tahun Delia?'
"Bulan depan, taun"
"Persiapkan pernikahanku sepekan sebelum hari ulang tahunnya"
'Ck! Anda benar-benar ingin membalas perempuan itu rupanya'
"Baik, tuan"
"Bagaimana perkembangan Daville? Apa orang itu sudah mau menandatangani proposal kita?"
"Tuan, ada sedikit masalah, orang yang kini menjadi pemilik Daville adalah Hanzai," jawab Zen datar. Ia duduk menghadap Alrega dengan mengesampingkan berkas di meja.
Hanza adalah salah satu kompetitor Alrega di bidang bisnis. Bahkan orang ini termasuk laki-laki yang cukup berani berhadapan dengan Alrega, membuatnya panas dan juga marah. Pesaing yang cukup diperhitungkan Alrega, meskipun dia dahulu adalah salah satu teman Alrega.
"Hmm.." hanya itu gumaman yang keluar dari mulut Alrega tanpa terusik dari ketenangannya.
"Jadi, kemungkinan besar tuan tidak bisa memberi gedung itu sebagai hadiah pernikahan kali ini."
"Lalu, apa menurutmu aku harus berhenti?"
"Tidak. Anda bisa memberikan Davile sebagai hadiah dilain kesempatan. Kalau sudah berhasil anda miliki."
"Berikan itu untuk hadiah kehamilannya kelak." mendengar ucapan Alrega itu membuat Zen mengerutkan keningnya.
'Apa? Aku tidak salah dengar, kan? Benarkah anda menginginkan anak dari wanita itu? Ahk, yang benar saja. Bahkan perempuan ini mungkin membenci anda sebagai laki-laki.'
"Semoga anda beruntung, tuan."
"Hmm... Ayo!" kata Alrega sambil berdiri dan menyambar jasnya dari sandaran kursi dan memakainya sambil beejalan.
"Kemana, tuan?" tanya Zen sambil membukakan pintu untuk Alrega.
"Bersenang-senang." jawab Alrega dengan senyum tipis dibibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Hajime Nagumo
💕💕💕💕
2022-03-01
5
Aris Pujiono
mantap rega
2022-01-21
5
Putri Handayani
like
2021-12-07
6