Zen menatap Rere dengan penuh keseriusan. Tapi Rere seolah berada dalam mimpi, ia masih bingung harus berkata apa pada Sella. Ketakutan menjalari hatinya, kalau Sella akan mendapatkan akibat dari kecerobohannya. Hal yang ada dalam pikiran Rere kemarin adalah menolong Sella membersihkan bajunya. Itu saja.
"Apa kamu mendengarku?" kata Zen dengan suara pelan kali ini. Tapi justru suara itu terdengar lebih menakutkan.
"Eh, ini. Silahkan tuan." jawab Rere menunjukkan ponselnya.
Setelah menerima ponsel Rere yang sudah menyala, Zen menggeser layar ponsel mencari nama Sella.
"Kau namai apa temanmu itu disini?" tanya Zen tanpa mengalihkan pandangan pada ponsel.
"Emm... Sese." kata Rere pelan. Ia malu, karena nama itu menurutnya lucu untuk julukan Sella.
"Panggil dia." kata Zsn setelah ponsel tersambung.
Ia memberikan ponsel Rere pada pemiliknya. Dan ia sibuk mengetik nomor Sella pada ponselnya sendiri.
Sejenak terdengar suara nada sambung, yang cukup nyaring dalam ruangan itu. Mereka yang ada disana tentu bisa mendengar apapun yang dikatakan Sella.
"Halo, Rere. Apa kau merindukanku?" kata sebuah suara yang cukup merdu dibalik ponsel.
Blush! Wajah Rere memerah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Sella. Tentu saja Sella disana tidak tahu kalau bukan hanya Rere yang bisa mendengar suaranya.
'Ya Tuhan. Sella...memalukan!'
"Sese...bisakah kamu ke tempat kerjaku sekarang?"
"Apa? Jangan mimpi. Aku sibuk. Kecuali kamu akan membayar hutangmu. Oke?" kata Sella dibalik ponsel, untuk kedua kalinya membuat Rere malu.
'Memalukan... Ia mengatakan soal hutang.'
"Ah, bukan begitu. Aku hanya membutuhkan bajuku. Ini penting." sahut Rere.
"Kau pikir aku percaya? Kecuali kamu akan membayar dengan tubuhmu. Haha..." kata Sella sambil tertawa lebar.
"Apa maksudmu bicara seperti itu, Sese.. " kata-kata Rere terpotong oleh Sella yang berkata,
"Kamu bilang menyukaiku, kan? Jadi kapan kita akan menyewa kamar, dan menghabiskan waktu bersama, sayang?" kata Sella dengan suara yang dibuat-buat manja, lalu tertawa lagi.
"Untuk apa harus menyewa kamar. Memalukan. Sese, cepatlah kemari!" kata Rere mulai panik.
Zen dan seorang pengawal keamanan yang ada di sana menahan tawanya mendengar obrolan Sella dan Rere yang menggelikan. Mereka sempat berpikir kalau Rere punya kepribadian menyimpang.
'Memalukan sekali. Bisakah aku kabur saat ini?'
"Kamu pikir untuk apa. Aku akan memotong-motong dirimu, tau? Makanya jangan berhutang!" kata Sella kembali terbahak-bahak.
Rere berharap ia berubah menjadi semut dan masuk ke dalam lubangnya saat ini juga.
"Kamu ada dimana sekarang. Mampirlah sebentar. Aku ingin mengatakan sesuatu." kata Rere.
"Apa yang akan kamu katakan? Apa kau akan bilang kalau bosmu akan menikahiku?" masih dengan tertawa.
Sella kembali berkata, "Aku jauh dari gedung itu. Sekarang aku masih ada di jalan Acuan Maya. Jauh kan? jadi lupakan saja kalau ingin menjodohkan aku. Aku tidak tertarik pada laki-laki." kata Sella.
Kata-kata Sella sempat membuat kening Zen berkerut. Tapi ia kembali tenang, seolah tak ada apapun yang ia dengar.
"Sese...tolong kemarilah..." kata Rere memohon.
"Sebenarnya, ada apa ini Re. Kenapa kamu begitu memaksa? Tidak biasanya." kata Sella masih dibalik ponsel.
"Aku akan membayar hutangku," kata Rere dengan ragu.
'Entah aku harus membayarnya dengan apa.'
"Oh, tidak perlu. Maaf. Aku hanya bercanda. Aku tahu kamu belum punya uang. Besok aku akan kesana. Jangan kuatir bajumu sudah kucuci," kata Sella yang membuat Zen menggerakkan tangan memberi isyarat agar Rere menyudahi panggilannya.
"Baiklah, aku tunggu kamu besok. Pagi-pagi ya. Sebelum aku mulai bekerja." kata Rere mengakhiri obrolan dengan Sella dan menutup ponselnya.
"Ceritakan padaku tentang temanmu itu." kata Zen begitu Rere memasukkan ponselnya ke dalam saku.
'Kenapa tuan Zen tertarik dengan Sella. Sebenarnya ada apa?'
"Semuanya, tuan?' tanya Rere ragu.
"Iyaa, semuanya. Sejak kapan kamu mengenalnya, apakah dia gadis yang baik?" tanya Zen, menghunjamkan tatapan yang tajam pada Sella.
"Sese? Wah, tentu saja dia baik, sangat baik. Dia sering memberikan saya pinjam... Eh, maaf tuan," kata Rere bersemangat, karena selama ia berteman dengan Sella, selalu ada hal baik yang ia rasakan bersamanya.
"Teruskan saja, jangan sungkan. Kau bebas menceritakan keburukannya juga."
"Itu.. kalau soal keburukannya Sese hanyalah masa lalunya, tekadnya yang aneh karena sejak ditinggal ayahnya, ia jadi membenci semua laki-laki yang ia anggap senang menyakiti dan egois. Maaf, tuan." kata Rere takut Zen akan tersinggung karena dia juga seorang laki-laki dan terkenal galak pada bawahan.
"Bahkan dia tidak akan menikah seumur hidupnya." kata Rere lagi, sambil mengalihkan pandangan.
'Apa?'
"Teruskan." sahut Zen sambil menarik nafas.
"Sese sangat menyayangi ibunya, bahkan ia mengurus ibunya yang depresi sendirian. Ia tak pernah mengeluh. Atau meminta bantuan orang lain. Bahkan ia merasa bahwa laki-laki tidak perlu ada di dunia ini." kata Rere lagi.
Sella begitu bekerja keras di masa remajanya, ia merasa tidak perlu tergantung pada orang lain seperti ibunya yang tergantung pada ayahnya. Apabila orang itu pergi maka ia akan seperti gunung yang runtuh dan menjadi rata.
'Kalau memang benar seperti itu pengalaman hidup perempuan itu, maka akan sangat bagus kalau tuan Rega tahu. Apakah mungkin tuan akan menikahi gadis yang sudah menipunya? Atau karena demi nyonya?'
"Ck! Apa dia pikir dirinya bisa hadir didunia ini tanpa seorang laki-laki? Tekad yang aneh." sahut Zen dengan senyum smirknya.
"Benar, tuan. Menurutku juga begitu. Padahal dia juga punya seorang adik laki-laki. ini lucu." kata Rere tanpa sadar ia berjalan mendekati Zen, seolah mereka sudah sangat akrab. Tapi raut wajah Zen seketika berubah keruh, membuat Rere kembali berdiri tegak.
Rere pun menceritakan semua tentang Sella, bagaiman pertemuannya, bagaimana pengalaman dan pekerjaannya, dan juga sifat-sifatnya. Hingga tanpa terasa waktu sudah lebih dari satu jam berlalu.
Rere menghentikan ceritanya saat Zen menerima panggilan penting pada ponselnya. Lalu mengangguk pada Rere dan berkata,
"Baiklah, aku sudah mengambil kesimpulannya. Kalau kau mau selamat, kau hanya perlu memastikan ia kemari, besok. Ingat itu." kata Zen sambil berdiri.
"Tapi tuan, apa yang akan tuan lakukan padanya? Dia tidak bersalah. Saya yang sudah membawanya masuk." kata Rere hampir menangis.
"Lihat saja, apakah tuan Rega mau memaafkan gadis itu."
'Saya yang salah. Tapi aku juga tidak mau dipecat. Dan kenapa harus dengan tuan Alrega, si?'
Zen meninggalkan Rere yang mematung dalam ruangan itu sendiri, diikuti pengawalnya. Sedangkan Rere masih memikirkan hal yang paling mengerikan baginya, dipecat.
***
Sella memasuki rumahnya tempatnya beristirahat yang juga menjadi tempatnya mencari uang. Rumah yang tidak begitu besar, namun memiliki sebuah garasi di sampingnya yang dijadikan toko bahan-bahan pokok rumah tangga. Ia memulai usaha ini sejak setahun yang lalu.
Letak rumah yang cukup strategis karena berada di sisi jalan lintas menuju kota, yang selalu ramai juga sering dilewati angkutan umum kota. Meski demikian, rumah itu tak meninggalkan kesan asrinya, ada tanaman hias yang cukup banyak dan terawat dengan baik. Bahkan Flinna sering menjual tanaman-tanaman hias itu bila ada yang berminat.
Hari sudah menjelang sore ketika Sella duduk di sofa ruang tamu. Ia melihat ibunya, Runa dan Rika juga duduk dengan wajah yang menyiratkan rasa khawatir. Sementara Rejan belum pulang dari sekolah. Adik laki-laki Sella itu anak yang aktif dan senang mengikuti banyak kegiatan disekolah.
"Ada apa dengan kalian? Ibu, Runa, ada apa?"
Mereka semua saling pandang dan Flinna yang terlihat sangat ketakutan. Sebentar-sebentar melihat kearah luar jendela.
"Rika, apa kamu sudah tidak ada pekerjaan di toko?" tanya Sella.
Rika adalah asistant Sella yang membantunya mengurus toko. Gadis manis berkulit gelap itu tetangganya yang sudah tidak lagi bersekolah, dan ia sangat senang membantu Sella. Mereka sudah seperti saudara saja.
"Ada. Aku hanya khawatir saja." jawab Rika.
"Apa yang kamu kuatirkan?" tanya Sella heran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
☠Mia Novita
ceritanya baguuuuss banget kak
2022-08-06
5
Hajime Nagumo
😍😍😍😍😍
2022-03-07
8
Hajime Nagumo
💓💓💓💓💓
2022-02-21
7