Saat Lea mulai memasuki halaman universitas, pandangan banyak mata mulai tertuju pada dirinya, Seolah-olah ingin menghakimi dirinya atas kesalahan-kesalahan yang dibuat orang lain bahkan orang tua nya.
Gadis itu pura-pura tidak melihat, tidak mendengar dan berusaha berfikir jika semua baik-baik saja.
Tidak apa-apa, semua pasti baik-baik saja, Lea!
Batin nya dalam hati.
Dia terus melangkah masuk ke dalam, menjadi seolah-olah bodoh dan tidak terjadi apa-apa pada kisah keluarga besar mereka.
Seketika senyuman di wajah nya mengembang saat dia melihat wajah teman baik nya Tampak sibuk meletakkan tasnya ke dalam loker sekolah.
"Hei"
"Hei"
Yang di sapa cukup terkejut melihat kedatangan Lea di samping nya.
"Erin, aku fikir..."
Belum selesai dia bicara sang teman baik langsung menyela.
"Aku harus ke toilet sekarang juga, bisa kita bicara nanti?"
Suara Erin Terdengar sedikit berbeda, jelas tidak seperti biasanya.
"Hmmm"
Lea mengangguk pelan.
Setelah itu gadis itu beranjak meninggalkan dirinya dalam diam.
Lea berusaha melangkah menjauh dari ruangan itu, mencoba untuk menenangkan diri masuk ke dalam toilet juga sambil mencoba untuk mencari solusi.
Belum sampai pada belokan hendak ke toilet tiba-tiba beberapa suara terdengar menyebut kan nama dirinya.
Lea jelas tahu itu adalah pada teman-teman nya.
"Aku mulai tidak nyaman berada di dekat Lea"
Suara elin jelas mendominasi.
Buru-buru Lea bersandar di balik dinding.
"Dia bisa pura-pura tidak terjadi apa-apa didalam hidupnya? jelas-jelas Daddy nya Seorang pembunuh dan penipu, fasilitas yang dia miliki adalah hasil dari menipu dan mencuri milik orang lain dan keluarga nya sendiri"
Suara satu nya lagi tampak Terdengar cukup menyakitkan.
"Jangan seperti itu, dia teman kita, bisa jadi dia tidak tahu apa-apa soal perbuatan Daddy nya"
Seseorang mencoba membela.
"Shut up, jangan banyak bicara dan menjauh lah dari dirinya, jika kamu masih mendekati dirinya,kau tahu konsekuensi nya bukan?"
Obrolan panjang membahas dirinya terus terdengar, Lea berusaha memejamkan bola matanya, mencoba menahan gemuruh di hatinya dan berusaha untuk tidak menangis sana sekali.
Disini dia tahu,ketika diri mu jatuh,akan terlihat begitu jelas mana kawan mana lawan, mana Tulus,mana yang pura-pura hanya sekedar ingin menyapa lalu pergi.
Realita nya sudah menjadi sifat alaminya seorang manusia.
******
Sejenak Lea terdiam saat mendengar langkah banyak kaki yang mulai bergerak untuk masuk ke dalam toilet. Dengan cepat Lea masuk ke dalam salah satu toilet, mencoba duduk tanpa mengeluarkan suara apapun.
"Sudah mendengar nya? katanya saudara kedua keluarga Al Jaber membuat kekacauan selama puluhan tahun, menukar pewaris Al Jaber dengan anak orang lain"
Lagi-lagi terdengar suara seseorang membicarakan tentang kasus keluarga mereka.
"Dia juga memanipulasi data Keuangan 3 perusahaan milik Al Jaber"
"Bukankah itu memalukan? artinya itu adalah tingkat keserakahan akut yang sangat mengerikan"
Sejenak Lea memejamkan bola matanya.
"Bukankah putri pelaku ada di sekolah kita?"
"Anak dari kelas sebelah kan?"
"Dia satu kelas dengan ku, pergaulan nya cukup bebas, sering keluar masuk klub malam, aku fikir mungkin dia sudah tidak pe.. rawan lagi"
Realita nya kadang kala orang-orang hanya melihat diri mu dari cover luar nya saja.
"Dia punya banyak teman laki-laki, kemana-mana sering dengan laki-laki kan?"
"Pantas saja anak nya seperti itu, Daddy nya saja seperti itu"
Bibir lea Tampak tertutup rapat, dia berusaha menggenggam tangan nya yang tampak gemetaran.
Secara perlahan air mata nya tumpah, gadis itu mencoba untuk menahan Suara nya, jangan sampai dia menangisi diri nya sendiri hingga terisak di waktu yang tidak tepat.
Semua akan baik-baik saja Lea, percayalah!!
Lea mencoba mendengarkan kembali obrolan teman-teman sekolahnya, cukup lama hingga semua nya menghilang dari sana. Seperti nya semua orang sudah bubar dari luar toilet itu.
Secara perlahan Lea mencoba mengintip sejenak, memastikan semua orang pergi. Dia mencoba membersihkan wajah nya sejenak menggunakan air di wastafel.
menghilang kan warna merah di bola mata nya sambil berusaha menepuk-nepuk wajah nya.
Jangan menangis please, Jangan menangis.
Ucap lea sambil mendongakkan kepalanya ke atas, memastikan dirinya agar kuat dalam menghadapi semuanya.
Meskipun rasanya cukup sulit, meskipun dadanya terasa begitu sesak saat ini, meskipun dia sesungguhnya ingin menangis tapi dia jelas berusaha menyembunyikan semuanya.
Semua pasti baik-baik saja, Lea.
Dia memukul dadanya beberapa kali,mencoba menyakinkan diri.
Realita nya ketika orang tua dewasa ini berbuat sebuah kejahatan, mereka lupa jika orang yang paling terluka dan terkena imbas dari semua perbuatan mereka adalah anak-anak nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 324 Episodes
Comments
xi_han
Iri dengki nya Karl udh di atas rata2 emang🤣
2024-07-19
0
Risti Dani
semangat Lea
2022-10-28
0
Nailott
anda benar thoor.sudsh hukum. alam..iks orang tua salah. anskbjadu korban ,begitujugs sebsliknya.
2022-09-21
0