"Undang pemilik Davilla kemari. Urus pembelian secepatnya," kata Alrega setelah menghabiskan sisa kopi digelasnya.
"Pemiliknya yang sekarang, orang yang misterius. Sepertinya orang itu ada hubungannya dengan arsitek yang merancang gedung itu untuk anda." jawab Zen tenang.
"Aku percaya kamu bisa membereskannya."
"Tentu, tuan. Gedung itu akan segera menjadi milik anda kembali. Kapan kira-kira anda menginginkannya?"
"Kapan ulang tahun Deli?" Alrega balik bertanya.
Mendengar pertanyaan Alrega, Zen mengalihkan pandangan dari laptopnya dan melihat pada Alrega.
'Apa hubungannya dengan gedung itu dengan ulang tahun Delisa. Apakah Dslisa akan merayakan pesta ulang tahunnya?'
"Seingat saya, sebentar lagi, awal bulan depan."
"Davella harus sudah menjadi milikku sebelum Deli merayakan pesta ulang tahunnya."
Davilla adalah nama gedung yang sengaja dibangun oleh Alrega untuk wanita yang menjadi pasangan hidupnya. Saat itu ia menjalin hubungan dengan Delisa selama tiga tahun lamanya, hingga akhirnya menikah dan menjadikan Davilla sebagai hadiah pernikahan untuk Delisa. Namun tanpa diduga hubungan mereka kandas hanya dalam waktu beberapa jam saja, setelah hubungan itu diresmikan, dan didukung dengan pesta mewah.
Sepekan kemudian mereka resmi bercerai, Alrega tidak meminta semua hadiah yang sudah ia berikan pada mantan istrinya, karena saat itu ia tidak perduli dengan semuanya. Bahkan ia merasa sangat tidak dihargai, dilecehkan oleh mantan istrinya didepan semua orang.
Alrega tampak sangat kacau, begitu juga dengan perusahaannya. Walau demikian, kegelisahan dan rasa frustasinya tidak berlangsung lama. Ia berhasil memimpin kembali perusahaannya dengan baik. Dengan usahanya.
Rumah tangganya boleh gagal hanya dalam waktu beberapa jam saja, tapi tidak untuk kepemimpinannya. Bahkan kini ia lebih sukses dari sebelumnya.
Setelah bertemu dengan Sella sehari yang lalu, Alrega ingin memiliki Davilla kembali, tapi bukan dengan cara merebut atau mengambilnya, ia akan memilikinya kembali dengan cara yang adil, karena gedung itu sudah menjadi milik orang lain.
Alrega akan memberikan gedung Davilla kepada wanita yang akan ia nikahi kali ini. Ia berfikir kalau sekarang adalah waktu yang tepat untuk membalaskan dendamnya pada wanita yang sudah menipunya dua tahun yang lalu, mengingat Delisa, mantan istrinya itu juga kembali. Kedua orang wanita ini, memiliki keterkaitan yang sama dengan masa lalu yang terjadi pada Alrega.
Alrega seorang pria yang tidak suka berganti-ganti wanita, walau ia akan menikahi Sella hanya untuk membalas sakit hatinya, ia tak akan mempermainkan wanita yang sudah menjadi istrinya.
"Zen, kau tahukan apa yang harus kau lakukan pada perempuan itu, besok?" kata Alrega memecah kesunyian. Zen mengangguk dan berkata,
"Baik, tuan. Kita akan menjebaknya besok hingga ia mau menikah dengan anda."
'Perempuan itu tidak kenal dengan anda, tentu saja harus dengan menjebaknya agar ia mau melakukan apapun yang anda inginkan.'
Alrega tampak puas dengan yang dikatakan Zen. Ia adalah orang yang paling tahu bagaimana cara menghadapi dan memenuhi keinginan Alrega.
Setelah puas dengan rencananya, Alrega keluar gedung menuju mobilnya, Zen mengemudikan mobil untuk Alrega sampai di rumah. Malam sudah semakin gelap.
***
Keesokan harinya, di rumah Sella.
"Hei, Rere. Ada apalagi sekarang?" tanya Sella dipagi hari yang cerah.
Ia terlihat sangat malas menerima telepon dari Rere sahabatnya. Ini adalah panggilan untuk yang kesekian kalinya. Rere seperti orang yang tidak terima sang kekaksih memutuskan cintanya. Padahal saatvitu, Sella tengah bersiap-siap untuk pergi, tapi Rere tidak putus asa menghubungi ponselnya.
"Iya, baik. Aku kesana sekarang." kata Sella setelah diam beberapa saat. Ia duduk di depan pintu, sambil memakai sepatu nya. Kedua adiknya sudah bersiap untuk pergi kesekolah.
Sella memanaskan motor tua yang selalu menjadi kendaraan andalannya bila pergi kesuatu tempat. Ia memperbaiki motor peninggalan ayahnya itu dengan uang yang ia dapatkan dengan cara menipu seseorang dimasa lalu.
Rasa kecewa pada dirinya sendiri, rasa sesal yang begitu dalam selalu menghimpit dadanya bila kejadian itu melintas, walaupun hanya sekejab saja dalam benaknya.
"Ibu, aku akan pergi menemui Rere. Dia bilang akan membayar hutangnya hari ini. Apa ibu tidak keberatan menemani Rika di toko?" tanya Sella.
"Tidak. Kebetulan ibu sedang menganggur. Pesanan bajunya sudah selesai. Ayo sarapan dulu. Ibu masak gulai ayam hari ini." kata Flinna seraya beranjak dari toko menuju meja makan.
"Baik." jawab Sella dan Rika bersamaan.
Tak lama muncul Rejan dan Runa yang sudah mengenakan baju seragam sekolahnya, ikut makan bersama mereka. Dua anak remaja yang bersekolah di sebuah sekolah negeri tingkat akhir itu langsung mengambil bagiannya.
"Hei, cucilah tanganmu dulu!" kata Flinna pada kedua anaknya.
"Ibu, aku sudah mencucinya. Tenanglah, aku menyayangi ibu. Aku tidak akan membuat ibu sakit, dengan membagikan kuman."/kata Rejan sambil menyuap nasi ke mulutnya.
"Makanlah dengan tenang dan hatu-hati. Kamu tidak mau tersedak makanan dan menyangkut di jakunmu, kan?" kata Sella membuat semua wanita yang ada di sana tersenyum.
"Aku tidak punya jakun, hehe...belum maksudku" jawab Rejan sambil tertawa.
"Hais. Kau mau menipu kami semua disini, ha?" tanya Sella, seraya menyimpan sendok yang tengah digenggamnya. Ia seperti hendak menantang adik laki-lakinya ini, padahal sangat jelas kalau Rejan sudah memiliki jakun.
"Sudah, sudah. Ini meja makan, bukan meja tempat bercanda. Tidak baik makan dengan terburu-buru" kata Flinna. Keluarga itu memang selalu bercanda, suasana akrab seperti ini selalu terjadi setiap hari.
Wanita setengah baya itu sering melerai anak-anaknya yang selalu bercanda berlebihan. Suasana hangat seperti itu sudah biasa terjadi dikeluarga kecil itu sejak Flinna sembuh dari sakit dan depresi nya.
Sella yang punya inisiatif seperti itu, bahwa keluarganya tidak boleh sedih lagi. Ia ingin selalu menciptakan kehangatan dan kebahagiaan untuk ibunya. Ia tak mau ibunya kembali memgalami trauma setelah kepergian ayah yang menelantarkan mereka.
"Kakak, minta pada Rere membawa kue yang kemarin. itu enak." kata Runa dengan mulut penuh nasi yang dikunyahnya.
"Aku juga ingin makan kue itu nanti, jadi kalau aku belum pulang, jangan dihabiskan." kata Rejan.
"Aku akan memintanya membuat lebih banyak, nanti. Agar kalian bisa menjualnya disekolah,, belajarlah berbisnis. Keuntungannya juga untukmu." kata Sella.
" Aku akan menjualnya dengan harga double." sahut Rejan antusias.
"Tidak boleh. Kalau ingin jualanmu habis, kau harus menjual dengan harga yang sewajarnya." kata Sella.
"Dasar, anak kecil!" kata Runa, kakak beradik itu kembali bercanda.
"Aku bukan anak kecil. Lihat aku sudah punya jakun!" Rejan menunjuk lehernya.
Melihat hal itu, Sella hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Adiknya itu benar-benar suka bercanda. Dan akhirnya mereka pergi kesekolah bersama. Sementara Sella pergi menemui Rere di gedung Art Design Group. Atau yang biasa disingkat gedung ADG.
***
Sella berada di halaman gedung. Ia memarkirkan motornya diantara beberapa motor yang sudah terparkir disana. Hari masih pagi, ketika Rere menghubungi Sella melalui ponselnya.
"Hailo, Rere aku sudah sampai di parkiran. Kamu dimana? Aku datang tepat waktu, ini belum jam kantor." kata Sella begitu telepon tersambung.
"Hai, Sese. Terimakaih sudah datang, aku tau ini masih pagi. Naiklah. Aku ada di atas atap gedung." kata Rere dari balik telepon.
"Apa, ke atap gedung? Apa kamu sudah gila. Mana mungkin aku bisa masuk kesana?"
"Bicaralah pada satpam itu, aku akan minta ijin pada mereka" kata Rere.
Sella menghampiri dua orang petugas keamanan gedung yang sedang berjaga di pos jaga. Meminta ijin pada dua orang itu untuk menemui sahabatnya di atap gedung. Dengan negosiasi yang sedikit alot, akhirnya Sella diijinkan juga.
"Sebenarnya ini hal yang tidak biasa. Tapi saya mengenal Rere. Kalau memang cuma sebentar, kami ijinkan. Dan kamu harus lewat tangga." kata satpam itu.
'Hei. Gedung ini bertingkat sebelas, dan aku harus lewat tangga? Gila ya' Sella.
Tapi karena demi Rere akhirnya Sella masuk dengan melalui tangga darurat.
'Ini hari yang panas bukan karena matahari, tapi karena gerah hati. Rere, awas kau nanti!' Sella.
Sampai melalui beberapa lantai, Sella sudah kelelahan, ia akhirnya mencoba melalui lift dengan berjalan tanpa rasa takut ketahuan, tanpa rasa canggung terhadap semua orang yang tidak ia kenal, ia masuk ke dalam lift. Hingga Sella sampai di lantai teratas, lift berhenti dan ia keluar dan menuju kearah tangga. Tangga itu afalah atu-satunya akses menuju lantai atap.
Ia melangkah menaiki tangga, pada saat itulah ia menangkap siluet bayangan seorang lelaki berjas warna navi memasuki ruangan, tak jauh dari tangga yang akan ia lewati.
Disaat yang bersamaan, seorang laki-laki melihat bayangan seseorang sekilas, sedang menaiki tangga yang menghubungkan lantai itu dengan atap gedung. Laki-laki itu hendak memastikan apa yang ia lihat, tapi bayangan itu sudah hilang.
Sesampainya di rooftop, dimana Sella akan menemui Rere. Gadis itu mengedarkan pandangan kesekelilingnya, tapi tak nampak Rere ada di sana.
"Apa dia berbohong padaku?" gumam Sella sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Hajime Nagumo
👍👍👍👍🧡🧡🧡
2022-03-07
5
Sedang Bersemedi
seruuu😍
2022-01-09
6
~°•●Dee_K●•°~
hai kk.. mampir nih.
nnti aku boomlike lagi kk
2022-01-07
6