hendri berjalan sambil meraba-raba tubuhnya,
di wajahnya terdapat kulit yang memiliki bentuk semacam topeng datar yang menutupi seluruh wajahnya, lalu di kedua bahunya terdapat ranting pendek yang keras yang tampaknya berfungsi sebagai alat deteksi sekitar, entahlah...
telapak tangan dan kakinya masih berbentuk manusia, tapi ujung jari tangan dan kakinya sangat tajam seperti pasak, sementara tubuhnya sendiri dibentuk oleh akar-akar pohon.
hendri lalu meraba tubuh bagian bawahnya yang datar, sambil memikirkan hal-hal yang seru hendri berharap ada yang keluar tapi tidak terjadi apapun.
dirinya kembali merasa sedih, meski dia belum punya rencana menikah, tapi apalah arti seorang lelaki tanpa kelamin.
hendri pun terus berjalan, tanpa sadar dia menabrak sebuah pohon.
"aduhh.. apa ini?"
"ada pohon mayat lagi ternyata, wajar sih ini kan masih disekitar markas.ehh.." seketika hendri menyadari sesuatu,
"kenapa ada banyak kerangka manusia di bunker, aku tidak heran jika disana banyak jasad tapi ini kerangka. rasanya baru kemarin aku bangun dari koma, sebenarnya berapa lama aku tidur?"
di leher kerangka manusia itu terlihat sebuah dog tag yang masih utuh, hendri pun mencoba menurunkan kerangka yang tertancap itu.
dengan mudahnya hendri mematahkan batang pohon yang sudah kering dengan kedua tangannya lalu dengan hati-hati menurunkan mayat dan memeriksa kalungnya, hendri bisa melihat nama yang terukir disana, orang itu bernama ache louis.
hendri mengingat si ache louis ini, dia adalah salah satu jenderal angkatan darat yang berpangkat lebih tinggi dari ayahnya. dia juga pernah beberapa kali berkunjung ke rumah hendri untuk membicarakan bisnis atau sekadar ngobrol dengan ayah hendri.
"jenderal louis telah gugur, lalu bagaimana dengan ayahku yang pangkatnya lebih rendah." rasa khawatir kembali menyelimuti dirinya.
hendri pun memberikan penghormatan kepada jenderal ache, kemudian dia mengambil beberapa kayu dari pohon jenderal ache tergantung dan menimbun mayat jenderal ache dengan itu. setelah menguburkan mayat jenderal ache hendri melanjutkan perjalanannya.
di tengah perjalanan hendri mencoba mengukur kemampuan tubuh barunya, hendri mencoba berlari, kecepatan larinya tidak jauh beda ketimbang saat masih menjadi manusia, bedanya stamina hendri saat ini lebih banyak, setelah berlari selama beberapa menit pun staminanya tidak terasa berkurang, jadi dia memutuskan untuk terus berlari.
sambil berlari hendri menyimpulkan kelebihan dan kekurangan tubuhnya saat ini. singkatnya, pendengarannya sangat tajam, tubuhnya bisa mengirimkan sinyal pendeteksi ke pepohonan yang berjarak 3 meter dan dapat dipantulkan ke pepohonan lainnya, tidak bisa merasakan sakit dari luka luar, staminanya sangat banyak, dan tubuh baru ini tidak mengganggu ingatan dan kewarasannya kecuali mungkin saat lapar seperti barusan.
sementara kekurangannya, semua indra kecuali indra pendengaran tidak berfungsi, sulit untuk mencerna makanan, dan dia tidak bisa bicara.
setelah berlari selama hampir satu jam hendri mulai merasa kelelahan dan memperlambat langkahnya.
tidak terasa hari pun menjelang malam.
hendri terus berjalan hingga akhirnya dia bisa melihat sesuatu.
"pohon.. bukan ini hutan. kalau tidak salah jarak antara pinggiran kota ke pinggiran hutan sekitar 1 kilometer."
"sial, aku melenceng cukup jauh dari tujuan, tapi mungkin aku bisa menemukan hewan liar untuk kusantap."
masuk ke dalam hutan, hendri kembali bisa melihat dengan jelas.
dengan penglihatan pohon yang membuatnya dapat melihat secara third person hendri bisa menyusuri hutan tanpa khawatir diserang tiba tiba oleh makhluk buas. tapi tidak ada apapun disana selain pepohonan dan serangga.
tidak lama berselang terdengar suara langkah kaki berat yang menuju ke arah hendri, rupanya itu adalah nyarlapostle, hendri ketakutan dan refleks memanjat pohon disampingnya, dia naik cukup tinggi untuk menghindari si nyarlapostle.
di tengah rasa takutnya rasa laparnya kembali terasa, akar pohon yang ada di bunker jelas tidak membuat kenyang, apalagi di sepanjang hutan yang dilaluinya tidak ada apa apa, jadi dengan terpaksa hendri memberanikan diri untuk memburu nyarla yang ada di bawahnya.
"nyarlapostle itu berbahaya tapi aku juga sudah menjadi monster, harusnya aku bisa mengalahkannya."
hendri pun melompat turun, hentakan kakinya yang keras menarik perhatian nyarlapostle.
hendri sekarang merasa percaya diri dengan tubuh barunya, dia pun dengan santai mendekati sang nyarlapostle.
nyarlapostle merespon, dia berjalan mendekati hendri hingga keduanya saling berhadapan. bau dari hendri membuat nyarlapostle bingung karena baunya seperti campuran antara manusia dan pohon.
karena merasa sesuatu yang ada di depannya bukan makanan nyarlapostle itu pun berbalik pergi.
begitu nyarlapostle membalikkan badannya hendri langsung memukul tubuh nyarlapostle dengan batang pohon sekeras yang dia bisa.
nyarlapostle pun menjadi marah, dia menunjukkan giginya dan langsung menerjang musuh yang ada di depannya.
"ggrraaaarrrr...!!!"
hendri terjatuh menghadapi terjangan nyarlapostle, dia berusaha melawan nyarlapostle sementara nyarlapostle terus mencakar-cakar wajahnya.
dengan memanfaatkan celah yang ada, hendri berhasil menendang perut nyarlapostle dengan kedua kakinya hingga terpental dan membentur pohon.
dengan cepat hendri bangkit dan berusaha menusukkan batang pohon yang dia pegang ke dada nyarlapostle, tapi usahanya gagal, kulit dan daging nyarlapostle terlalu keras, nyarlapostle pun membalas dengan mencakar tangan kanan hendri tapi cakarnya malah menancap dan sulit untuk dicabut.
melihat kesempatan itu hendri langsung mencengkeram tangan kiri dari nyarlapostle dan menahan tangan kanannya dengan kaki, kemudian tanpa ampun hendri menghajar kepala nyarlapostle dengan tangan kirinya.
Braakk...
braakk...
"Gggrraaa...!"
Buuk...
braak...
brak...
nyarlapostle terus berusaha bertahan dari pukulan hendri, dia pun berhasil melepaskan tangan kirinya dan mulai mencakar hendri, sementara hendri mulai merasa usahanya sia-sia, bahkan tangan kirinya mulai patah karena memukul tengkorak keras nyarlapostle.
hendri mencari cara lain, dia menusuk kedua mata nyarlapostle dengan jarinya hingga membuat nyarlapostle mengerang kesakitan.
"ggrrraaahhh...! aaaarrrghhh...!?"
hendri tidak sanggup menahannya lagi dia pun didorong jatuh ke tanah dan nyarlapostle melarikan diri.
tapi hendri dengan cepat bangkit dan mengejarnya, tidak butuh waktu lama, hendri berhasil mencengkeram bahu kanan nyarlapostle dengan jarinya yang tajam.
si nyarlapostle terus memberontak, cengkeraman jari tajam hendri mulai merobek kulit dan dagingnya.
saat tangan kanannya mencengkeram dengan erat, tangan kirinya terus menusuk kepalanya nyarlapostle mencoba untuk menembus tengkoraknya.
sedangkan sang nyarlapostle yang kesakitan tidak memberi perlawanan lagi.
hingga akhirnya hendri berhasil menembus tengkorak keras nyarlapostle dan dengan satu serangan terakhir.
zraaaattt...
tangan hendri menghancurkan otak si nyarlapostle hingga membuat cairan otaknya keluar melalui telinga. hendri pun melepas cengkeramannya dan nyarlapostle ambruk.
karena takut nyarlapostle itu bangun lagi, hendri pun mengambil batu dan menghancurkan kepala nyarlapostle.
dia merasa bangga karena telah membunuh satu nyarlapostle, tapi dia juga merasa takut dan bersalah karena telah membunuhnya dengan sadis.
"maafkan saya, entah siapapun anda, tolong maafkan saya" hendri meminta maaf kepada nyarlapostle yang dia bunuh.
dia pun duduk di samping mayat nyarlapostle dan mulai mengulitinya.
hendri mengambil semua daging yang ada, kecuali di bagian perut dan kepala, setelah itu hendri memeras daging agar lebih bersih, tapi hendri tidak mau memakan daging mentah itu, dia pun mengangkut semua daging itu dengan mengaitkannya ke batang pohon dan pergi kesebuah permukiman di sisi lain hutan untuk meminjam api.
permukiman itu sebenarnya adalah tempat jaga untuk anak-anak yang datang pramuka yang ingin berkemah, ketika pramuka dulu hendri juga pernah datang kesana.
tapi tempat itu ditutup beberapa tahun setelahnya karena mendapat imej buruk dari masyarakat setelah pelirisan sebuah film berjudul the hunting man yang bercerita tentang segerombolan anak kecil yang diculik dan dibunuh di hutan.
hal ini semakin diperparah dengan kasus ditemukannya seorang anak asia dalam kondisi tidak bernyawa.
menurut analisis polisi anak itu dibunuh dengan cara dicekik dan tidak lama setelahnya ditemukan seorang pria yang gantung diri di sebuah pohon, pria itu tidak lain adalah ayah dari si anak.
sesampainya disana hendri melihat beberapa orang yang sedang memainkan busur.
"mereka penjaga tempat ini ya, aku harus berhati-hati."
tidak jauh dari tempat hendri berdiri, tiba-tiba keluar seorang bocah dengan membawa senapan angin.
dia pergi mengendap-endap ke hutan.
"apa dia mau berburu, lebih baik aku mengikutinya, mungkin dia tahu dimana tempat yang banyak hewannya."
dengan indra pendeteksinya mudah saja bagi hendri membuntutinya dari jarak jauh, tapi ini sudah terlalu jauh dari permukiman.
"apa yang sebenarnya dicari anak itu."
setelah beberapa saat si anak pun berhenti, ternyata dia mencari burung elang, dengan sangat berhati-hati si anak mendekat sambil membidik senapannya.
Dorr!
suara letusan senapan menggema di seluruh hutan terutama di kuping hendri.
ternyata itu adalah senjata api, si anak pun memungut hasil buruannya dan ketika berbalik si anak terkejut melihat sebuah batang pohon yang tiba-tiba berada di belakangnya.
dia pun refleks menembakkan senapan dan mengenai perut sebelah kiri hendri.
hendri pun merasakan sedikit sakit tapi dia menahannya, si anak lalu mencoba menembak lagi tapi hendri lebih dulu menggenggam senjata si anak dan kemudian melemparkannya.
si anak yang kini tidak bersenjata pun merasa ketakutan, dia hanya pernah melihat makhluk pohon seperti ini sekali, dan itu adalah Assault nyarla.
hendri lanjut menggenggam kedua tangan anak itu, dan memberi isyarat untuk diam.
anak itu menurut saja meski dia hampir menangis.
hendri lalu mengukir tulisan pada pohon di dekat mereka.
"aku manusia."
"aku tidak ingin menyakitimu."
"tapi kau harus membantuku?"
belum selesai hendri menjelaskan tiba-tiba terdengar suara seseorang dari kejauhan.
"dylan...! dylaaann...!!"
"itu adalah kakakku, jangan sakiti dia... " hendri mengangguk, dia dengan cepat pergi.
dylan yang sendirian pun dihampiri oleh kakaknya.
"aku sudah bilang padamu agar jangan pergi ke hutan sendiri, tapi kau tidak mematuhinya."
"mau bagaimana lagi, kau pulang terlambat, sementara kak helen sudah lapar."
"aku tahu dan aku minta maaf, tadi aku dapat tugas tambahan. sudah ayo kita kembali,"
"tunggu sebentar, tadi aku berhasil menembak seekor burung, hilang kemana ya burung itu?"
"mungkin buruk itu masih hidup dan terbang kembali, ayo kita pulang helen sedang membakar jagung." mendengar jagung bakar dylan bergegas pulang dengan kakaknya.
sementara hendri yang bersembunyi memegang elang milik dylan.
Malam pun datang.
dylan sedang membakar jagung bersama dua kakaknya albert dan helen, sementara hendri yang sudah tidak sabar ingin makan daging bakar mengendap-endap ke rumah dylan yang terletak di pinggir pemukiman.
hendri melempar batu ke arah dylan untuk mengisyaratkan kedatangannya.
dylan pun melambaikan tangannya, albert dan helen penasaran kepada siapa dylan melambai.
"apa yang kau lakukan?" tanya helen kakak perempuan dylan.
"sebenarnya tadi di hutan aku bertemu dengan seseorang yang unik, dia punya penyakit kulit yang langka." dylan berbohong kepada kedua kakaknya.
"apa penyakitnya bisa menular." tanya albert dengan resah.
"sepertinya tidak, kalian lihat saja sendiri, dia ada di belakang kalian."
hendri sudah bersiap, dia menutupi dirinya dengan selimut yang dia pinjam dari cucian warga, dia pun menghampiri dylan dan kedua kakaknya yang tengah membakar jagung.
"perkenalkan kak, ini adalah kakak yang membantuku menembak burung di hutan tadi."
albert dan helen terkejut melihat hendri, karena perawakannya yang tidak biasa.
dylan lalu mempersilahkan hendri duduk, albert tidak merasa nyaman dengan keberadaan hendri, sementara helen merasa ingin muntah, helen pun masuk ke dalam rumah untuk muntah.
hendri memberikan burung elang yang tadi ditembak oleh dylan, dylan pun memamerkan hasil buruannya kepada kakaknya albert.
"nah lihat, akulah yang membunuh elang ini, aku hanya butuh satu tembakan untuk menjatuhkannya." ucap dylan dengan sombong
albert membalas ucapan dylan.
"itu hebat, tapi jangan merasa bangga karena telah membunuh makhluk hidup."
"apa salahnya, kita membunuh untuk makan, lagipula kita tidak selalu memburu binatang kan." dylan membalas nasehat dari albert.
"iya sih, kita beruntung karena black leaves mengizinkan kita menanam sayur dan buah."
mendengar nama yang asing black leaves hendri mengangkat kepalanya.
"apa itu black leaves?"
.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments