"Nia" sebuah suara membuyarkan konsentrasi Agnia yang sedang fokus membaca.
"Vivi, Mila" Agnia sumringah melihat siapa yang memanggilnya. Kedua sahabat dekatnya datang berkunjung.
"Kalian ngapain disini?" Nia menyambut mereka.
"Maaf ya cantik, kami baru bisa datang sekarang. Gimana kondisi tante?" Vivi menyapa.
"Ibu masih koma, kata dokter ada pendarahan di bagian dalam, saat ini masih di observasi seberapa parahnya kondisi ibu" Agnia menjelaskan.
"Ya ampun, kami turut bersedih ya Nia, tapi kita harus yakin, tante orang yang kuat, pasti bisa melewati semua ini" kali ini Mila yang mencoba memberi semangat untuk Agnia sahabatnya.
Ketiga gadis cantik itu berpelukan saling menguatkan.
Cukup lama ketiganya berbincang hingga sebuah ide untuk menghilangkan kejenuhan Nia melintas di pikiran Vivi.
Nia, ayo temani kami sebentar yuk, daripada lu sendirian disini, bosan kan pasti?" bujuk Vivi.
"Maaf Vi, gue gak bisa, gak mungkin gue tinggalin ibu sendirian" ucap Nia sendu.
"Sebentar aja kok, kita mau beli buku di pasar seken dekat sini, katanya buku buku disana murah dan berkualitas, lumayan kan buat stok lu ngusir jenuh nunggu tante disini" Mila mencoba meyakinkan.
"Lu gak bisa terus begini cantik, lu juga butuh suasana baru agar pikiran lu tetap jernih" tambah Mila lagi.
"Tapi" Agnia ragu.
"Udahlah, kita udah titipkan nomor ponsel kita berdua ke perawat yang jaga, kalau ada apa apa sama tante, bukan cuma nomor lu yang dihubungi, kita juga" Vivi semakin meyakinkan.
Mila dan Vivi menarik lengan Rena dan berhasil membawa sahabatnya itu ikut bersama mereka.
.
.
.
Suasana pasar.
Agnia yang sejatinya seorang gadis kutu buku merasa senang saat pertama kali datang melihat begitu banyak buku buku berjejer. Sejenak dia lupa akan kesedihannya akan kondisi sang ibu.
Hampir dua jam, ketiga gadis itu selesai dengan buku pilihan mereka. Vivi mengajak Agnia makan terlebih dahulu sebelum balik ke rumah sakit.
"Aku pesan teh chamomile ya" Agnia meminta Vivi mencatat pesanannya. Gadis itu memang pecinta gila teh chamomile. Apapun makanannya, minumnya selalu teh chamomile.
Saat menunggu pesanan makanan datang, seorang nenek tua berpakaian lusuh mendekat dan menawarkan barang dagangannya.
Vivi dan Mila sedikit merasa risih dan terganggu karena kehadiran nenek itu. Aroma tubuh menyengat dari tubuh wanita tua itu menghilangkan ***** makan mereka yang tadi berkobar.
"Nak, belilah ini, nenek butuh uang buat makan" wanita tua itu berbicara dengan suara lemah.
"Maaf nek, kami kesini mau makan, tolong nenek jangan ganggu ya" Vivi memarahi wanita tua itu.
"Heran deh, kok pelayan disini cuek aja tamunya diganggu pengemis kayak gini" Mila menimpali.
"Hust gak boleh ngomong gitu kasihan" Agnia menegur teman temannya.
"Nenek jual apa, aku beli satu aja ya" Agnia menyapa dengan ramah wanita tua itu. Tangannya mengambil sebuah gantungan kunci berbentuk bohlam.
"Pilihan yang bagus nak" nenek itu menyeringai.
Agnia memberikan selembar uang berwarna merah kepada wanita itu.
"Ini uang buat nenek, cukup kan?" Agnia memastikan.
"Cukup nak, bahkan lebih banyak, sebentar nenek ambil kembaliannya" wanita tua itu merogoh kantong bajunya.
"Tak perlu nek, kembaliannya buat nenek saja" Agnia menolak.
"Terimakasih nak, engkau sungguh baik, semoga apa yang saat ini kamu inginkan segera tercapai" ujar nenek itu.
"Ini bonus buat mu nak" sebuah buku bersampul hitam ditambahkan kedalam kantong belanja Agnia.
"Wah terimakasih nek" Agnia girang karena mendapat tambahan buku lagi. Stok buku bacaan selama menjaga sang ibu di rumah sakit menjadi lebih banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments