Tahun ini, merupakan tahun dengan ujian terberat bagi Sella. Ia terpaksa menghentikan kuliahnya karena kekhawatiran yang cukup besar pada ibunya. Walau sejak masa sekolah ia sudah terbiasa bekerja paruh waktu dengan menjalaankan studynya, tapi kali ini ia menyerah, ia tak mau akibat buruk pada ibunya terjadi lagi karena kesibukannya sendiri.
"Aku, membutuhkan uang, aku tidak bisa mendapatkan pinjaman dimanapun." kata Sella pada Rere, sahabatnya sejak sekolah.
Saat itu mereka tengah istirahat disela-sela pekerjaannya. Mereka bekerja dibawah sebuah lable jasa kebersihan yang hanya bekerja sesuai kontrak dan bila dibutuhkan untuk bekerja pada berbagai instansi atau perusahaan. Sella sudah menjalani pekerjaan seperti ini sejak ia masih sekolah.
"Maaf, Sese. Uangku juga sudah kebayarkan untuk melunasi kontrakanku selama setahun. Apa kamu sudah mencoba untuk kas bon?" kata Rere.
"Mana bisa. Kita baru dioper kontark diperusahaan ini baru dua bulan. Leader dan penanggung jawab kita saja berbeda."
"Apa kamu yakin, ibumu harus dirawat saat ini?"
"Iya, adikku yang sudah membawanya ke rumah sakit, karena ibuku pinsan." kata Sella sedih.
"Maafkan, aku Sese..." ucapan Rere terhenti, ketika ada seorang wanita yang berkulit eksotis, berwajah manis dengan kaca mata bertengger dihidungnya, mendekati mereka dan, berdehem cukup keras.
Tanpa menghiraukan Rere yang merasa heran, wanita berambut pendek dan berkaca mata tebal itu, mendekati mereka berdua. Lalu ia menarik tangan Sella dan mengajaknya kesuatu tempat, wanita itu mengajak Sella untuk menawarkan sebuah kerjasama.
"Apa kamu butuh uang?" tanya wanita itu. Dan Sella pun mengangguk.
Bekerjasama dengan wanita yang belum pernah ia kenal, tentu sangat menakutkan.
Awalnya Sella menolak, ia tidak akan terlibat dengan hal semacam itu, resikonya sangat besar bahkan ia sanagat takut dipenjara.
Tapi Zola, perempuan itu meyakinkan Sella, bahwa tidak akan terjadi apapun padanya, memastikan bahwa semua aman dan rahasia dirinya akan terjaga.
"Ini demi menolong seseorang. Tapi kamu akan mendapatkan imbalan yang setimpal. Kau tahu, pria ini harus dipisahkan dari wanitanya." kata Zola waktu itu, sambil mengirim beberapa pesan melalui telepon genggamnya, kepada seseorang.
"Tapi itu bukan urusan kita, nona... merusak pernikahan dengan cara seperti ini, sangat memalukan. Ini jahat." jawab Sella.
"Lebih jahat kalau membiarkan mereka bersama. Ayolah. Kita tidak akan saling kenal disini. Jadi jangan kuatir, tidak akan ketahuan."
"Begitu? Berapa imbalan yang akan saya dapatkan."
"Seseorang akan membayarnya lima puluh juta." jawab Zola mantap.
Gleg. Sella menelan salivanya susah payah. Ia tak pernah mendapatkan uang sebanyak itu, dan jumlah itu sudah lebih dari cukup untuk biaya rumah sakit ibunya. Bahkan ia bisa memakainya untuk membuka usaha di rumahnya agar ia bisa fokus merawat ibu sambil tetap bekerja.
Sella sudah cukup lelah dulu mengurus ibunya depresi saat ia masih remaja dan sekolahnya juga harus ia selesai kan sambil bekerja. Ketika ibunya sembuh, ia memulai kembali usaha menjahit pakaian, tapi kemudian membuatnya kelelahan dan menderita typus yang akut. Hingga ia harus dirawat.
Dengan modal yang dimilikinya, Sella yakin bisa lebih memantau kesehatan ibunya. Jadi akhirnya ia memutuskan menerima perjanjian dengan Zola melakukan sandiwara itu, demi mendapatkan uang yang ia butuh kan.
"Baiklah, saya akan melakukannya. Dimana acara itu akan digelar?" tanya Sella antusias.
"Lakukan besok, di ballroom hotel Baishyl, datanglah jam sebelas siang, atau tepat jam makan siang. Itu akan sangat ramai. Ingat selalu perhatikan peringatan dariku."
"Apa itu saja tugasku, menyamar menjadi wanita hamil?"
"Iya, lakukan saja tugasmu, selebihnya adalah urusanku."
"Bagaimana dengan uangnya, kapan aku bisa menerimanya?"
"Tunggulah sebentar lagi akan ada seorang yang membawa uangnya untukmu."
Setelah menunggu beberapa saat lamanya, ada seorang wanita dengan kaca mata hitam lebar yang hampir menutup dari separuh wajahnya. Ia juga memakai masker, tapi rambut hitamnya yang lurus dan sangat indah bagai rambut artis iklan sampo, terlihat jelas. Gadis itu berjalan mendekati tempat Sella dan Zola, mereka berada di bestmen gedung, tempat mobil-mobil terparkir dengan rapi di sana.
"Apa kau sudah mendapatkan orangnya?" tanya gadis cantik itu. Dan gadis berkaca mata mengangguk tegas.
"Apakah dia orang yang akan melakukan drama?" kata wanita itu dengan suara lembut khas miliknya. Dan Zola kembali mengangguk.
"Halo, nona. Namaku Sella." kata Sella ramah.
"Lebih baik kita tidak usah saling kenal." jawab wanita berambut panjang nan indah itu.
Sella menyimpan sosok dua wanita dihadapannya dengan baik. Entah kenapa ia merasa harus mengingat dua wanita itu dengan sungguh-sungguh. Bahkan suara mereka saja akan Sella ingat. Ketika wanita berambut panjang itu memberikan sebuah amplop coklat ke tangan Sella, ia berkata.
"Ini bayaranmu, setengahnya akan aku berikan kalau tugasmu sudah selesai."
"Baiklah, ini akan aku anggap sebagai hutang. Suatu saat aku Pasti akan membayarnya." kata Sella bersungguh-sungguh.
"Ah, tidak perlu. Bahkan kita tidak saling kenal. Bagaimana kau akan membayarnya? Lakukan saja tugasnya dengan baik." kata gadis berambut penjang.
"Jadi, begini rencananya..." kata Zola, gadis berambut pendek dan berkaca mata tebal itu mengatakan rincian rencana dengan jelas.
"Apa kau mengerti?" tanya Zola lagi, dan Sella mengangguk faham.
Setelah itu Sella pergi dengan membawa uang yang cukup banyak dalam tas, ia menuju bagian dalam Gedung Art Design Group untuk menyelesaikan pekerjaannya hari itu. Tak lupa ia pamit pada Rere untuk tidak bekerja ditempat itu lagi mulai besok.
"Kenapa?" tanya Rere, saat Sella berpamitan.
"Aku akan bekerja dirumah saja mulai besok. Aku akan fokus menjaga Ibu." kata Sella.
"Apa kamu sudah mendapatkan uangnya?" tanya Rere.
"Sudah, kurang sedikit lagi." jawab Sella sambil tersenyum.
"Apakah dari perempuan yang tadi membawamu pergi?"
"Emm...iya, iya. Aku harus bekerja padanya besok." kata Sella sambil mengangguk.
"Baiklah, semoga ibumu cepat sembuh dan baik-baik saja." kata Rere diakhir percakapan mereka.
Tentu saja Sella tidak mengatakan yang sebenarnya pada Rere kalau ia sudah mempunyai modal usaha, karena urusan akan menjadi panjang. Oleh karena itu ia merahasiakan perihal modal yang sudah ia dapatkan. Hari itu hari terakhir mereka bertemu sebagai petugas kebersihan.
***
Keesokan harinya, disebuah pesta yang sangat mewah, ada seorang melakukan tugas yang sudah disepakati dalam perjanjian. Ia berjalan dengan perlahan membelah keramaian, ia memakai riasan tebal dan yang sangat mencolok disini adalah, wanita itu hamil. Berada di pesta yang terkesan glamour, ia sedikit gugup. Rasa berdosa dan merasa bersalah, karena menjadi orang jahat memenuhi benaknya.
Wanita itu mulai menangis, bagaimana mungkin di pesta seindah ini harus dirusaknya, ia mengutuk perbuatannya sendiri dalam hati. Ia tak bisa menahan air mata hingga riasannya luntur sebelum ia sempat bicara.
Setelah sampai di depan sepasang pengantin yang tampak bahagia, suara musik syahdu yang mengiringi suasana tiba-tiba padam. Ini konspirasi, tidak mungkin dipesta semewah itu aliran listrik padam begitu saja, kan?
Seorang wanita hamil berteriak keras, suaranya nyaring ditengah ruangan. Karena tidak ada suara musik, membuat suara teriakan itu begitu mendominasi, "Kau, laki-laki busuk!!' Itulah suara teriakan yang mnyedot perhatian.
"Nona! Kamu tidak layak menikah dengan laki-laki buruk seperti dia! Lihatlah aku sekarang hamil karena perbuatannya!" wanita hamil itu terus menangis menarik perhatian semua orang.
"Kamu, laki-laki tak bertanggung jawab! Apa kau ingat, telah melakukan perbuatan itu padaku, hingga aku hamil!?" kata wanita hamil itu menatap mata Pengantin pria lekat.
Pengantin pria itu menatap dengan tatapan mata yang menyiratkan perasaan seperti kebencian yang membuncah siap memecahkan jiwa.
"Bahkan sekarang kamu menikahi wanita lain?! Kamu akan meninggalkan aku begitu saja?!" masih saling menatap bahkan tatapan mata mereka saling mengunci. Hati wanita itu tiba-tiba bergemuruh, bahkan suara gemuruh itu laksana suara mesin yang menderu menggetarkan persendian tulangnya.
"Maafkan aku..." gumam wanita itu lirih, tak terdengar siapapun, tapi gerakan bibirnya sangat jelas dilihat oleh sang pengantin pria. Sedang air mata terus mengalir deras.
'Dasar pembohong! Mana pernah aku melakukan hal kotor seperti itu. Menyentuh kekasihku saja tidak pernah. Aplagi menghamili wanita yang tidak kukenal! Trik kotor yang menjijikkan' batin pengantin pria.
Suasana kepanikan yang luar biasa tersebar. Gosip terpanas muncul disana sini, semua orang membicarakan keburukan ini. Kehormatan keluarga tercoreng seketika.
Diwaktu yang bersamaan, dari beberapa arah muncul pegawai yang bertugas mengamankan pesta, mendekati wanita hamil itu dan bersiap menangkapnya. Mereka bermaksud menghentikan aksi bicaranya yang kotor. Agar suasana pesta tetap terjaga.
Saat yang tepat, sang wanita hamil tiba-tiba pinsan, menambah kepanikan. Lalu dua orang laki-laki berbadan kekar yang sedari tadi berada disekitar wanita hamil itu, menangkap tubuhnya sebelum sempat menyentuh lantai.
"Maaf, kami dokter. Biar kami yang mengurusnya" kata dua laki-laki itu dan kemudian memapah tubuh wanita hamil memasuki sebuah mobil van, yang terparkir tak jauh dari gerbang hotel.
Semua petugas keamanan itupun menghentikan gerakannya, mereka tak ingin lagi mengejar orang-orang yang telah pergi dengan mobil Van itu.
Sampai di dalam mobil, tiba-tiba wanita hamil itu terduduk, ia kembali menangis sekeras mungkin. Sepertinya ia sangat menyesal.
"Akting kalian bagus." kata wanita berambut pendek dan berkaca mata tebal, sambil tersenyum.
Gadis itu memberikan pada semua orang yang ada dalam mobil, masing-masing sebuah amplop yang sudah ditandai. Mereka adalah semua orang yang ikut dalam perjanjian merusak pesta hari ini. Dalam amplop itu adalah bayaran yang mereka dapatkan sesuai tugas yang sudah diberikan.
"Ingat, diantara kita tidak ada yang saling kenal, bukan? Jadi tidak usah kuatir karena rahasia siapa diri kita aman" kata Wanita itu lagi.
"Terimakasih atas kerjasamanya."
Setelah semua laki-laki pergi, wanita hamil yang tadi menangis itu mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa.
"Apa kamu tidak menyesal, nona?" tanya wanita berambut keriting.
"Tidak. Kamu bisa melakukan apapun yang kau mau. Kita hanya menolong seseorang. Sungguh laki-laki itu sangat buruk." kata wanita berkaca mata.
"Aku sangat menyesal. Aku sudah jadi orang jahat sekarang. Sebenarnya apapun yang terjadi pada pasangan itu, bukan urusan kita. Tidak sepntasnya kita merusak pestanya dengan cara seperti ini, kan? sepertinya perbuatanku ini akan jadi penyesalan seumur hidupku." katanya sambil keluar dari dalam mobil, lalu duduk memeluk lututnya sendiri ditrotoar pinggir jalan, menangis sejadi-jadinya.
Kalau saja penyesalan bisa berubah menjadi debu lalu diterbangkan oleh angin, maka hati manusia tidak akan menjadi pekat oleh sebuah penyesalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
El 1
❤️👍👍❤️👍❤️❤️
2022-03-12
7
Aris Pujiono
zen kapan nikah nie
2022-01-18
7
Hanum Anindya
kalo bisa nikahnya sama Zen🤭🤭🤭
2022-01-11
9