Mengetahui hasil dari test pack tersebut, Larisa semakin bertekat untuk bekerja keras demi kebutuhan hidupnya, ia juga ingin menyisihkan tabungan untuk bayinya kelak.
Namun Larisa belum juga mendapat panggilan untuk wawancara kerja, ia pun memutuskan untuk pergi ke warung - warung atau swalayan dekat kontrakan yang mungkin saja membuka lowongan. Hanya saja tak sekalipun mendapatkan pekerjaan.
Dalam perjalanan menuju kontrakan, Larisa duduk sejenak di bangku panjang. la melamun dan teringat masa kecilnya dulu, Larisa sering memulung barang bekas saat pulang sekolah. Setiap hari ia melakukannya untuk mencari uang saku dan membayar uang sekolahnya.
Larisa berfikir apakah harusa mengulanginya lagi di masa sekarang. Ia termenung sendiri sambil bertanya-tanya kapan dirinya akan mendapatkan pekerjaan.
"Tuhan tolong hamba, berilah hamba pekerjaan ya Tuhan," batin Larisa sambil berdo'a dan memohon.
Tak lama kemudian Anton lewat jalan itu dan berhenti di depan Larisa, kebetulan ia sedang istirahat kerja dan ingin mencari makan di luar.
"Larisa sedang apa disini..?" tanya Anton yang sedang duduk di atas motornya.
"Aku hanya sedang menanyakan lowongan di sekitar sini, tapi aku tak menemukannya sekalipun," jawab Larisa
"Dan kau sedang apa Anton," tanya Larisa
"Aku hanya sedang cari makan siang di luar. Aku bosan makan di tempat kerja, sekarang kan tak ada kamu yang nemenin makan Larisa," goda Anton pada Larisa.
Larisa tersenyum mendengar Anton berkata seperti itu.
"Hei Anton, memang tak ada karyawan lain yang nemenin kamu makan siang di tempat kerja..?" tanya Larisa
"Ah tidak Larisa.. aku tak bisa bercerita banyak hal pada sembarang orang, lagi pula rahasiaku paling aman jika bercerita padamu," jawab Anton.
Larisa tersenyum lagi mendengar jawaban Anton.
"Larisa, kau baik - baik saja kan selama ini..?" tanya Anton pada gadis yang ia rindukan saat tak jumpa di tempat kerja.
"Aku baik - baik saja Anton, lihat aku sehat kan..?"
Larisa menyembunyikan keadannya dari Anton bahwa akhir - akhir ini Larisa sering mual dan muntah seperti masuk angin.
"Alhamdulillah kalau begitu... Larisa temani aku yuk jalan - jalan di sekitar sini, lusa waktu akhir pekan," pinta Anton.
"Emb.. gimana ya? baiklah aku akan menemanimu di akhir pekan," jawab Larisa.
"Baiklah sampai ketemu di akhir pekan, aku balik ketempat kerja dulu ya... udah mau abis ni waktu istirahatnya," ucap Anton berpamitan menuju restoran tempat kerjanya.
Ketika Anton pergi, Larisa masih duduk terdiam melihat orang lalu lalang di jalanan, ia ingin menghempaskan rasa stressnya dengan melihat aktivitas orang yang berlalu lalang tersebut.
Bagi Larisa cukup sederhana sekali untuk menghibur diri, bahkan tak perlu bermewah - mewah untuk menghibur diri.
Setelah dirasa cukup untuk menghilangkan penat. Larisa kembali pulang menuju ke kontrakannya.
*Kontrakan Larisa*
Kebetulan saja siang itu ayah Larisa pulang ke kontrakan ketika Larisa pergi. Ayah Larisa menemukan sesuatu di dalamnya.
Setelah di lihatnya, ia menyadari bahwa itu adalah test pack yang menunjukan hasil positif. Betapa terkejut dan langsung memuncak amarahnya.
"Bagaimana mungkin anak ingusan ini hamil..?"
"Apa dia sudah menjual diri karena di pecat..?" batin ayah Larisa.
Sesaat kemudian Larisa tiba di kontrakan, ia melihat motor ayahnya di depan dan Larisa masuk ke dalam dengan mengucap salam.
" Assalamu'alaikum ayah," ucap Larisa.
"Pakai salam segala, jangan sok suci kamu Larisa," ucap ayahnya.
"Maksud ayah apa berkata seperti itu..?" tanya Larisa.
"Kamu sedang bunting anak haram kan Larisa, ngaku kamu," ucap ayah Larisa.
"Ayah aku..." lidah Larisa seolah kelu tak bisa menjawabnya. Tangan Larisa gemetar ketakutan manakala ayahnya tahu tentang kehamilannya.
"Katakan anak siapa itu Larisa..?" ucap ayah Larisa yang marah besar.
"Aku tak tahu ayah.. sungguh aku tak mengenal siapa ayah dari bayiku," ucap Larisa.
"Plaaaakkkkkk... dasar gadis murahan, kau tak jauh beda dengan ibumu Larisa" ucap ayah Larisa.
"Jangan - jangan kau sudah jual diri karena di pecat ya Larisa," kenapa ayahmu ini tak mendapat apa pun dari penghasilanmu itu.
Air mata Larisa mengalir saat tamparan itu mendarat di pipinya. Apa lagi mendengar cacian ayahnya hati Larisa semakin sakit teriris-iris.
"Tidak ayah, demi Tuhan aku tak menjual diri," ucap Larisa dengan menangis.
"Alah.. omong kosong, jika tidak mana mungkin kamu bunting sekarang. Cepat berikan uangmu itu Larisa, pasti kamu dapat uang banyak kan?" ucap ayahnya.
"Aku tak punya apa-apa ayah, aku bahkan seorang pengangguran sekarang," ucap Larisa.
"Dasar anak tak berguna, sudah bunting pengangguran lagi," ucap ayah Larisa.
"Kenapa kau tak menikah saja dengan orang kaya, agar bisa memberi ayahmu ini uang banyak. Aku malu dengan pandangan orang jika kau hamil anak haram Larisa," ucap ayah Larisa.
Hati Larisa sungguh sakit dengan perkataan ayahnya, ia di tuduh yang bukan - bukan oleh ayahnya. Cacian itu seperti pisau yang menusuk - nusuk dadanya. Larisa hanya menangis tak henti-hentinya di kontrakan itu.
"Jika kamu tak menikah dengan orang kaya, lebih baik kau pergi saja dari rumah ini Larisa," ucap ayahnya.
"Apa ayah..? Ayah mengusirku yah..?" ucap Larisa yang masih menangis.
"Ayah tak sudi menampungmu lagi Larisa, kamu sudah bunting, tak bisa cari uang lagi untuk ayahmu ini.
"Baik ayah aku akan pergi dari rumah ini, aku harap ayah tak akan menyesal. Selamat tinggal ayah. Semoga ayah sehat selalu, Larisa pamit ayah," Larisa berpamitan dengan terus menangis. Ia pergi mengambil barangnya dengan mencium tangan ayahnya.
Larisa semakin bingung sekarang, ia hilang arah dan tak tau harus kemana. Bahkan ia belum mendapatkan pekerjaan baru untuk menghidupi dirinya dan bayinya nanti.
Malam itu Larisa singgah di masjid besar, karena tak tau arah tujuan. Ia memutuskan untuk bermalam di masjid itu.
Ketika tidur di dalam masjid, Larisa terbangun di tengah malam untuk sholat tahajjud. Ia memohon kepada Tuhannya untuk meminta pertolongan.
"Ya Allah, hamba tau bahwa Engkau tak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hamba ya Allah.
Kasihanilah hamba dan bayi hamba, hamba mohon berikan pekerjaan terbaik untuk hidup kami, jika Engkau berniat memberi jodoh, kirimkan jodoh terbaik yang bisa membimbing hamba ya Allah... aamiin," Larisa menangis dalam do'anya untuk meminta kemudahan atas segala cobaannya.
Gadis malang itu hanya berharap pada Tuhannya ketika ia bingung dengan arah dan tujuan hidupnya.
Usai sholat subuh, Larisa membersihkan area masjid itu, seorang laki-laki datang menghampiri dan bertanya.
"Adek siapa ya..? Dari mana asalnya..?" tanya laki-laki itu.
"Saya Larisa pak, saya tak punya tempat tinggal untuk sekarang. Jadi saya bermalam di masjid ini semalam."
"Ooh begitu rupanya, adek sudah tak ada saudara di kota ini..?" tanya laki-laki itu.
"Tidak pak saya tak ada saudara lagi di kota ini, kerabat saya sudah beda provinsi pak," jawab Larisa.
"Jadi adek ke kota ini mau cari siapa ya?" tanya pak Ahmad
"Saya ingin mencari pekerjaan pak, ucap Larisa.
Perkenalkan nama saya pak Ahmad, saya pengurus masjid ini. Saya punya informasi lowongan kerja dan tempat tinggal dek, adek mau kerja apa saja kan..?"
"Mau pak mau, saya memang sedang mencari pekerjaan dan tempat tinggal pak," jawab Larisa dengan tersenyum.
"Baiklah, kalau begitu nanti ikut bapak ya...!" ajak pak Ahmad pada Larisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments