Istri Kecil Tuan Mafia
Namanya Aluna, gadis dengan paras cantik dan kulit putih. gadis ceria yang selalu menebar kebaikan di manapun ia ada, gadis manis yang selalu tersenyum.
Hidupnya sempurna, memiliki ayah yang penyayang dan juga ibu yang baik hati. Harta juga ia punya ayahnya adalah salah seorang pengusaha mebel yang cukup terkenal di kota mereka, hidupnya bahagia.
Namun sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama. persaingan bisnis membuat ia harus kehilangan ayahnya, mungkin benar semakin tinggi sebuah pohon semakin kencang angin yang akan meniupkannya.
Ayahnya adalah tipe pembisnis jujur, hal itu membuat lawan bisnisnya geram karena ayah Aluna menolak bekerja sama dengannya. padahal ia sudah mengirim wanita cantik untuk membujuk ayahnya Aluna.
Penolakan itu membuat si lawan bisnis gelap mata dan mengirim orang untuk melukai ayah Aluna, namun sayang meski hanya berniat melukai ayah Aluna nyatanya tidak dapat di selamatkan.
Hal itu tentu membuat Aluna dan ibunya terkejut, ibunya yang memiliki riwayat penyakit jantung langsung terkena serangan.
"Mah..Mamah," jerit Aluna membuat semua orang yang ada di rumah berlari menghampirinya.
"Ya ampun nyonya," ucap salah seorang pembantu lalu dengan gesit membantu Aluna membawa ibunya ke rumah sakit.
....
Di rumah sakit Aluna menangis sambil memeluk wanita paruh baya yang sudah bertahun-tahun mengabdi di rumahnya.
"Bi, bagaimana jika mama juga pergi ninggalin Luna?" tanya Aluna sedih, bahkan jasat ayahnya belum tiba di rumah. sekarang ibunya berada di rumah sakit.
"Nona tenang saja, nyonya adalah wanita kuat." jawab bibi menenangkan.
Cukup lama mereka menunggu, hingga seorang pria berjas putih keluar dari sana.
"Bagaimana keadaan mama saya dok?" tanya Aluna cepat.
"Keadaannya sudah kembali normal, tolong jangan memberikan kabar yang akan membuatnya kembali memburuk," jelas dokter itu sambil menatap iba pada gadis di depannya.
"Untuk sementara pasien akan kami rawat di rumah sakit ini, dan biarkan pasien beristirahat." sambung dokter itu.
"Baik dokter, tapi tolong bantu mama saya untuk sembuh," mohon Aluna dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk mama anda nona," jawab dokter sembari menepuk bahu Aluna pelan.
"Terimakasih," ucap Aluna yang di balas oleh senyuman dan anggukan oleh dokter.
Setelah dokter pergi Aluna dan bibi duduk kembali di bangku yang memang selalu ada di ruang tunggu.
"Nona pulanglah, saya baru saja mendapatkan telpon bahwa tuan sudah ada di rumah," ucap bibi, sebenarnya ia tidak tega tapi mau bagaimana lagi. satu-satunya keluarga dari ayah Aluna adalah gadis itu.
"Bibi akan menunggu nyonya di sini," sambung bibi. Aluna mengangguk lemah, meski ia ingin di sini tapi tentu ia harus menemui ayahnya untuk yang terakhir kalinya.
...
Tiba di rumah, Aluna melemahkan kakinya lemah. sudah banyak orang di sana, mulai dari tetangga dan juga keluarga ayahnya yang berasal dari panti asuhan
Ayah dan ibunya sama-sama berasal dari panti asuhan, tapi karena kepintarannya dan kerja keras sekarang ayahnya sudah mampu hidup layak.
Setibanya di dalam pertahanan Aluna runtuh saat melihat pria yang paling ia cintai itu terbujur kaku. Aluna berlari sambung menangis.
"papa jahat, papa sudah berjanji tidak akan pernah ninggalin Luna." teriak Aluna sambil terus menggoyangkan tubuh yang sudah tidak bernyawa itu.
salah seorang tetangganya maju, memeluk Aluna "Tenang Aluna, papamu sudah bahagia di surga,"
Aluna menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan wanita tadi, dadanya sesak menerima semua hal yang tidak pernah ia fikiran ini.
Gadis itu terus menangis hingga pandangannya menjadi gelap dan ia pun pingsan.
....
Aluna terbangun, kepalanya sakit. matanya terasa sangat berat, sesaat ia diam mencerna apa yang baru saja terjadi. saat ingatan itu kembali lagi-lagi Aluna menangis, tanpa banyak bicara ia bangun lalu bergegas keluar.
"Di mana papaku?"
Teriakan itu menggema di dalam ruangan yang penuh dengan orang-orang itu.
"Kami sudah memakamkannya, maaf tidak menunggumu bangun tapi kondisinya tidak memungkinkan jika harus menunggu lagi." jelas salah seorang pria, sahabat ayahnya selama masih di panti.
Aluna menunduk, ia ingin marah tapi yang di lakukan paman itu benar.
"Terimakasih," ucap Aluna pelan, meski berat tapi ia memang harus mengucapkan itu. jika tak mereka tentu Aluna tidak akan tau seperti apa dan bagaimana ia memakamkan papanya.
Setelah semuanya selesai mereka akhirnya pulang, para tetangga terus menyemangati Aluna. yah gadis itu harus kuat ia masih punya mamanya, dan dia harus percaya mamanya akan sembuh dan kembali lagi bersamanya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, gadis itu menerima telepon dari polisi dan memintanya untuk ke kantor sekarang.
Dengan bantuan supir Aluna pergi ke kantor polisi, di sana para detektif mengatakan ayahnya meninggal karena di keroyok.
"Apakah papamu memiliki musuh?" tapi detektif itu pada Aluna.
Aluna menggeleng ayahnya adalah pria yang baik tidak mungkin memiliki musuh.
"menurut dugaan kami papamu mengalami perampokan, hal itu menjadi kuat saat kami tidak menemukan harta berharga milik ayahmu di dalam mobilnya," jelas detektif, membuat Aluna mengepalkan tangannya kuat. hanya karena uang seseorang yang tidak bertanggung jawab mengambil nyawa ayahnya.
"Tolong tangkap pelakunya," mohon Aluna.
Detektif itu menghela nafas, "Perampok itu sepertinya lihai, mereka tidak me meninggalkan jejak apapun, tapi kami akan terus berusaha lagipula membiarkan seorang pelaku kejahatan terus berkeliaran akan sangat membahayakan banyak orang."
Aluna mengangguk, urusannya di sana telah selesai. ia percaya pada pihak kepolisian, mereka pasti dapat menemukan pelakunya.
"jika tidak bisa menyelamatkan ayah, aku harus bisa memberikan keadilan untuk ayah," gumam Aluna menyemangati dirinya sendiri.
Sekarang yang ia fikiran adalah mamanya dan usaha ayahnya, ia harus melanjutkan usaha itu agar ia bisa membiayai rumah sakit mamanya.
Sekarang ia akan ke rumah sakit dan menjenguk mamanya, lagipula
kasian bibinya jika terus berada di sana tanpa Menganti baju.
Aluna melirik jam tangannya, sudah jam sebelas malam. ia akan ke rumah sakit untuk mengganti bibi.
Setelah sampai di parkiran, Aluna masuk ke dalam mobil yang di dalamnya ada pak ujang supirnya yang dari tadie menunggu.
"maaf pak, saya lama," ucap Aluna saat ia sudah duduk di dalam mobil.
"tidak apa-apa nona," kata supir itu sambil menyalakan mobil dan melanjutkan mobilnya.
"pak, kita ke rumah sakit yah," titah Aluna yang di balas oleh anggukan oleh pak Ujang.
Di perjalanan Aluna merasa aneh dengan mobil hitam di belakang, ia merasa di ikuti. ia menatap pak Ujang yang sepertinya juga merasakan hal yang sama.
"Pak, mobil di belakang sepertinya mengejar kita."
TBC
Hai kakak-kakak, terimakasih sudah membaca tulisanku. jangan lupa tinggalkan jejak yah........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
david aditama
bagus
2024-01-27
0
Erli Ana
thor saya suka ceritanya
2023-05-09
0
Nyai💔
next
2022-06-29
1