"Ana, itu semua memang benar. Ayah dan ibumu saling mencintai." Ardan membelai kepala Ana, matanya tidak berani menatap putrinya yang lain, Angela.
Pias wajah Angela ketika mendengar ucapan ayahnya. Kejam.
Demi menyenangkan istri barunya ayahnya sampai memfitnah ibunya. Apakah ibunya tidak baik? Bukan. Ibunya adalah ibu terbaik sedunia hanya manusia didepannya ini yang jahat. Angela tersenyum menatap ayahnya. Senyum tanda dia kalah atau mengalah pada kenyataan bahwa tidak ada tempat bagi ibunya di hati ayahnya saat itu.
"Baiklah, kalau begitu anak pelakor seperti saya tidak berhak untuk tempat yang layak bagi anda, Tuan" jawab Angela lirih.
"Itu tidak benar, nak. Ayah akan tetap membiayai kamu. Ayah ..." Ardan terdiam saat mendengar ucapan anaknya.
"Pulanglah... Pergilah dari tempat ini, rumah saya terlalu kotor dan najis buat orang suci seperti anda" ucap Angela matanya menatap ketiga manusia didepannya dengan kecewa.
"Nak, kalau kamu mau kamu bisa tinggal dengan kami..." Ucap Aliana
"Iya, Dek... Nanti kita bisa jalan jalan bersama" ucap Ana hendak meraih tangan Angela.
Namun Angela malah masuk dan menarik pintu gerbang.
"Darah saya terlalu kotor karena bercampur dengan darah pelakor. Bukankah saat ini ibu saya dianggap memiliki hubungan haram dengan ayahmu? Saya bisa pastikan ayahmu ini tidak akan pernah menjadi ayahku. Begitupun ayahku bukan ayahmu. Ayahku hanya memiliki satu putri yaitu aku, Angela. Saya harap kalian segera pergi dari rumah hina ini, saya sama sekali tidak layak tinggal dengan kalian. Semoga kamu dan ibumu yang cantik dan suci itu tidak bercela dan memalukan seperti saya dan ibu saya" ucap Angela tersenyum menatap Aliana dengan sinis.
Aliana terdiam. Matanya memerah menahan tangis. Anak ini tahu segalanya. Dipikirnya setelah Ardan bercerai dia akan merawat Angela menjadi anaknya sendiri karena Ardan menyayangi dan tidak mau berpisah dengan anaknya itu, tetapi itu sepertinya tidak akan pernah terjadi.
"Angela, kamu harus ikut dengan kami. Ayah minta maaf dengan ucapan ayah tadi. Kalau kamu tidak ikut, kamu tidak akan punya tempat tinggal lagi" pinta Atdan.
"Tidak, ini tidak boleh terjadi. Anak ini harus ikut dengan kami. Jika tidak, Ardan akan tidak tenang bersama kami" batin Aliana.
Aliana mengejar Angela dan mencengkeran tangannya. Angela menyentakkan tangannya tak mau mengikuti keinginan ayahnya untuk ikut. Sekuat tenaga ia mendorong Aliana akibatnya Aliana terjembab.
"Angelaaa..... " Ardan berang. Ia lalu menampar Anaknya itu dengan keras melebihi tamparan sebelumnya.
Plak... Angela terhuyung. Kepalanya mengenai pagar besi. Darah menguncur dari pelipisnya.
"Ayah...inikah ayahku? Ayah yang selalu menemaninya bermain sepeda, ayah yang selalu membuatku bahagia dengan dongeng dan hadiah. Tidak, dia bukan ayah tetapi iblis yang menyerupai ayah. Ayah pasti disuatu tempat mempersiapkan hadiah kelulusannya." Hibur Angela dalam hati. Ini terlalu tiba - tiba kejiwaannya mulai terganggu. Ia tidak bisa menerima kenyataan yang sementara dihadapinya itu. Pikirannya membuat ilusi bahwa bukan hal ini yang terjadi.
Angela hendak berlalu tanpa memperdulikan wajah ayahnya yang merah padam. Sambil memeluk Aliana, Ardan meluapkan amarahnya.
"Kau tidak tahu selama ini Aliana sangat menderita. Ana harus menanggung malu dihina tidak punya ayah. Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi terus menerus. Mereka harus bahagia. Akulah yang akan membahagiakan mereka. Aku harus bertanggungjawab. Angela kamu sudah bahagia dari kecil. Sekarang kamu harus ikut ayah. Jika tidak kamu bukan anak ayah lagi. Ayah tidak akan menganggap kamu anak. Ingat Angela. Ibumu yatim piatu. Tidak ada sanak keluarganya. Lihat mama Aliana. Dia baik. Dia akan merawatmu seperti Ana, ayah janji." ancam Ardan.
"Iya, ayah" jawab Angela
Ardan tersenyum. Ia senang anaknya menuruti keinginannya. Sebentar lagi impiannya akan terlaksana. Memiliki istri cantik dan anak-anak penurut.
"Kalian adalah keluarga baik." Lanjut Angela.
Ketiga makhluk didepannya terdiam menanti dengan was was karena dari matanya tersirat Angela menahan kebenciannya.
"Baik - baik saja ketika menghancurkan keluargaku. Baik - baik saja ketika menyakiti ibuku. Baik - baik saja menghancurkan kebahagiaanku." Angela berhenti sejenak menghapus kasar air mata yang tidak bisa dibendungnya lagi.
"Hubungan orangtua dan anak seharusnya didasari dengan kasih sayang. Namun kasih sayang itu hanya sekuat kaca yang mudah retak. Apa bisa aku bahagia dengan harta yang berlimpah sementara ibuku setiap malam menangis dalam doa menyebut nama seseorang yang bahkan sudah menganggapnya menjijikan? Suatu hari nanti harta yang kalian banggakan itulah yang menghancurkan kalian. Apakah yang ibu korbankan selama ini tidak berarti, ayah?" Ucap Angela sambil menatap ayahnya.
Ardan serba salah. Dihati kecilnya ia membenarkan ucapan anaknya. Tanpa istrinya, ia tidak mungkin sampai seperti ini. Tetapi jiwa laki lakinya membenarkan tindakannya. Dia juga berhak membahagiakan Aliana dan anaknya. Belum lagi saat ini Laras tidak lebih seperti wanita yang tidak pantas mendampinginya.
Hal ini berbeda dengan Aliana, wanita ini selalu menyenangkannya, pandai merawat tubuh, mencintainya, bahkan sudah mengikatnya dengan seorang anak yang cantik. Apakah salah jika dia mencintai Aliana kembali? Tidak ini tidak salah.
Namun putrinya yang lain membuat hatinya ragu apakah benar tindakannya ini? Cinta, air mata dan penderitaan Aliana menyentuh hatinya. Saat ia menatap wajah Aliana, hatinya tidak tega. Teringat bagaimana Aliana hampir diperkosa orang ketika mencari Ana yang hilang. Bagaimana Aliana dihina karena memiliki anak tanpa ayah. Bagaimana Ana tersenyum bahagia ketika Aliana memperkenalkan dirinya sebagai ayahnya. Membuat hatinya membatu menutup mata melihat air mata anak kandungnya, anak dari istri pertamanya. Lamunannya terhenti dengan ucapan Angela.
"Baiklah, kalau ayah tidak menganggapku anak maka jadilah seperti itu. Aku tidak bisa memaksa ayah untuk tetap menjadi ayahku. Aku juga menyesal lahir dengan darah yang sama denganmu, ayah." lanjutnya kecewa karena ayahnya hanya diam.
Ardan tersentak dengan ucapan anaknya. Anak yang menjadi alasan ia masih mau pulang ke rumah malah berkata menyakiti hatinya. Anaknya menyesali memiliki ayah seperti dirinya. Ardan sangat marah. Dengan tangan gemetaran ia menunjuk-nunjuk Angela, kata-kata kasar keluar dari mulutnya.
"Kau... Kau anak sialan. Anak tidak tahu diri. Mulai sekarang kau bukan anakku lagi. Aku mengharamkanmu memanggil aku ayah. Seumur hidupku." Kata Ardan.
Aliana sangat kaget dengan ucapan Ardan. Disatu sisi dia merasa kasihan dengan hubungan ayah-anak ini tetapi disisi lain ia merasa tenang sebab tidak ada lagi yang mengganggu kebahagiaannya dan anaknya. Ia mengelus punggung Ardan memberikan kekuatan. Ardan tersenyum dia bahagia dengan tindakan Aliana. Ia merasa pilihan ini sudah tepat. Tetapi ia masih berharap anaknya memohon dan meminta maaf kepadanya.
"Baiklah, ayah. Mulai saat ini aku mengharamkan diriku seperti ucapanmu. Bahkan aku Angela tidak akan menggunakan namamu lagi. Aku mengharamkanmu menyebut aku anak. Aku mengharamkanmu menyentuh jasadku saat mati. Apakah ayah sudah puas? Semoga pilihan ayah membuatmu bahagia di atas penderitaanku dan ibu" kata Angela. Ia segera masuk ke dalam rumah.
Ardan terkejut. Dia tidak menyangka jawaban anaknya seperti itu. Pikirnya tadi anaknya akan memohon padanya. Tetapi ini yang terjadi, anaknya berlaku tanpa menoleh padanya. Aliana yang menyadari perubahan raut wajah Ardan mulai takut jangan sampai Ardan mengejar Angela.
" Mas, apakah mas menyesal?" Tanya Aliana. Bulir air mata mengalir dipipinya.
Ardan jadi tidak tega. Ia lalu merangkul istri dan anaknya itu.
"Ayuk kita pulang" ucapnya sambil mengecup kening kedua perempuan itu.
Mereka masuk ke mobil dan pergi meninggalkan Angela dan ibunya. Tanpa tahu kehancuran lainnya akan terjadi di rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments