Zola baru saja selesai mengurus ibunya, setelah sebelumnya, ia bertemu dengan Alrega dan Zen di pinggir jalan. Gadis berambut pendek itu menghembuskan nafas panjang, ia selesai menelpon Delisa, sahabatnya yang sudah berpisah sejak dua tahun yang lalu.
Mereka terpaksa harus terpisah karena Zola diasingkan ke negara tetangga, menuruti kemauan Alrega sebagai hukuman yang ia terima. Sedangkan Delisa, setelah memberikan surat cerai pada Alrega, ia pergi ke negara Kangooru bersama kekasih impiannya.
Alrega tahu kalau Zola adalah orang yang merencanakan kehancuran pernikahannya dengan Delisa. Sepekan setelah pernikahannya, semuanya terbongkar. Bahwa Delisa adalah orang yang sebenarnya menginginkan hal itu terjadi, lalu Zola yang memang cerdik, yang kemudian mengatur strategi.
Zola bergegas menuju rumahnya sendiri. Ia akan menunggu Delisa di sana, setelah mengetahui lewat telepon, kalau wanita itu akan mengunjunginya nanti.
'Berarti Deli benar-benar kembali, wanita itu juga kembali, aku juga kembali. Kebetulan macam apa ini? Apakah aku akan lebih sial lagi. Atau apalagi kali ini, Tuhan? Aku sama sekali tidak ingin menemui masa lalu seperti ini.'
-
Suasana rumah besar dan indah itu sepi, hanya ada Zola yang duduk di teras rumah dengan pakaian santai yang dikenakannya. Ia masih sibuk dengan ponsel ditangannya. Hingga tiba-tiba ia mendengar seseorang memanggil namanya.
"Zola!" kata seorang wanita muda dengan pakaian mahal dan glamour yang dilengkapi dengan topi dan kaca mata hitamnya yang besar. Rambutnya lurus dan indah, bagai rambut artis iklan sampo.
Zola menyambut Delisa dengan senyum ramah. Ia memeluk sahabatnya itu erat, seolah melepas rindu antara sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Kalau bukan karena perjanjian dirinya dengan Alrega dan Zen, ia tak akan menyambut kedatangan Delia sehangat tadi.
"Benarkah ini dirimu? Deli. Kenapa kamu tidak berubah? Lihat... Kau masih suka kemewahan seperti biasa." kata Zola mengomentari penampilan Delisa.
Delisa memiliki sebuah butik yang cukup dikenal beberapa kalangan atas. Karena itulah penampilan Delisa selalu modis dan glamour. Dimanapun ia berada, kesan mewah dan anggun akan selalu melekat padanya. Namun karir dan usaha bagus itu ia tinggalkan sejak dua tahun yang lalu.
Delisa dan Zola, mreka berdua saling kenal saat mereka bertemu di butik Delisa sebagai penjual dan pembeli, lalu mereka menjadi langganan dan lama kelamaan menjadi akrab.
Karena kebaikan Delisa yang sering memberi Zola potongan harga, dan memberi barang akcessories yang cocok untuk gaun yang dibelinya, membuat Zolla merasa berhutang budi padanya, hingga rela menyusun sebuah rencana licik untuk Delisa.
"Memangnya, siapa yang bisa merubahku? Kecuali Rega, selain itu tidak ada yang bisa menyuruhku berubah." katanya diselingi tawa ringan.
"Ah, iya. Iya. Ayo duduk." kata Zola mempersilahkan Delisa duduk di sofa teras rumah.
"Apa kabarmu? Dan kenapa kamu kembali?" tanya Zola pada Delisa yang kini duduk dengan anggun di depannya.
Mendengar pertanyaan itu Delisa tersenyum, lalu berkata
"Aku baik. Aku kembali karena merindukanmu!"
"Jangan berbohong. Mana kamu tahu aku sudah kembali setelah pengusiran itu, aku akhirnya bisa merasakan apa itu takut mati."
"Aku tidak bohong, aku benar-benar merindukanmu sejak aku ada di kota ini." jawab Delisa, lalu dia berkata lagi, "Dia pasti memberimu pilihan waktu itu, bukan? Dan kamu memilih pergi. Aku tahu itu."
"Iya. Aku memilih pergi daripada harus dipenjarakan laki-laki arogan itu." jawab Zola kesal.
Ia masih ingat bagaimana perlakuan Zen padanya waktu itu. Ia seolah lalat yang ditepuk sampai tak berdaya. Hingga ia bertekuk lutut dan mengakui semua perbuatannya.
"Hai. Yang kamu sebut arogan itu lelakiku. Karena dia aku kembali"
"Apa kamu sudah gila. Kamu pikir tuan Rega laki-laki bodoh yang bisa kamu tipu untuk kedua kali? Tidak...!" jawab Zola serius.
Kedua wanita itu menghentikan obrolan ketika ada pelayan rumah mengantarkan makanan. Kemudian melanjutkan bicara setelah menikmati beberapa teguk orange jus dari gelas mereka.
"Ibuku bilang, kalau mamamu, sakit? Bagaimana keadaan mamamu sekarang?"
"Sekarang sudah jauh lebih baik. Delisa,, kurasa kamu harus menghentikan kekonyolanmu untuk merayu tuan Rega lagi. Sebab beberapa orang akan berubah. Walau kita tidak."
"Aku tidak merayunya, aku mencintai Rega." sshut Delisa.
"Kalau kamu benar-benar mencintainya, kenapa kamu berbuat curang sampai mempermalukan keluargamu, lalu meninggalkannya pergi?"
"Jangan mengungkit hal itu. Sungguh aku menyesal sekarang. Aku baru sadar kalau aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku cukup bodoh waktu itu sudah tergoda rayuan Dizon. Ternyata laki-laki itu penipu. Dia tidak lebih kaya dari Rega."
'Ahk, kan. Sudah kuduga. Kau bodoh, bisa-bisanya kau tergoda pada pria lain sementara ada laki-laki seperti tuan Rega disisimu.'
"Oh, jadi hanya karena itu? Lagi-lagi soall harta. Harusnya kamu bisa membuka mata dari semua yang sudah tuan Rega lakukan untukmu. Kamu, bisa-bisanya tergoda pria lain sementara orang seperti Alrega Leosan yang ada disampingmu?"
"Hei... Aku sudah mengakui kesalahanku. Jadi berhentilah menyalahkanku." kata Delisa membantah.
"Hais. Bagaimana aku tidak menyalahkan kamu, Deli. Aku sudah sengsara dua tahun ini karena membuat rencana itu untukmu, melibatkan perempuan tak bersalah itu. Dan, ahk...!"
"Aku tidak menyangka kamu akan ketahuan, Zola... Bukankah sudah kubilang, jangan mengakui apapun pada Zen."
"Aku memang tutup mulut waktu itu tapi bukti berupa rekaman video dan bukti percakapan kita diponsel itu tidak diam. Bukti itu yang bicara." diam sejenak, lalu berkata lagi setelah menarik nafas dalam.
"Karirku hancur. Jadi, aku mohon, berhentilah mencintai tuan Rega, lupakan dia. Lanjutkan bisnis butikmu. Cari pria lain diluar sana."
"Tidak. Tidak ada laki-laki seperti dia. Aku yakin dia tidak bisa melupakan aku sebab dia pria yang punya satu hati untuk wanita yang dicintainya. Selama ini akulah wanita itu." kata Delisa yakin.
"Apa kamu seyakin itu, kalau dia tidak berubah?" tanya Zola.
'Kurasa tuan Rega tidak akan mencintai kamu lagi setelah ia punya bukti-bukti itu. Ia akan sangat sakit.'
Karena melihat Delisa diam, Zola berkata lagi.
"Tahukah kamu, Deli. Jika seorang pria yang setia disakiti wanitanya, akibatnya akan sangat mengerikan. Bahkan beberapa diantara mereka tega mencincang orang lain hanya karena cemburu."
Delisa diam sejenak. Hatinya sempat ragu, mengingat kejadian sepekan yang lalu, Alrega menolak untuk menemuinya.
"Aku yakin, Rega tidak seperti itu." bantah Delisa.
"Untuk apa kamu begitu yakin? Aku tidak akan terlibat dengan urusan tuan Rega dan dirimu lagi. Kalau ada sesuatu yang terjadi padamu, aku berlepas tangan darimu." kata Zola, sambil menikmati cemilannya.
"Kenapa, apa kamu takut?" tanya Delisa membuat Zola menautkan alisnya.
"Ehm... mungkin. Aku sudah merasakan akibat kemarahannya. Jadi aku jera. Aku tak akan mengulangi." jawab Zola.
"Baiklah. Aku hargai ketakutanmu." kata Delisa setengah meremehkan Zola. "Bagaimana tentang wanita itu. Apa kamu tahu bagaimana nasibnya?" tanyanya lagi.
"Entahlah. Bukankah kita tidak mengenalnya sama sekali? Dia cukup pandai berakting. Bahkan aku sampai terharu melihatnya."
"Haha. Kamu benar. Tangisan yang dibuatnya benar-benar nyata. Bisa jadi dia juga sengsara." kata Delisa seraya tertawa.
'Kamu keterlaluan, Deli. Menertawakan nasib sial orang lain?'
"Cuma kamu yang belum mendapatkan hukuman dari tuan Rega."
"Dia tidak akan menggangguku. Keluarga kami berteman baik. Apalagi aku adalah wanita yang dicintainya."
'Kamu terlalu percaya diri.'
"Deli, apa kamu memiliki anak? Pasti anakmu sudah besar ya?"
"Tidak, dia mati sebelum waktunya lahir. Aku pikir itulah yang terbaik. Karena kalau aku sampai punya anak, aku mungkin tidak bisa lari dari Dizon dan tidak bisa mendapatkan Rega."
"Oh, begitu rupanya. Lalu apakah sekarang kamu sudah bercerai dari Dizon?"
"Sudah, aku tidak menyangka kalau ia ternyata bukan pemilik perusahaan. Dia hanya pegawai biasa. Aku sudah tertipu. Bahkan aku tinggal bersama keluarganya. Menyebalkan."
"Jadi kurasa kamu mendapatkan hukuman dengan karmamu sendiri. Aku cukup puas sekarang kalau bukan hanya aku yang menderita di sini. Haha."
'Kamu...?"
"Maaf. Aku bercanda. Bahkan dulu aku mengira kamu sudah memiliki kekayaan yang jauh melebihi tuan Rega." kata Zola menyindir.
"Akh. Sebenarnya aku menginginkan perpisahan dengan cara itu agar aku mendapatkan semua hadiah mas kawin secara legal. Tapi ternyata semua uangku justru habis untuk biaya hidupku sendiri di sana."
"Sekarang kamu baru sadar ya, kalau tuan Rega bahkan bisa memberimu separuh negara? Kamu justru meninggalkannya."
"Hemm, kamu benar." sahut Delisa.
"Caramu meninggalkan tuan memang mirip Cinderalla. Tapi di sini seolah-olah tuan Regalah yang bersalah dengan penghianatannya. Kamu hebar, Deli."
"Kamu yang hebat sudah merencanakan semuanya untukku."
"Ck! Tapi aku dibuang untuk itu."
"Maafkan aku. Ayo, aku traktir kamu makan dimanapun kamu mau."
"Janji? Bagaimana kalau hadiah sebuah gaun dihari jadimu?"
"Dasar, kau! Seharusnya aku yang mendapatkan hadiah, kan?"
"Iya, itu kalau kamu setuju. Apa kamu akan mengadakan pesta?"
'Tentu. Aku akan merayakan pesta dengan pembukaan butikku kembali."
'Oh, ini informasi yang bagus buat tuan Rega. Aku akan menyampaikannya.'
"Deli, itu bagus. Jadi kamu akan banyak kesibukan sebelum pesta. Baiklah, manfaatkan waktumu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
🎤K_Fris🎧
mampir dulu 😁😁
2022-01-31
7
bunda f2
next....
2022-01-25
7
Mayya_zha
aku hadir kembali.
2022-01-20
7