Sella bersungut-sungut cemberut pada keadaan yang mengesalkan itu. Ia hanya mendekati sebuah tas kecil yang biasa dipakai Rere tergeletak disana. Sella berdiri di sisi tembok pembatas. Tembok itu kokoh setinggi pinggang orang dewasa, yang melindungi area sekitar atap agar aman bila ada yang berdiri di sana.
'Bagaimana bisa dia meninggalkan barangnya disini. Apa aku curi saja dan pergi?'
Kemudian, Sella menulis beberapa pesan pada Rere, melalui ponsel yang sedari tadi ada ditangannya. Begitu pesan terkirim, langsung ada jawaban dari pesan yang Sella kirimkan, Rere meminta Sella untuk menunggunya, karena masih ada pekerjaan yang menjadi tugasnya.
Walau kesal, Sella tetap menunggu sambil membaca novel kesukaannya. Ia duduk didekat pintu tangga yang menghubungkan antara atap dan bagian dalam gedung.
Sementara di ruangan Alrega.
"Bagaimana tentang gadis itu, apa sekarang kau sudah punya alasan untuk menjemputnya?" tanya Alrega, sambil melepas jas hitamnya dan duduk di kursi kerjanya, jas ia gantungkan pada sandaran kursi.
"Hari ini tuan bisa menemuinya," kata Zen, karena ia sudah menjalankan rencana agar pertemuan Sella dan Alrega terkesan tak sengaja.
"Alasan apa yang pantas menurut tuan, agar ia mau menikah dengan anda padahal dia sama sekali tidak mengenal tuan?" Zen tampak berfikir, keningnya berkerut.
"Menghukumnya. Itu hukuman yang pantas" jawab Alrega dengan menyeringai sinis.
Zen hanya mengangguk sambil menyiapkan beberapa berkas dan menyalakan laptop untuk Alrega.
'Jadi hukuman untuk perempuan itu adalah menikah? Ah, yang benar saja.'
"Tuan, saya baru mendapatkan pesan kalau Delia akan ke kantor mengunjungi anda hari ini" kata Zen tiba-tiba mengganggu suasana hati Alrega.
"Hmm...usir saja kalau dia datang, aku tidak mau bertemu dengannya." sahut Alrega.
"Baik, tuan," kata Zen sambil menyalakan ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang.
"Ck. Kau bilang dia tidak akan berani menemuiku, lalu apa sekarang?" kata Alrega mencebik pada Zen.
"Bahkan dia akan ke kantor ku. Sekarang kau percaya padaku?" kata Alrega lagi.
"Maaf, tuan. Anda memang benar." kata Zen tenang.
"Kau ini merusak moodku saja. Bereskan sisanya." kata Alrega, sambil menaruh berkas yang tadi ada di tangannya lalu beranjak dari kursinya, ia mengambil jas dan keluar dari ruangannya.
'Apa tuan akan ke atap seperti biasany? Tuan kalau kesal selalu ke sana'
"Urus semuanya, aku akan ke atap sebentar." kata Alrega ketika sampai di pintu, Zen mengangguk sambil membuka dan menutup pintu ruangan untuk Alrega.
Alrega melangkah santai dikoridor gedung menuju kearah tangga yang menghubungkan ruang bagaian dalam dengan atap gedung. ia mengingat siluet yang tadi sempat dilihatnya menghilang dibalik tangga.
Alrega berjalan dengan tenang sampai ditangga terakhir dan mendapati pintu tangga Sudah terbuka. Setelah ia sampai di pintu,
Bruk!
Alrega melemparkan jasnya begitu saja dan mendarat tapat di kepala Sella yang duduk dilantai sambil membaca novelnya.
"Hei!" suara Sella berteriak cukup keras.
Alrega menghentikan langkahnya lalu menoleh pada sumber suara. Langkahnya yang akan menuju dinding pembatas atap gedung, terhenti seketika. Ia terkejut melihat Sella wanita yang ia cari ada dihadapannya. Ini sungguh tidak ia duga sebelumnya.
'Akh, ada orang lain, dan dia... Kau di sini rupanya.'
Sella menarik dan mengangkat benda yang tadi mendarat dikepalanya. Benda itu adalah jas milik seseorang yang disimpan sembarangan. Ia menjadi kesal. Tanpa ia sengaja, gerakannya itu membuat topi yang ia pakai untuk menutupi rambut panjangnya, terlepas. Rambut Sella yang keriting dan panjang itu pun terburai.
Angin cukup kuat seperti menghempaskan rambut Sella kesegala arah. Acak-acakkan. Tapi justru wajahnya terlihat manis dan natural bagai lukisan indah. Mata jernihnya yang seperti bulan sabit mengerjab-ngerjab meluruskan pandangannya.
Melihat pemandangan didepannya, membuat Alreja hampir saja tertawa. Tapi ia menahan tawanya. Ada perasaan lucu meliht rambut Sella. Ini keberuntungan atau kebetulan hingga ia bisa menemukan gadis yang dicarinya bahkan ingin dijebaknya.
'Apakah ini rencana Zen? Atau kebetulan saja?'
Alrega tidak tahu pasti, apa semua yang terjadi kali ini kebetulan atau memang rencana Zen, yang penting sekarang adalah gadis ini ada di sini!
Kebetulan selalu menjadi awal sebuah takdir lain yang mengikuti, kebetulan itu sebenarnya tidak ada, ia hanya sebuah awal kisah anak manusia menemui takdirnya semata, setelah kebetulan yang dialaminya.
Setelah merapikan rambutnya dibalik telinga, Sella bisa melihat siapa orang yang melempar pakaiannya sembarangan hingga menimpa kepalanya.
'Dia? Bukankah orang yang waktu itu di tempat parkir dan menyuruh orang lain mengisirku?' Sella berkata dalam hati.
" Apa benda ini milikmu?" tanya Sella, sedikit gugup.
Wajah laki-laki yang ada di depannya ini dan ternyata begitu tampan, bersih dan tegas. Garis rahang dan hidungnya sempurna, matanya lancip dan hitam legam, seperti menolak untuk masuk kedalam daftarnya laki-laki yang patut ia benci.
'Ahk, sepertinya aku tidak bisa membenci pria setampan ini. Tidak, tidak...semua pria sama. Tidak penting wajahnya, yang penting adalah perbuatannya' Sella bermonolog dihatinya.
"Iya" jawab Alrega ketus. Ia sudah menunjukkan ekspresi membekukan seperti biasanya. Ia harus mendapatkan gadis itu sekarang juga.
"Sembarangan saja. Ini ambil!" kata Sella. Ia mengulurkan jas itu kearah Alrega.
Alrega mendekat, menatap wajah Sella intens, ia terlihat menarik sudut bibirnya sedikit. Lalu menjulurkan tangan menarik jasnya dari genggaman Sella tapi melemparkannya kembali kelantai.
Bruk!
Tatapan Sella mengikuti gerakan Alrega yang melemparkan jasnya sendiri ke lantai, menerbitkan cemberut di bibirnya.
'Hais. Kan, semua laki-laki itu sama. Jadi untuk apa wajah tampan tapi perbuatannya seperti ini'
Sella memalingkan wajahnya, sambil memakai topinya lagi, ia menatap keluar gedung dan memasukkan buku novelnya ke dalam tasnya. Berniat hendak pergi meninggalkan laki-laki yang membuatnya jengah.
Melihat Sella akan beranjak pergi, sontak Alrega memanggilnya, ia berusaha menahan perempuan itu tetap di sana hingga ia bisa menjalankan rencananya.
"Hei. Tunggu!" pekik Alrega.
"Aku tidak ada urusan dengamu!" jawab Sella ketus.
"Siapa kau. Apa kau pengangguran? Kenapa bersantai-samtai disini?" tanya Alrega lagi. Kali ini sukses membuat Sella menghentikan langkah dan berbalik menghadap Alrega.
Sella berkata,
"Aku bukan pengangguran, dan aku bukan siapa-siapa." Maksud Sella adalah dia bukan pegawainya atau siapapun yang berkaitan dengan gedung itu.
"Jadi maksudmu kamu bukan pegawai di kantor ini? Dan kau hanya kesini karena satu keperluan, begitu maksudmu?" kata Alrega mengangkat kedua alisnya.
Deg. Jantung Sella berdegup. Bagaimana laki-laki itu bisa tau pikirannya? Apa ia punya kemampuan melihat isi otak manusia? Ahk... Sella tersenyum pahit.
"Iya. Apa itu mengganggumu? Tidak kan?" kata Sella seraya melipat tangan didepan dada.
"Ck! Percaya diri sekali kamu. Kau menggangguuku."
"Baiklah aku pergi sekarang" kata Sella. Bersiap membereskan tas milik Rere yang ada dilantai.
"Berhenti! Kau belum menjawabku!"
"Apa yang harus kujawab?" kata Sella menghentikan gerakannya.
"Siapa kau?" tanya Alrega tidak merubah ekspresi.
'Namaku, maksudmu?" tanya Sella menunjuk dirinya sendiri dan Alrega pun mengangguk.
"Kenaalkan, namaku Sellamirani" kata Sella sambil mengulurkan tangan dan tersenyum pada Alrega, tapi laki-laki itu mengabaikannya dengan mengalihkan pandangan sambil mengusap-usap telapak tangannya kebajunya sendiri.
'Ck. Sombong sekali. Tanganku mungkin penuh kuman, mungkin hari ini hari sialku bisa bertemu makhluk aneh?' Sella tersenyum miris.
"Apa kamu tahu siapa aku?" Maksud Alrega adalah, kemungkinan Sella mengingat bahwa Alrega adalah laki-laki yang pernah jadi korban penipuan busuk yang dilakukannya dua tahun yang lalu.
Mendengar pertanyaan seperti itu membuat Sella tertawa kecil. Ia melihat Alrega adalah pria sombong yang seenaknya saja.
Tertawanya Sella, justru membuat Alrega heran. Ia salah satu tokoh terkenal yang wajahnya sering muncul ditelevisi dan majalah bisnis. Banyak orang yang segan atau takut padanya tapi yang terjadi sekarang, seakan dirinya dianggap alien yang lucu oleh gadis ini, bahkan ia berani tertawa begitu keras
'Dia benar-benar tidak mengenalku. Hei, nona. Apa kamu masih tinggal di bumi atau di planet lain, sehingga kau tidak mengenaliku?'
"Memangnya siapa dirimu, apa kamu orang terkenal dan aku tidak tahu, begitu?" kata Sella, "maaf mengecewakanmu, aku terlalu sibuk untuk menghabiskan waktu di depan TV"
Mendengar ucapan Sella, Alrega merasa sedikit tercubit hatinya. Hingga ia menghela nafas dalam. Matanya nanar memandang gadis yang berpakaian sangat sederhana itu. Tidak menyangka kalau gadis ini benar-benar tidak mengenalinya lagi.
Kadang seseorang merasa bahwa dirinya begitu hebat, padahal masih banyak orang yang mungkin lebih hebat darinya. Kadang orang merasa bahwa semua orang akan mengenal dirinya padahal masih banyak orang lain yang tinggal dibelahan bumi yang berbeda, hingg tidak tahu siapa orang yang ada di hadapannya.
Karena melihat respon laki-laki dihadapannya yang diam saja, Sella berkata lagi, "Kalau merasa kamu orang terkenal, seharusnya kamu bisa bersikap lebih sopan, tidak melempar pakaian sembarangan. Apalagi itu bajumu sendiri. Kita tidak tahu, apakah perbuatan kita akan merugikan orang lain atau tidak, seperti yang tadi kamu melemparkan, dan mengenai dikepalaku."
Alrega seperti tersihir dengan semua yang dikatakan Sella. Bukan hanya karena ucapan wanita itu tetapi juga karena suara Sella yang terdengar manis ditelinganya. Suara Sella memang cukup merdu, sedikit sengau dihidung tapi lembut.
"Lalu..?" tanya Alrega.
"Itu, tidak sopan. Apa kamu juga mau kalau orang lain melakukan hal yang sama denganmu?" kata Sella terdengar bijak.
"Baiklah, aku akan membayarnya"
"Membayar untuk apa?" tanya Sella heran.
"Ganti rugi kepalamu, katakan saja berapapun yang kau mau aku akan membayarnya."
"Ck! Kepalaku tidak butuh bayaran dari uangmu. Kalau kamu membayarnya, sama saja aku menjual kepalaku."
'Dasar laki-laki aneh.'
"Jual saja, dirimu. Aku akan membelinya dengan seluruh kekayaanku" tandas Alrega.
'Sombong sekali.'
"Kamu...?! Aku tidak akan menjual diriku padamu! Walaupun kekayaan sampai seluruh dunia adalah milikmu, aku tidak akan menyerahkannya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Hajime Nagumo
😌😌😌🧡🧡🧡
2022-03-07
5
El 1
gambarnya kayak aku pernah liat
2022-03-07
5
Aris Pujiono
hadir lagi salam dari Sanubari
2022-01-10
5